Panji benar-benar linglung sekarang. Ingin rasanya dia sealu berada disamping Arkana. Tapi apalah daya, mamahnya sudah menyuruhnya segera pulang. Jadi mau tidak mau dia harus pulang meskipun berat sekali harus meninggalkan anaknya. Rasanya dia seperti bukan seorang ayah sepenuhnya. Membiarkan anaknya sendirian ditengah istrinya sedang sakit di rumah sakit itu.
"Nak kamu kenapa?"tanya Nyonya Diana yang sedang duduk di ruang tengah tidak sengaja melihat Panji baru pulang dan langsung berjalan menaiki tangga hendak menuju kamar.
Nyonya Diana melihat ada yang aneh dari diri Panji. Biasanya kalau pulang, pasti akan mencarinya bila tidak membukakan pintu. Ini malah Panji langsung nyelonong menaiki tangga dengan kepala menunduk. Ditambah lagi raut muka Panji yang tidak seceria biasanya.
Seandainya Nyonya Diana tahu bagaimana hari-hari terakhir ini Panji sedang dilanda kesedihan yang tidak berkesudahan. Belum lagi bila dihadapkan kebingungan dalam menyelesaikan masalah.