Télécharger l’application
7.44% STUCK WITH YOUR LOVE / Chapter 16: MASA LALU

Chapitre 16: MASA LALU

Zanna terkejut saat melihat orang yang sudah lama tidak dia temui duduk satu meja dengan Kania. Mereka tersenyum melihat Zanna tetapi

senyuman salah satu dari mereka membuat Zanna merasa muak.

"Anna, Sayang. Bagaimana kabarmu nak? Kamu baik-baik saja?" Tanya wanita itu sambil berjalan memeluk Zanna. Pria yang tadinya duduk di dekatnya mengikuti wanita yang sudah memeluknya erat.

"Sayang, Papa merindukanmu." Pria tua itu kini bergantian memeluk tubuh Zanna, air mata Zanna tumpah saat melihat pria tua yang sangat Zanna cintai.

"Papa merindukanmu." Zanna masih terdiam. Wajah Papanya yang sudah terlihat banyak kerutan membuat Zanna sedikit merasa sedih.

"Anna juga merindukan Papa." Akhirnya suara lirih Zanna keluar dari bibir mungil Zanna membuat sang Papa yang masih berdiri di depannya mengusap air mata yang tiba-tiba menetes.

"Mari kita duduk, Pa __ Ma." Suara Kenan mengajak kedua calon mertuanya untuk kembali duduk.

"Hai kak Kiran!" Zanna tersenyum melihat Kania yang menyapanya dengan ceria.

"Hai, Kamu juga ada disini?" Tanya Zanna kembali. Zanna tidak ingin semua orang yang duduk di meja ini merasakan kegundahan hatinya.

"Iya dong, kita kan mau jadi keluarga. Jadi aku harus ikut!" Semangat Kania membuat Zanna tersenyum.

"Kamu cantik jika tersenyum." Bisikan Kenan yang tepat di depan telinganya membuat Zanna melirik sinis kearah Kenan.

"Sudah-sudah. Ken, ini yang namanya Kiran?" Tanya Mama Kenan yang terlihat masih sangat muda sambil tersenyum ramah ke arah Kenan.

"Iya Ma __ Pa, ini Kiran yang diceritakan Kania kepada kalian." Kania yang merasa disebut namanya mendengus karena merasa disindir.

"Sudah jangan ganggu adikmu, dia hanya ingin yang terbaik untuk kamu." Lerai mama Kenan yang melihat kedua anaknya mulai berselisih.

"Dengerin tuh apa kata Mama, dasar kakak tidak tau terimakasih."

"Apa kamu bilang?" Suara pertengkaran kecil antara Kenan dengan Kania tidak bisa mengalihkan Zanna yang tengah melihat dua orang yang selama ini Zanna hindari.

"Sayang, Mama tanya sama kamu." Kenan menyentuh pundak Zanna saat tidak ada respon dari Zanna saat mama nya bertanya. Zanna melamun dan tidak tau jika mama Kenan bertanya kepada dirinya.

"Hah? Iya?" Jawab Zanna yang terkejut karena sentuhan Kenan.

"Mama tanya, sejak kapan kita kenal?"

"Oh, Ma'af tante. Saya kenal dengan Kenan saat kita kuliah."

"Kok tante? Panggil Mama juga seperti Kenan dan Kania."

Zanna merasa gugup saat wajah perempuan yang ada di depannya itu terlihat sangat keibuan, tidak seperti wajah perempuan yang duduk di samping Papanya. Terlihat culas dan sadis.

"Iya, Ma."

***

Zanna sudah berdiri di depan kaca toilet restoran tempat pertemuan keluarga. Selama pertemuan Zanna tidak bisa fokus dengan apa yang dibicarakan dan sering melamun.

"Huh, mungkin memang sudah waktunya kami bertemu." Zanna menghembuskan nafasnya berat. Melihat wajah Papanya yang terlihat sedih membuat Zanna merasa kasihan, tapi saat mengingat apa yang sudah dilakukan dua orang itu membuat Zanna kembali meradang.

"Kamu harus menerima lamaran nak Kenan, Anna!" Suara yang tiba-tiba terdengar dari belakang tubuh Zanna membuatnya sedikit terkejut.

Zanna kembali menetralkan ekspresinya dan berbalik.

"Kenapa harus? Mau aku terima atau tidak itu urusanku!"

"Dasar anak kurang ajar! Setidaknya kamu harus berterimakasih kepada orang yang sudah membesarkan kamu!"

"Saya tidak pernah minta anda untuk membesarkan saya. Saya juga tidak pernah meminta anda untuk menerima saya. Lebih baik saya tinggal di jalanan dari pada melihat anda."

"KAMU!"

"Apa? Mau menampar saya lagi? atau menarik rambut saya? SILAHKAN!" Suara Zanna semakin meninggi, wanita di depannya ini sudah membuatnya kembali naik pitam.

"Jika kamu menolak lamaran nak Kenan, lihat saja! Papa yang sangat kamu sayangi itu akan mati, dan semuanya karena kamu."

"Mati? Karena aku? Hah! Jangan ngaco anda!"

"Ayah kamu yang bodoh itu sudah terlilit hutang yang sekarang hampir mencekiknya. Dia sedang merencanakan untuk bekerja sama dengan nak Kenan. Jika kamu berani menolak lamaran itu, lihat saja! Aku tidak segan untuk meracuni ayah kesayangan kamu itu!" Ancaman yang sudah sangat Zanna hafal selama ini, dan wanita di depannya itu selalu melakukan apa yang diucapkannya.

"Dasar wanita gila!" Zanna semakin geram. Ingin sekali dia melaporkan apa yang wanita itu lakukan kepada Papanya, tapi mulut wanita itu terlalu manis membuat papanya tidak pernah percaya dengan laporan Zanna.

"Terimakasih atas sanjungannya sayang." Wanita itu keluar dari toilet dengan kepala yang terangkat tinggi.

Zanna kembali terdiam. Ancaman wanita yang menjadi ibu tirinya itu benar-benar tertanam di otak Zanna.

***

"Kenapa dari tadi diam saja?" Tanya Kenan saat mereka sudah memasuki lift yang akan mengantar mereka ke apartemen tempat tinggal Kenan.

"Kenapa kamu memanggil Papa ku dan istrinya?"

"Bukannya dia orang tua yang kamu rindukan? Sekalian aku mengenalkan kamu kepada orang tuaku, aku juga ingin mengenal orang tuamu." Jelas Kenan sambil tersenyum lembut. Pertemuan kedua keluarga yang direncanakan Kenan berjalan lancar, membuatnya merasa senang.

"Tapi kenapa kamu membawa wanita iblis itu?! Kamu JAHAT!" Tubuh Zanna tiba-tiba merosot. Tangisan Zanna akhirnya tumpah karena dia sudah tidak bisa menahannya lagi dan semua itu membuat Kenan terkejut bukan main.

"Ada apa ini? Kamu kenapa?" Kenan bingung dengan apa yang sedang terjadi, pintu lift juga terasa sangat lama tidak segera terbuka.

"Kenapa kamu selalu menyakiti aku? Kamu benar-benar jahat, KE!" Zanna berteriak keras di depan wajah Kenan.

"Ma'afkan aku, katakan padaku apa yang terjadi padamu, Sayang." Kenan yang tidak mengerti dengan apa yang terjadi memeluk tubuh Zanna yang bergetar dengan erat. Tangisan pilu Zanna membuat Kenan semakin merasa bersalah karena sudah membawa kedua orang tua Zanna bertemu dengannya.

Kenan membopong tubuh Zanna yang lemas dan kelelahan karena selama di dalam lift wanita itu menangis sambil terus memukul tubuh Kenan. Selesai meletakkan Zanna di ranjang, Kenan menuju ruang kerjanya dengan terburu-buru.

"Eduard cari tau apa yang sebenarnya terjadi pada Kiran. Aku mau informasi yang lengkap." Perintah Zanna kepada tangan kanannya melalui sambungan telepon. Tanpa menunggu jawaban dari Eduard, Kenan sudah mematikan teleponnya karena teriakan Zanna yang cukup keras terdengar di telinganya.

"Tenang, Kiran. Aku disini." Kenan memeluk tubuh Zanna yang bergetar hebat. Wanita itu tidur dengan keringat yang membasahi sekujur tubuhnya.

"Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu, Sayang? Ma'afkan aku yang tidak bisa melindungi kamu." Lirih Kenan sambil mengusap kepala Zanna, Lembut. Melihat keadaan Zanna yang terlihat tidak dalam keadaan baik-baik saja membuatnya mulai khawatir dan semakin bertanya-tanya.

Tubuh Zanna mulai tenang, nafasnya juga mulai teratur membuat Kenan bisa menghembuskan nafas lega.

"Beritahu aku apapun masalah kamu, aku berjanji akan selalu ada untuk mu, Sayang."

Kenan memeluk tubuh Zanna dengan erat, mengecup berkali-kali kening Zanna dengan lembut. Tanpa sadar mata Kenan ikut tertutup dan terlelap bersama.

Apapun yang terjadi Kenan berjanji akan selalu ada di dekat Zanna. Menjadi satu-satunya sandaran untuk Zanna dalam menghadapi semua masalah yang Zanna alami.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C16
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous