RANIA/3
Malam baik saja, perempuan di lorong itu yang sedang tak baik; ia menggantung nasib pada angin malam, agar kalimat terakhirnya tersampaikan. Naas, jerih payahnya ternyata palsu, utang memutari hidupnya, kini akan mati sebab, obat kemarin belum lunas juga.
Terkepung, semuanya kelam
Apa daya, kini hanya menghitung mati
"Mati kau, Rania."
Tertancap, tertembak, tak terpikir sembunyi, laku bengis menghabisinya; bukan, uang untuk obat-obatan
menusuknya dari belakang.
Angin malam tergesa-gesa, ingin merusak mozaik
Sesuatu amat cepat datang, menghambur pada jendela milik pasien.
Bergumul dengan mati, saat semilir pawana malam
berputar-putar pada telinga laki-laki itu, menyampaikan berita mati
Jantung tak karuan memompa, napas tersengal, mata
mengerjap-ngerjap, lalu berdamai dengan mati.
"Tak mencintaimu, bukan seperti itu. Tak mencintaimu dengan biasa saja, itu maksudku. Lebih dari itu, aku mencintaimu dengan sangat, sungguh sangat yang membuat kita sempat menyicipi masa-masa senja."
2019
— Un nouveau chapitre arrive bientôt — Écrire un avis