Télécharger l’application
7.9% STUCK WITH YOUR LOVE / Chapter 17: TAK TERDUGA

Chapitre 17: TAK TERDUGA

Zanna sudah memulai semua aktivitasnya kembali setelah tragedi pertemuan antara kedua keluarga tanpa menceritakan apapun kepada Kenan yang terus mendesaknya.

"Kamu yakin berangkat kerja hari ini?" Zanna hanya menganggukkan kepalanya saat Kenan bertanya.

"Aku tidak bisa ke kantor hari ini. Nanti aku hanya mengantar kamu sampai depan saja." Zanna masih diam dan menganggukkan kepala saja.

"Jangan seperti ini, Sayang. Aku mohon bicaralah."

Zanna melihat kearah Kenan dengan pandangan tidak percaya.

"Bicara? Untuk apa bicara jika semua keputusan ada di tangan kamu?"

Kenan terdiam, Zanna masih dalam keadaan yang tidak seperti biasanya. Laporan Eduard menguatkan pikiran Kenan jika Zanna memang sedang tidak baik-baik saja.

Flashback!

"Ini laporan yang anda minta, semua sudah lengkap. Termasuk hubungan antara Nona dengan ibu tirinya." Jelas Eduard sambil menyerahkan map yang berisi laporan tentang keluarga Zanna.

"Ibu tiri?"

"Wanita yang datang bersama ayah Nona Zanna bukanlah ibu kandungnya. Ibu kandung Nona bunuh diri setelah mengetahui suaminya selingkuh." Tambah Eduard menjelaskan.

"Baiklah, terimakasih Ed. Kamu bisa kembali." Eduard membungkukkan badannya lalu berbalik, keluar meninggalkan ruangan Kenan.

***

"Anna! Kamu bisa menemaniku nanti?" Rosa mendatangi meja Zanna yang sedikit berantakan karena laporan Zanna.

"Kemana?"

"Mall. Aku mau membelikan kado ulang tahun kakak sepupuku, Ann. Mau ya?"

"Baiklah." Putus Zanna setelah memikirkannya sesaat. Pergi jalan-jalan mungkin bisa sedikit mengurangi beban pikirannya.

Rosa terlihat senang saat Zanna menyetujui permintaannya. Setidaknya dia tidak datang sendirian keliling mall yang sangat besar itu. Dia bisa minta tolong kepada Zanna untuk memilihkan Kado apa yang tepat untuk sepupunya.

Jam kantor berlalu Zanna dan Rosa memutuskan untuk mencari makan terlebih dulu agar saat berkeliling mereka tidak kelaparan.

Memasuki sebuah restoran cepat saji yang ada di dalam mall, mereka mencari tempat duduk. Restoran ini terlihat ramai membuat mereka sedikit kesulitan mencari tempat duduk.

"Di sana!" Tunjuk Rosa sambil melangkah menuju meja yang baru saja ditinggalkan oleh pengunjung lain.

Rosa sudah disibukkan dengan buku menu yang menampilkan makanan-makanan yang begitu menggugah selera, sedangkan Zanna sibuk dengan ponselnya. Mata Zanna terpaku saat panggilan dari Kenan kembali masuk ke ponselnya. Dengan malas Zanna menggeser tombol hijau keatas.

"Ya, hallo."

"Kamu dimana sayang? Aku menunggu di lobby kantor." Tanya Kenan dari seberang sambungan.

"Aku sudah pulang." Jawab Zanna singkat. Dada masih bergemuruh saat mendengar suara Kenan. Amarah masih membalut hatinya.

"Kenapa tidak menungguku? Aku tadi kan sudah bilang untuk menunggu. Kita pulang bersama. Sekarang kamu ada dimana?"

"Aku, sedang jalan dengan teman."

"Laki-laki atau perempuan?" Nada suara Kenan sudah terlihat tidak suka.

"Bukan urusanmu!"

"Jawab sayang. Semua urusanmu juga urusanku, kamu milikku! Sekarang kamu dimana? Aku jemput kamu sekarang." Paksa Kenan dan hanya dibalas deheman singkat Zanna.

"Tidak perlu. Aku pulang sendiri nanti." Tolak Zanna halus, tidak ingin memancing emosi Kenan saat dia berada ditempat umum.

"Kenapa hari ini kamu sangat aneh sekali?!" Tanya Kenan karena merasa dari tadi pagi Zanna menjauh darinya, bahkan mengabaikan semua pesan dan panggilan telefon darinya.

"Tidak apa-apa. Aku perlu waktu sendiri."

"Waktu sendiri untuk apa?"

"Kamu pikir sendiri. Aku yang terlalu bodoh atau kamu yang memang pintar?" Sarkas Zanna.

Zanna menghela nafasnya pelan. Lelah berdebat dengan Kenan. Pria itu selalu egois dan semua perintahnya harus dituruti. Pikiran Zanna sudah sangat lelah karena pekerjaan dan orang tuanya, kini harus ditambah dengan sikap Kenan.

"Sudahlah Ken! Aku bilang pengen sendiri. Please hargai aku. Sudah! Aku tutup." Tanpa menunggu jawaban dari Kenan, Zanna menekan tombol merah di ponselnya lalu menonaktifkannya. Memejamkan matanya sebentar sambil mengambil nafas lelah. Membuka matanya, dan lurus dengan pandangan mata Rosa.

"Siapa? Pacar ya?" Tanya Rosa penasaran.

"Bukan. Teman." Zanna malas dengan rasa penasaran yang akut milik Rosa, Rosa akan terus mengejar jawaban jika jawaban yang diberikan dikira belim memuaskan hatinya. Zanna hanya tidak ingin memperlebar masalah yang ada.

"Teman kok gitu teleponnya. Serius banget." Selidik Rosa sambil menatap curiga kepada Zanna.

" Ann, kamu sedang dekat dengan cowok ya?" Zanna memejamkan matanya. Menahan emosi yang mulai terkumpul karena pertanyaan yang Rosa berikan terus-menerus.

"Lagi free, alias jomblo. Kenalin dong kalau kamu punya teman." Ucap Zanna sambil menampilkan wajah secerah mungkin agar Rosa tidak terlalu curiga dengannya.

"Sepupu aku saja. Dia juga cukup mapan. Seorang manager di salah satu perusahaan asing." Jelas Rosa antusias. Dari dulu berkenalan dengan Zanna, Rosa sudah sangat nyaman berteman dengan Zanna. Wanita didepannya itu selalu ramah dan tidak pernah sok berkuasa disaat dia dipercaya menjadi tangan kanan atasannya. Bahkan Rosa selalu bermimpi jika Zanna bisa menjadi saudaranya, tapi sayang Rosa anak tunggal. Saat Zanna minta dikenalkan dengan seseorang, kepala Rosa langsung bersinar memunculkan ide cemerlang.

"Boleh. Siapa takut?" Jawab Zanna dengan gaya sok cool--nya membuat tawa keluar dari bibir dua wanita cantik itu.

Makanan yang mereka pesan sudah tiba. Mereka berdua disibukkan dengan makanan-makanan yang bisa menyebabkan air liur menetes secara tiba-tiba. Membuang segala pikiran yang hinggap di kepala mereka untuk sejenak. Dan bersiap untuk menghadapi hari yang hebat esok.

Tanpa terasa Zanna dan Rosa sudah melalui sembilan puluh menit di dalam restoran yang menyajikan makanan korea itu. Zanna dan Rosa memutuskan untuk kembali ke gedung bioskop dan menunggu film yang akan mereka lihat di sana, sambil memesan cola dan popcorn. Nonton tanpa cola dan popcorn bukanlah ide yang bagus.

"Wow! Rame banget ternyata. Untung kita beli tiket dulu tadi, kalau kita makan  dulu dan beli tiket sekarang pasti kehabisan." Ucap Rosa yang disetujui oleh Zanna dengan menganggukkan kepalanya.

"Kita tidak dapat tempat duduk untuk menunggu nih! Nggak apa-apa Ros?" Tanya Zanna saat matanya yang menjelajah mencari tempat duduk ternyata nihil. Semua tempat duduk yang ada di ruang tunggu ini sudah berpenghuni semua.

"Gak apa-apa lah, tinggal bentar ini."

"Ayolah sayang... Aku mau nonton film itu. Aku mau sekarang. Kapan lagi kamu bisa menemani aku nonton? Carikan tiketnya dong!" Suara rengekan perempuan yang terdengar jelas ditelinga Zanna membuat Zanna memalingkan wajahnya kearah sepasang manusia yang si wanita sedang bergelanyut mesra di tangan kekasihnya. Mata Zanna memicing memperhatikan sosok pria yang sedang bersama dengan wanita itu. Tubuh itu hampir seperti postur tubuh yang sangat dikenal oleh Zanna.

Zanna masih setia memandangi dua insan yang sedang berpacaran itu. Si cewek yang terus menerus merengek dan si pria yang sibuk dengan ponselnya seperti sedang menghubungi seseorang. Saat pria itu menoleh kesamping, mata Zanna seakan lepas dari tempatnya. Pria itu memang benar Kenan. Pria itu kencan? Satu jam yang lalu pria itu bersikeras menjemputnya, tapi sekarang apa? Pria itu sibuk kencan dengan wanita lain yang memanggilnya sayang?

"Eh? Pak Kenan ya?" Tanya Rosa saat matanya juga melihat ke arah pandangan Zanna.

"Heem." Jawab Zanna singkat, mengeraskan rahangnya dan tangan terkepal kuat, Zanna berusaha mengontrol emosinya agar tidak membuat malu dirinya sendiri ditempat umum.

"Sama pacarnya ya? Yah kecewa dong, aku kira dia belum punya pacar." Suara Rosa terdengar kecewa karena pria yang diidolakan di kantor mereka sudah memiliki kekasih.

"Pasangan yang perfect." Gumam Zanna lirih tetapi masih bisa di dengar oleh Rosa. Rosa menganggukkan kepalanya kemudian berjalan ke arah Kenan yang belum melihat keberadaan mereka.

"Apa yang kamu lakukan ROSA?!"


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C17
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous