Télécharger l’application
100% Just Give Me The Same Love / Chapter 6: 05 : Menyadari

Chapitre 6: 05 : Menyadari

•••

Sedikit demi sedikit hal tersembunyi akan terkuak...

•••

Yoongi mengobati luka di tangan Jungkook, sedangkan Namjoon hanya bisa bergidik ngeri menatap luka itu. Walaupun Jin adalah seorang dokter namun keberadaannya tidak selalu ada di rumah.

"Kau selalu berbohong, Jung... Sebenarnya ada apa denganmu?" Protes Namjoon kesal.

Jungkook hanya bisa menatap ke arah jendela, dengan perasaan pasrah. Namjoon menatap wajah pucat itu, rasanya semakin lama ia pusing dibuat bingung dengan sifat Jungkook.

Yoongi tidak berniat berkata apa-apa, terlampau malas dan ribet. Bibir miliknya hanya akan mengatakan hal-hal yang benar-benar penting.

"Jungkook, kau aneh sekali. Jangan berbohong, lagi." Yoongi membalut tangan Jungkook dengan perban, setelah memberikan obat merah.

Jungkook tidak seperti dulu lagi yang akan meringis, jika luka miliknya terkena obat merah. Sekarang Jungkook hanya diam, dan matanya pun tidak menentu arah ingin melihat apa.

"Luka kecil saja, kak... Tidak perlu sepanik itu," Namjoon menatap Jungkook tidak percaya, adik manja milik mereka telah sirna. Yoongi hanya melirik sedikit melihat wajah Jungkook.

"Jangan main-main Jungkook, lukamu ini kalau terbuka terus, kau bisa kehabisan darah! Lagi pula bisa saja akan membekas di tanganmu jika tidak cepat-cepat diatasi." Protes Namjoon untuk yang kesekian kalinya.

Jungkook hanya mengangguk-angguk, tidak perduli mungkin.

Sekarang Jungkook lebih sering menyendiri di kamar, ia akan mencari makanan jika lapar saja. Jungkook akan meminta tolong kepada salah satu pembantu untuk membawakannya makanan ke kamarnya yang tepat berada di lantai dua.

---

Jimin sesekali melirik ke arah Jungkook yang tengah menyantap hidangan makan malam mereka, wajah miliknya kentara dengan pucat dan bola matanya sangatlah redup.

Saat mata Jimin melihat jari-jari milik Jungkook yang terperban membuat mata miliknya membola seketika karena keterkejutan, "hey, Jung... Tanganmu kenapa?" Bisik Jimin khawatir.

Jungkook hanya acuh tak acuh, ia melanjutkan makannya dan menghiraukan pertanyaan Jimin.

Jimin khawatir, sesekali Jimin menyenggol Jungkook dan menanyai kondisinya. Jungkook selalu membalas Jimin dengan kata yang sama.

"Aku baik, kak... Sudahlah, aku hanya kecapean aja,"

Jimin hampir frustasi dibuatnya, karena kata-kata itulah yang selalu keluar dari bibir tipis miliknya.

Taehyung yang sedari tadi memperhatikan Jimin, langsung bertanya dengan isyarat mata. Jimin hanya menggidikkan bahu miliknya dan mata miliknya menunjuk ke arah Jungkook.

Walau hari minggu sekalipun, Ayah mereka yang menyandang status kepala keluarga akan terus mencari nafkah. Sekarang ia tidak ada di meja makan bersama yang lain, begitu pula Jin.

Yoongi, dan Namjoon hanya bisa tutup mulut soal masalah Jungkook. Saat melihat adiknya memohon seperti itu membuat mereka tidak tega.

Ibu tengah sibuk memberi kasih sayang kepada Hyunbin, "sayang makannya yang pelan..." Ucap Yuna.

Hyunbin hanya mengangguk cepat, "Jungkook kau tidak makan udangnya?" Tanya Hyunbin dengan mulut yang masih di penuhi makanan.

Hyunbin bukanlah tipe anak gendut yang karena hal itu dia jadi sering terkena asma, bukan seperti itu. Hyunbin adalah anak yang daya tahan tubuhnya lemah, namun memiliki nafsu makan yang tinggi.

Jungkook menatap Hyunbin, lalu memberikan semua udang yang ada di piring nya sendiri. Membuat kakak-kakaknya kebingungan.

Makanan kesukaan Jungkook itu ada tiga, ayam, udang, dan pizza. Tapi, kenapa sekarang Jungkook sama sekali tidak protes?

Jungkook itu pintar makanya ia berfikir, dan ia begitu malas mendengar perkataan Ibunya jika ia tidak ingin memberi udang goreng miliknya.

"Jungkook, berbagilah kepada kakakmu dia minta udang..."

Pertama kali Jungkook mendengar kata-kata itu, ia hanya memaklumi dan membagi kakaknya itu dengan sukarela. Tapi, semakin lama kakaknya itu semakin meminta banyak hal.

Seperti merasa rumah ini adalah rumahnya, sekarang. Kadang hal itu membuatku kesal.

"Jungkook, jangan pelit sama kakakmu!"

Jungkook merasa terlalu lelah dan capek mendengar hal-hal itu, terasa panas jika terdengar di gendang telinga.

Grekk!

Jungkook bangun dari duduknya, "aku selesai." Ucap Jungkook datar.

Pandangan semua teralih ke arah Jungkook, sedangkan yang ditatap tidak tersenyum balik. Hanya datar dan diam.

Jungkook mengambil piring kotor miliknya, lalu membawanya ke dapur.

Hyunbin menatap ke arah punggung Jungkook dengan sendu, berharap adiknya itu memperhatikannya juga.

"Jungkook-ah, udangnya masih banyak nih... Kau tidak mau? Tidak ingin makan? Tumben sekali, loo..." Goda Taehyung, membuat Jungkook terdiam.

Jungkook menggeleng pelan, "tidak, aku kenyang. Terima kasih atas makanannya,"

Yuna hanya mengangguk-angguk, lalu melanjutkan pekerjaannya memberi kasih sayang lebih ke Hyunbin.

"Hyunbin-ah~ makannya jangan sampai berceceran," Yuna mengambil lap, dan mengelap sudut bibir Hyunbin. Membuat Hyunbin tersenyum senang, dan tertawa lebar.

---

Flashback ON.

Jungkook tengah duduk di kamarnya, ia memperhatikan beberapa botol obat miliknya. Jungkook hanya berniat memainkannya, namun nasib sial menghampiri dirinya.

PRANG!

Jungkook terkejut, bahkan sekujur tubuhnya menjadi kaku karena sakit di dada kirinya mulai terasa berdenyut.

Jungkook memegang dada kirinya, ia bahkan merasa tidak bisa bernafas. Keseimbangan tubuh miliknya sedang tidak stabil.

Jungkook jatuh, tangannya jatuh di pecahan beling-beling itu. Ia tidak berteriak, ia hanya meringis menatap sayatan-sayatam itu yang mengeluarkan darah segar.

"Auu! Auu!" Ringis Jungkook berdesis, dan mencoba menahan rasa sakit.

Tok! Tok! Tok!

"Jungkook! Kakak mendengar suara barang pecah, apa kau baik-baik saja?" Jungkook mendengar suara kakak keempatnya itu dari luar.

Jungkook tidak menyangka suara benda pecah itu membuat kakaknya itu datang, ia berpikir bahwa tidak akan ada yang datang.

Sekarang Jungkook mendengar suara kakak keduanya itu, "Namjoon, aku mendengar suara bising apa itu Jungkook?" Tanya Yoongi terdengar khawatir bagi Jungkook.

Jungkook buru-buru membersihkan pecah-pecah itu dengan pelan, tapi dengan cepat ia mengambil beling-beling itu. Walau Jungkook meringis kesakitan, namun Jungkook tetap mengambilnya.

"Sepertinya iya, kak... Soalnya itu bukan aku, walaupun tanganku ini gampang membuat barang pecah atau rusak, tapi kali ini bukan aku. Suer!" Jungkook menatap serius ke arah pecahan-pecahan itu, ia mendengar kak Namjoon membela dirinya sendiri.

Jungkook mendengar ketukan lagi, namun terdengar cukup pelan.

"Jung! Kau baik-baik saja? Buka pintunya biar kami tau keadaanmu," ucap Yoongi terdengar khawatir, di sela-sela kepanikannya.

Jungkook enggan menyahuti perkataan dan pertanyaan kakak-kakaknya dari luar kamar, terlalu serius dengan barang pecah belah hingga lupa keberadaan kakak-kakaknya yang menunggu kepastian.

Mungkin sekitar 10 menitan kemudian, Jungkook baru menyahut seruan kedua kakak-kakaknya itu.

"JUNGKOOK! Suer jangan buat kami khawatir," kesal Namjoon.

Cklek'

Jungkook memasang wajah datar dan terlampau santai, Jungkook mencoba menyembunyikan kedua tangannya di belakang.

"Kak, kalian ini kenapa sih? Dari tadi teriak-teriak mulu, berisik ih..." Kata-kata yang terucap dari bibirku, sepertinya membuat kak Yoongi maupun kak Namjoon naik darah walau sekilas wajah tegang milik mereka terlihat lega.

"Jungkook, kau ini yang kenapa?! Tadi kita dengar suara pecah belah dari sini, sebenarnya ada apa?" Tanya Yoongi yang mulai meninggikan intonasi nada miliknya karena terlalu khawatir.

Aku menggidikkan bahu, "ohh tadi itu cuman ada barang yang pecah, itu aja... Jadi aku bersihkan deh," jawabku terlampau santai.

Namjoon menghela nafas panjang, "Jung, kami khawatir... Hargailah kami," ucap Namjoon sedikit kesal.

Aku hanya bisa menggidikkan bahunya lagi, "yahh, terima kasih atas perhatiannya..." Jawabku menundukkan kepala dengan pelan tanda menghormati.

Sepertinya sedari tadi mata milik kak Yoongi memperhatikan gelagat milikku, apa begitu terlihat? Kak Yoongi langsung menarik tanganku cukup cepat.

"Kak, apa yang kau laku—" awalnya aku ingin menarik tanganku dengan kesal, tapi aku membisu ketika kak Yoongi menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

Kak Namjoon terlihat terkejut melihat tanganku dengan sayatan yang terlihat begitu menyakitkan terhias di beberapa jariku dan tanganku. "Astaga, Jung!?" Kaget kak Namjoon. Darah segar mengalir dengan deras, membuat kak Namjoon terlihat bergidik ngeri.

Sedangkan kak Yoongi hanya menatap dingin dan datar ke arahku membuatku menciut seketika, "kau tidak bisa membohongiku, Jung..." Dingin Yoongi menusuk ke tulang hingga ke tulang keringku rasanya.

Flashback End.

---

"Tae, mau nggak nanti sehabis makan malam mampir bentar ke kamar Jungkook yuk! Sudah lama kita tidak main kesana," ajak Jimin membisik.

Taehyung terlihat lagi tidak berminat, "hehh, aku lelah Jim... Lagipula pasti sebentar lagi Hyunbin kambuh lagi, kan sudah menjadi rutinitas semata. Kita harus menemaninya," jelas Taehyung ikut berbisik, Jimin hanya bisa terdiam sambil menatap ke arah tangga yang menuju lantai diam

"Besok aja deh," Taehyung menyetujui perkataan Jimin.

TBC.


Load failed, please RETRY

Un nouveau chapitre arrive bientôt Écrire un avis

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C6
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous