Aku akan membawa jaket ini pergi, aku yang akan menyimpannya sebagai pengganti raganya. Tangisku mulai hilang, hanya sisa nafas yang terisak. Aku bahkan tidak bisa mengeluarkan air mata lagi, diam, sambil terus bertahan supaya aku tetap sadar.
"Widya... Ayo kita pulang" ucapku lirih dengan suara yang serak.
"Ayo Nimas" jawab Widya lembut.
Widya menggandeng lenganku keluar kamar Reno, sampai diruang tengah ibu dan bibi menyambutku dan memintaku untuk duduk bersama mereka.
"Ibu, bibi... Ijinin Nimas buat bawa jaket ini ya" ucapku lalu tersenyum.
"Iya sayang. Bawa dan simpanlah" jawab ibu membelai kepalaku.
"Terimakasih Bu... Nimas minta maaf atas semua sikap dan ucapan Nimas yang sudah membuat tidak nyaman" ucapku lagi sambil menyatukan kedua tangan di depan wajahku.
Ibu tersenyum dan mengangguk, kemudian ia menggenggam tanganku dengan penuh kasih sayang.