Télécharger l’application
8.3% KETIDAKSENGAJAAN BERAKHIR SALING CINTA / Chapter 29: Part 29 Teman Baru

Chapitre 29: Part 29 Teman Baru

Siang ini Arini diajak jalan-jalan Dilan untuk melihat rumah yang kemarin sempat diceritakan kalau sedang dijual. Siapa tahu Arini cocok dengan rumahnya dan langsung membelinya. Arini dan Dilan berjalan kaki menuju rumah tersebut.

"Ini dia rumahnya."ucap Dilan menghentikan langkahnya. Seketika Arini berhenti dan mencari rumah yang dimaksud Dilan kemarin.

"Oh ini ya. Ini pasti mahal."Arini melihat rumah yang dimaksud Dilan itu terlalu bagus dan luas. Ia tidak yakin akan membelinya secara uang yang dia bawa pasti tidak akan cukup untuk membelinya. Secara uang yang dibawanya sekarang tidaklah banyak.

"Kok melamun. Kurang bagus ya?"Dilan melihat Arini melamun.

"Nggak. Bagus banget sih. Cuma aku nggak yakin kalau uangku cukup untuk membelinya."kata Arini dengan polosnya.

Melihat Arini yang harus berjuang sendirian hidup di Bandung dan belum memiliki rumah membuatnya iba. Cewek sepolos dan semuda Arini harus menanggung beban yang cukup berat. Dia sebagai seorang laki-laki yang lebih dewasa dan melihat keadaan Arini seperti itu jelas menyita perhatiannya untuk segera membantu.

"Arin ikut aku sebentar."Dilan langsung menggandeng tangan Arini dan menuntunnya ke tempat yang sepi. Kebetulan didekat rumah kosong yang dijual itu terdapat kursi panjang.

"Ada apa kak."tanya Arini dengan tatapan bingung kearah Dilan.

"Duduk disini sebentar."Dilan menyuruh Arini duduk di kursi duluan.

"Aku hanya sebentar di Bandung. Kemungkinan aku akan kembali ke Jakarta lagi besok. Gimana kalau kamu tinggal di rumah ku saja. Kalau kamu tinggal di rumahku, uangmu bisa kamu tabungin untuk melahirkan nanti."Arini mendengarkan kata demi kata yang disampaikan Dilan. Hatinya merasa senang sekali bisa mendapatkan tawaran dari Dilan. Jujur dia masih tidak menyangka kalau Dilan yang baru dikenalnya itu sangat baik sekali padanya.

Arini mendengarnya saja sampai hatinya terasa bergetar karena Dilan begitu baik sekali padanya. Bahkan matanya sampai berkaca-kaca. Arini terus memandangi Dilan dengan perasaan kagum.

"Gimana kamu mau?"tanya Dilan sekali lagi karena Arini masih belum menjawab malahan terlihat melongo saja.

"Aku mau banget. Kalau kamu ngizin sih aku mau."Arini menggenggam tangan Dilan dengan perasaan senang sekali. Perasaannya merasa lega sekali akhirnya dia bisa memiliki tempat berteduh dengan gratis. Walaupun ada juga perasaan canggung pada dirinya tapi mau gimana lagi dengan cara begini dia bisa menghemat pengeluarannya.

"Ya udah kalau begitu."Dilan senang ketika Arini menerima bantuannya.

"Tapi beneran kamu nggak papa kalau aku tinggal di rumahmu?"tanya Arini sambil menatap Dilan dengan dekat.

"Nggak papa lah. Lagian kalau ada kamu di rumahku, kamu bisa bersihin rumahku. Jadi rumahku nggak kosong dan berantakan. Hehe."Dilan berniat menggoda Arini.

"Tenang aja. Kalau urusan bersih-bersih itu keahlianku."jawab Arini dengan semangat. Padahal Dilan niatannya tadi bercanda tapi Arini malah menanggapinya dengan serius.

"Aku tadi bercanda tahu. Ya pokoknya terserah kamu mau ngapain aja di rumahku. Mau bersih-bersih atau nggak terserah kamu aja."Dilan tidak mau membuat Arini sedih karena ucapannya tadi.

"Siap kak."jawab Arini dengan santai.

Arini dan Dilan kembali ke rumah. Selama perjalanan Arini terlihat selalu mengajak Dilan mengobrol. Dia ingin lebih dekat dan tahu sosok Dilan itu seperti apa.

"Kak Dilan sekarang kerja dimana?"Arini baru kepikiran ingin bertanya seperti itu.

"Saya buka usaha konveksi sama restaurant di Jakarta."Dilan menjawab dengan santai dan tidak terlihat menyombongkan diri. Arini mendengarnya semakin tambah yakin kalau Dilan adalah sosok laki-laki baik hati dan tidak sombong.

"Woew keren yah sudah punya usaha sendiri di Jakarta."puji Arini menoleh kearah Dilan yang sedang menunduk saat berjalan.

"Biasa aja ah."Dilan terlihat tidak ingin dipuji .

"Oh ya kamu disini nanti aman kok. Soalnya disini keamanannya sangat terjamin."kata Dilan. Arini hanya menagngguk saja dan dalam hatinya merasa senang sekaligus lega juga.

Akhirnya mereka berdua sudah sampai di rumah. Mereka sekarang duduk di ruang tamu dan melanjutkan obrolan lagi. Bercerita sama Arini membuat Dilan merasa terhibur sekali. Setelah melepas penat kerja di Jakarta kini bisa bercanda dan mengobrol santai dengan Arini yang lucu dan polos itu.

"Oh ya, Kak Dilan pasti udah punya pacar ya?"Arini membuat Dilan terkejut .

"Punya. Namanya Adira. Dia mirip banget sama kamu. Polos gitu. Makanya ketika aku lihat kamu , aku keingat sama dia."kata Dilan. Arini mendengarnya hanya manggut manggut saja. Dia tidak bisa membayangkan pacarnya Dilan itu sebahagia apa bisa memiliki kekasih seperti Dilan yang baik hati dan penyayang itu.

"Kamu kenapa?"tanya Dilan

"Pasti pacar kakak beruntung banget bisa memiliki pacar seperti kakak. Udah sayang, baik, perhatian dan tidak sombong lagi.."puji Arini. Mendengar dirinya dipuji kini Dilan hanya senyum-senyum saja.

"Kamu nggak usah sungkan-sungkan sama aku. Kalau kamu butuh sesuatu bilanglah sama kau. Nanti aku bantu kalau aku memang bisa bantu."Dilan sudah terlihat akrab sekali dengan Arini.

"Baik banget sama aku sih.?"Arini terlihat membulatkan pipinya. Dilan melohatnya langsung gemas pada wajah Arini yang lucu itu.

"Aku udah anggap kamu seperti adikku sendiri. Jadi berceritalah kalau ada apa-apa. Aku akan membantumu."Dilan mengusap-usap ujung rambut Arini dengan halus. Arini mendengarnya hanya mengangguk saja.

"Makasih kak."saking terharu dengan kebaikan Dilan, Arini tiba-tiba memeluk tubuh Dilan dengan erat.

"Ya sama-sama."Dilan mengelus punggung Arini dengan halus.

Ditengah-tengah mereka berdua berpelukan tiba-tiba ponsel Dilan berbuyi. Tangan Arini mulai mengendor dari tubuh Dilan.

"Adira."ucap Dilan setelah membuka layar handponenya. Ternyata yang menelponnya adalah Adira pacarnya.

Arini membiarkan Dilan menelpon dengan pacarnya disana. Dia tidak mau mengganggu percakapan mereka. Sembari menunggu mereka berbicara lewat sambungan telapn Arini berniat ingin mengambil sesuatu di dalam kamar.

"Dimana ya?"Arini mencari dompet di dalam kamarnya. Satu persatu benda di dalam kamar dibuka berharap dompetnya segera ketemu.

"Ini dia."ucap Arini dengan lega setelah menemukan dompetnya di dibawah kasurnya.

Setelah menemukan dompetnya kini Arini langsung mengambil beberapa uang dari dalam dompet untuk digunakannya berbelanja sesuatu di toko terdekat. Kebetulan sayur dan ikan di rumah Dilan tidak ada jadi dia ingin sekalian berbelanja.

"Kamu mau kemana?"teriak Dilan masih mengangkat telepon Adira. Arini menoleh kearah Dilan.

"Aku mau berbelanja sebentar."jawab Arini dengan pelan tidak mau Adira mendengarnya . Arini juga nampak memberikan kode kepada Dilan agar paham dengan maksudnya.

"Bentar ya sayang. Nanti kita lanjut lagi."Dilan terlihat langsung menutup teleponnya .

"Kenapa dimatikan."tanya Arini terlihat panic. Dia tidak ingin mengganggu hubungan Dilan dan Adira.

"Nggak papa. Emangnya kamu mau kemana?"Dilan terlihat penasaran karena Arini hendak pergi sambil membawa dompet.

"Aku mau pergi ke toko terdekat. Aku mau berbelanja."jawab Arini dengan santai.

"Memangnya kamu tahu dimana toko terdekatnya?"Dilan mengangkat alisnya kearah Arini. Arini langsung menaikkan pundaknya pertanda dia tidak tahu.

"Ya sudah ayo aku antar."sudah diduga Dilan kalau Arini bakalan tidak tahu dimana toko terdekat. Dilan mendorong tubuh Arini keluar dengan pelan. Kemudain Dilan menutup dan mengunci pintu. Arini hanya melongo saja.

"Ayo."Arini sungguh kagum dengan kepribadian Dilan itu. Baru pertama kalinya dia mendapatkan perhatian dari seorang laki-laki seperti Dilan.

Arini pergi ke supermarket dengan diantar Dilan untuk berbelanja beberapa kebutuhan yang diperlukannya. Selama perjalan Arini tidak bisa menghentikan tatapan kearah Dilan yang sedang berjalan disebelahnya. Tidak pernah disangkanya kalau dia akan bertemu dengan Dilan. Laki-laki yang menurutnya sangat baik dan suka menolongnya. Tadi saja ketika Dilan sedang mengobrol manis dengan pacarnya tiba-tiba ditutup demi menemani Arini yang hendak pergi berbelanja.

Padahal Arini tidak meminta Dilan untuk mengantarnya tapi dengan kerendahan hatinya mau mengantarnya. Sungguh hati cewek mana yang tidak merasa kagum dengan sikap Dilan itu.

"Kamu mau berbelanja apa sih?"Dilan menoleh kearah Arini.

"Oh…aku mau beli keperluanku sama sekalian berbelanja sayur dan ikan."jawab Arini.

Tidak butuh waktu lama mereka berdua tiba di depan supermarket. Arini merasa beruntung jarak supermarket dengan rumah Dilan cukup dekat. Jadi tinggal berjalan kaki saja jadi bisa sekalian menghat pengeluaran.

"Belanja apa ya?"Arini sudah masuk ke dalam supermarket. Dilan dan Arini masuk sambil melihat dan mengelilingi supermarket.

"Silahkan dipilih."Dilan mengikuti Arini dari belakang sambil memainkan handponenya. Kebetulan ada urusan bisnis masuk di layar handponenya. Sedangkan Arini sibuk memilih barang-barang yang diinginkannya.

Arini fokus mencari dan memilah milih kebutuhan yang dia dan Dilan butuhkan. Satu persatu barang-barnag diambilnya dan dimasukkan ke kernjangnya seperti: buah, sayur, sarden, sabun dll. Dilan setia mengikutinya dari belakang.

"Udah."Arini menoleh kebelakangng melihat Dilan.

"Ayo ke kasir."Dilan berhenti memainkan handponenya dan memaukkan ponselnya ke sakunya.

Sebelum tiba di kasir, Dilan tidak sengaja melihat ada rak khusus susu ibu hamil. Dilan baru ingat kalau Arini sedang hamil dan membutuhkan asupan susu seperti itu.

"Arini kamu udah beli itu?"tanya Dilan sambil menunjukkan kearah rak sebelah. Arini langsung menoleh kearah yag ditunjukkan Dilan. Terkejutnya dia ketika melihat rak yang berisi tumpukan-tumpukan susu bergambar ibu hamil.

"Oh ya aku kan hamil. Aku butuh susu itu."batin Arini memandangi rak itu.

Arini berjalan menuju ke rak susu bumil itu. Biargimanapun juga dia butuh itu. Dia beruntung diingatkan Dilan. Dirinya yang hamil tapi malah tidak kepikiran sama sekali sedangkan Dilan yang laki-laki malah jauh lebih paham daripada dirinya. Arini merasa malu sendiri.Kemudian Arini mengambil susu bumil dan dibawanyua langsung ke kasir. TIdak sedikitpun Dilan meninggalkannya sendirian disana.

Setelah berbelanja Arini dan Dilan pulang ke rumah. Dilan istirahat di sofa ruang tamu dan melanjutkan percakapannya bersama Adira. Dia takut kalau Adira salah paham padanya. Selama Dilan bertelponan dengan Adira, Arini terus mengamati dari dapur. Tidak terlihat wajah Dilan yang cemberut disana malahan Dilan nampak senang-senang saja. Arini merasa lega sekali. Itu berarti Dilan dan pacarnya tidak terjadi apa-apa setelah sebelumnya Dilan menutup telepon Adira demi untuk menemaninya ke toko terdekat.

Arini menata beberapa barang belanjaannya di dapur. Tiba-tiba terlintas dipikirannya akan suasana kerjaanya di dapur Nyonya Diana. Entah kenapa dalam hatinya malah merindukan suasanan di rumah majikannya itu.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C29
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous