"Eh, Rein?" Bibi mendapati ku berada di kamar bersama Ayssa, "lucu sekali merpati ini, kamu dapatkan dari mana?"
"Dari Alif, bi. Dia yang memberikan burung ini padaku."
Bibi terheran, "benarkah? Sejak kapan?"
"Baru tadi. Merpati ini tiba-tiba jatuh di balkon ketika aku dan Ayssa berada di sana. Dia juga memberiku surat."
"Oh ya?"
Ayssa memberikannya pada bibi, "coba bibi baca."
"Ya Allah...." Bibi mengusap kepalaku ketika telah membaca isi surat dari Alif, "sebenarnya bibi ingin tahu kenapa kamu bisa mendapatkannya, tapi nanti saja. Lebih baik kamu temui dia di depan."
"Dia? Dia siapa?" tanyaku yang terus mengelus bulu Merpati ini.
"Temui saja ke sana."
"Aku sedang tak mau menemui siapapun, bi."
"Tapi dia sudah berada di sini. Mau tak mau kamu harus menemuinya."
"Benar," sahut Ayssa, "lebih baik kamu temui dia dulu."
Aku mengendikkan bahu. "Aku tak akan pernah menemuinya."
"Kenapa?"
"Karena aku tahu siapa yang telah datang kemari."
"Memangnya..., siapa?" tanya Ayssa.
Terima kasih atas cinta dan kesetiaan yang telah teman-teman beri untuk ikut menjalani romansa kehidupan Alif, Reine dan Hamzah ini. Terima kasih pula bagi teman yang telah memberi penghargaan lebih kepada saya melalui cerita ini. Semoga teman-teman semua selalu dalam lindungan dan kasih sayang Allah SWT.