Kania tidak berhenti meneteskan air matanya saat dia melihat tubuh yang terbujur lemas di depannya dengan berbagai peralatan medis yang tertancap di tubuh kakaknya itu. Kania tidak pernah menyangka jika apa yang tengah terjadi bisa menimpa kakaknya sampai membuat pria itu tidak sadarkan diri.
Kania duduk di kursi yang di dekatkan oleh Orlando agar dia bisa duduk di samping tubuh Kenan yang masih belum sadarkan diri. Wajah pucat kakaknya membuat Kania tidak bisa mengatakan apapun saat ini, pria yang sangat dia sayangi ini adalah segalanya baginya.
Kania meraih tangan Kenan dan menciumnya berkali-kali, berusaha mencari rasa tenang untuk dirinya sendiri setelah mencoba berperang dengan ketakutannya.
"Apa yang terjadi dengan kakakku? Kenapa dia bisa terbaring disini dengan wajah pucat?" Tanya Kania tanpa melihat ke arah orang yang dia ajak berbicara.