Keesokan harinya. Seperti yang sudah direncanakan Rich dan Brian akan di operasi. Rich telah lebih dahulu di bawa masuk ke ruang operasi. Brian meminta pada perawat agar ia dapat menemui Dom sebentar saja. Perawat itu setuju dan memanggil Dom.
"Ada apa?" Dom bertanya.
"Tolong berikan ini pada Rich dan Vanessa" Brian memberikan dua pucuk surat kepada Dom.
"Untuk apa? Kau bisa menemuinya nanti" Dom menolak.
"Aku takut nanti jika bertemu dengannya aku tak bisa berbicara. Kau tahu bukan aku tak terlalu pandai dalam menunjukkan kasih sayangku pada mereka" jelas Brian.
"Tap--" Dom masih juga menolak.
"Dom, tolong!" Pinta Brian.
"Baiklah aku mengerti" Dom menerima permintaan Brian dan menyimpan dua surat yang diberikan oleh Brian di saku jasnya.
"Gracias!" Ucap Brian.
"De nada!" Balas Dom.
"Kemarilah. Aku ingin memelukmu!" Pinta Brian.
Dom lalu memeluk Brian. Brian meneteskan air matanya dan memeluk Dom dengan sangat erat seakan-akan mereka tidak akan bertemu lagi. Ia juga sempat terisak namun mencoba untuk menyembunyikannya. Dom heran dengan sikap Brian. Ada apa dengan Brian? Kenapa sikapnya aneh begini. Pertanyaan itu memenuhi pikiran Dom.
"Ada apa? Apa ada yang salah? Kenapa kamu memelukku dan menangis seakan kita tak akan bertemu lagi?" Tanya Dom.
"Gak. Aku hanya sedikit gugup" Brian melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya.
"Aku gak percaya! Apa yang terjadi?" Tanya Dom penasaran.
Brian menggelengkan kepalanya. Perawat datang dan mengalihkan perhatian mereka.
"Sudah waktunya Tuan!" Tegur Perawat.
"Baiklah. Aku pergi dulu!" Brian memeluk Dom lagi namun hanya sesaat lalu melepaskannya dan pergi bersama suster itu ke ruang operasi.
"Ada apa dengannya?" Guman Dom.
*** *** ***
Operasi sedang berjalan. Nara, Dom, dan Shelly menunggu di ruang tunggu ruang operasi. Operasi ini akan berjalan selama delapan jam dan hanya tersisa satu jam lagi maka operasi akan selesai.
"Ayo kita makan dulu Nara" ajak Shelly.
"Gak. Aku ingin disini sampai operasi selesai" tolak Nara.
"Tapi ini sudah tujuh jam kak! Kamu belum memakan apapun dari tadi pagi. Jika Rich tahu dia akan marah" kata Dom.
Nara mengabaikan perkataan Dom dan Shelly. Ia kekeh tetap disini sampai operasi selesai.
Satu jam telah berlalu. Tepat pada pukul 03.03 PM operasi Rich dan Brian selesai dilakukan. Dokter yang menangani operasi itu pun keluar.
"Gimana dok?" Tanya Nara.
"Operasi berjalan sukses. Tuan Rich akan dibawa ke ruang VVIP sekarang" jawab dokter.
Badpasien Rich keluar dari ruang operasi dan menuju ruang VVIP. Nara mengikuti badpasien Rich.
"Gimana dengan Brian dok?" Tanya Dom.
"Tuan Brian akan dipindahkan ke ruang ICU" jawab dokter.
"ICU?! Tapi kenapa?" Tanya Dom terkejut dan khawatir.
"Apa tuan Brian tak mengatakannya pada anda?" Tanya dokter.
Dom hanya menggelengkan kepalanya.
"Pasien tak akan bisa bertahan lama" kata dokter.
"Kenapa?" Tanya dom semakin khawatir.
"Tubuh Tuan Brian sama seperti Tuan Rich. Tak bisa bekerja dengan satu ginjal. Tuan Brian tahu itu bahkan ia juga mengetahui kemungkinan untuk dia bertahan hanya 20%" jelas dokter.
"Dan dia tetap setuju melakukan operasi ini meski tahu resiko yang sangat besar ini?" Tanya dom tak percaya.
Dokter hanya bisa mengangguk membenarkan.
"Jadi dia tak akan bisa bertahan dok? Apa dia bisa siuman walau hanya sebentar saja?" Tanya Dom.
Dokter itu menggeleng sebagai jawaban.
"Maaf, saya permisi" pamit dokter itu.
Dokter berlalu dan Dom menangis sejadi jadinya. Ia akan kehilangan seorang kakak untuk menyelamatkan kakak yang lainnya. Brian akan pergi untuk selamanya. Dia bahkan tak mengucapkan selamat tinggal. Bagaimana bisa dia mengambil keputusan seperti ini. Shelly yang berada disisi Dom mencoba menenangkan Dom dengan memeluknya.
Brian hanya bertahan selama tiga jam dan selama tiga jam itu Dom menghubungi Vanessa yang berada di LA melalui Video Call. Vanessa mengatakan bahwa ia tahu tentang keputusan Brian dan sudah mengikhlaskan nya.
Brian dinyatakan meninggal dunia pada pukul 07.30 PM. Dom kembali menangis saat dokter menyatakan bahwa Brian telah tiada. Vanessa juga menangis disana dan memeluk ibu Brian. Brian meninggalkan di usia yang masih sangat muda, 30 tahun. Nara juga menangis saat dom menceritakan tentang pengorbanan Brian demi Rich dan akhirnya meninggal dunia.
Esok harinya Brian dimakamkan di pemakaman Keluarga Collingwood dan Reischotan. Hari itu keluarga Collingwood dan juga keluarga Reischotan berduka. Sayangnya Rich belum sadarkan diri saat Brian dinyatakan meninggal ataupun saat pemakaman Brian.
"Good Bye Brother. Thank you for everything. I Will protect Vanessa for you. See you again Brian!" Ucap Brian di pemakaman Brian.
Pemakaman Brian dihadiri oleh keluarga besar Collingwood dan keluarga Reischotan. Vanessa tak bisa hadir ke pemakaman Brian karna Brian yang memintanya untuk tidak hadir.
*** *** ***
Seminggu setelah pemakaman Brian akhirnya Rich siuman. Ia siuman dihadapan Nara, Dom, Shelly dan kedua orang tua Rich dan Nara. Dokter memeriksa keadaan Rich dan menyuruh semua orang untuk menunggu di luar.
"Pasien sudah sadar dan kondisinya semakin membaik" kata dokter.
"Gracias Dokter" dom berjabat tangan dengan dokter.
Dokter pamit pergi dan mereka kembali masuk keruangan Rich di rawat.
"Hey Rich!" Sapa Dom.
Rich hanya bisa tersenyum membalas sapaan Dom. Nara duduk di samping Rich dan menggenggam tangan Rich lalu menangis. Rich menghapus air mata Nara dan memberikan isyarat jangan menangis.
"Kamu membuat kami semua khawatir kak!" Kata Dom.
"Maaf" ucap Rich.
"Bagaimana keadaanmu Rich? Maaf kami baru bisa menjengukmu" sapa papa Nara.
"Gak masalah pa. Makasih udah datang" kata Rich.
"Gimana keadaanmu sayang?" Tanya mommy Rich.
"Aku udah membaik mom. Oh ya, gimana bisa kalian mendapatkan pendonor untukku? Siapa dia?" Tanya Rich.
Nara hendak memberitahu Rich namun langsung di cegah oleh Dom dengan menggelengkan kepalanya.
"Dia orang yang baik" jawab Dom.
"Dimana dia? Aku ingin bertemu?!" Kata Rich.
"Saat kamu udah sembuh baru kalian akan bertemu" ucap Dom meyakinkan.
"Baiklah. Tapi satu hal yang menggangguku. Dimana Brian?" Tanya Rich.
"Brian .... Dia ..... " Dom menggantungkan ucapannya.
"Dia sekarang bersama Vanessa di LA. Kami belum mengabarinya" sambung Nara bohong.
"Aku akan menelpon nya" Rich mencoba meraih ponselnya.
"Jangan sekarang. Kamu harus pulih lebih dulu. Jika kamu ngabarin dia sekarang pasti dia khawatir" Nara menyembunyikan ponsel Rich.
"Baiklah saat aku sembuh nanti aku ingin bertemu dengan Brian dan pendonor ini" Rich menurut.
Nara mengangguk setuju. Dom tak mengizinkan seorang pun untuk memberitahu Rich bahwa Brian lah yang telah menjadi pendonor untuknya dan ia sudah meninggal dunia seminggu yang lalu.
*** *** ***
Dua Minggu telah berlalu. Kondisi Rich sudah sangat membaik sekarang dan dia sudah diperbolehkan untuk pulang. Dom dan Daddy datang untuk menjemput mereka.
"Gimana? Udah siap untuk jadi Presdir?" Tanya Dom.
"Itu posisimu dom, bukan posisiku" jawab Rich.
"Tapi itu hakmu, bukan hakku" protes Dom.
"Aku sudah menolak posisi itu Dom! Dad bantu aku jelaskan padanya" kata Rich.
"Daddy Setuju dengan Dom. Kamu pasti bisa memimpin perusahaan" Daddy menyampaikan pendapatnya.
"Aku gak mau dad. Lagi pula aku masih seorang FBI dan aku juga seorang Mafia" Rich membela diri.
"Oh come'n Bro, itu hakmu! Kami yang layak dan cocok untuk memimpin perusahaan" kata Dom.
"Aku juga harus menanyakan pada Brian apa aku haru si FBI dan menjadi Mafia atau berhenti dan bekerja di perusahaan" kekeh Rich.
"Kenapa harus nanya ke Brian? Itu keputusanmu" protes Daddy.
"Dia sudah seperti kakakku. Dia yang ada saat semua orang menghilang, dia yang menolong dan membantuku dalam bahaya ataupun kesulitan" Rich mengambil ponselnya disaku celana dan mulai menelpon Brian.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Dom.
"Kenapa dia gak ngangkat telpon dariku?" Ucap Rich bingung.
"Percuma saja!" Kata Dom saat melihat Rich mencoba untuk menghubungi Brian lagi.
"Kenapa sekarang nomornya jadi gak aktif?" Rich semakin bingung.
"Rich ada yang ingin ku katakan" kata Dom.
"Jangan sekarang Dom. Aku sedang khawatir pada Brian. Dimana dia dan kenapa susah sekali menghubunginya?!" Tanya Rich.
"Percuma saja kamu menghubunginya" ucap Dom.
"Apa maksudmu Dengan percuma? Apa kamu gak khawatir sama dia?" Rich kesal dengan perkataan Dom dan masih mencoba menghubungi Brian lagi
"Dia sudah meninggal Rich!" Ucap Dom.
Ucapan Dom berhasil membuat Rich terkejut dan tertancap tepat dihatinya. Ia berjalan mendekati Dom dan menarik kerah bajunya.
"Apa yang kau katakan? Berani sekali kamu bicara seperti itu tentangnya!" Rich memberikan sebuah pukulan diwajah Dom.
Dom terjatuh ke lantai. Ia menghapus darah yang keluar dari hidungnya. Baru kali ini Rich memukulnya dengan sangat keras.
"Aku mengatakan yang sebenarnya Rich!" Kata Dom.
"Itu mustahil! Gimana mungkin dia bisa meninggal? Apa terjadi dan kenapa baru sekarang kamu mengatakannya padaku!" Amarah Rich memuncak.
"Semua yang ingin dia katakan ada disini. Ini untukmu dan ini untuk Vanessa" Dom memberikan dua surat peninggalan Brian pada Rich.
Rich meraih kedua surat yang diberikan oleh Dom dan membuka surat bertuliskan namanya.
Hai Rich! Aku harap kamu baik-baik saja setelah operasi itu. Maaf aku harus mengambil keputusan ini. Aku menganggapmu sebagai adikku sendiri dan aku tak bisa membiarkanmu pergi disaat kamu mulai bahagia.
Kita sudah berteman lama, mungkin sudah sekitar 25 tahun kita bersama. Saat aku mendengar kabarmu yang sedang kritis aku langsung take off dari LA dan menuju Spanyol.
Aku benar-benar khawatir padamu. Chih! Bagaimana kamu bisa selemah itu? Kamu berhasil membuatku takut.
Aku senang dengan keputusanku ini. Walaupun aku sudah tidak ada lagi di dunia kalian tapi ginjalku masih hidup didalam tubuhmu. Jadi tetaplah hidup, mengerti?
Tolong berikan surat yang satunya pada Vanessa. Dia sedang berada di LA. Saat aku take off aku tidak mengizinkannya untuk ikut karna kondisinya. Maaf harus memberitahu mu sekarang dan dengan cara ini. Sebenarnya Vanessa sedang mengandung anak pertama kami. Menurut hasil USG bayi kami laki-laki dan akan lahir enam bulan lagi.
Aku akan menjadi seorang ayah Rich! Aku sangat bahagia dengan kabar ini. Bahkan aku sudah menyiapkan nama untuknya, Vin Brian Reischotan. Tolong jaga dia dan Vanessa karna aku sudah tiada di dunia ini.
Aku terlalu banyak bicara ya? Maaf aku tak bisa menahan diri agar tidak menulis semua ini. Terimakasih untuk kenangan selama 25 tahun ini. Kita sudah menghadapi berbagai macam tantangan dan masalah yang membuat kita dewasa. See you again brother and thank you for a wonderful 25 years. Bye!
Barcelona, 10 Oktober 2019
Your Brother, Brian Reischotan.
Rich meneteskan banyak air mata saat membaca surat dari Brian. Saat selesai membacanya pun ia masih sangat terisak dan terpukul. Nara memeluk Rich agar ia merasa lebih tenang tapi Rich masih juga menangis meskipun di pelukan Nara.
"Biarkan dia pergi. Ikhlaskan saja" ucap Nara.
"Bagaimana dia bisa sebodoh ini? Kenapa harus dia yang menjadi pendonor?" Rich terisak.
"Itu demi kebaikanmu. Dia selalu menjadi perisai mu bahkan saat kamu terluka di Madrid dulu. Apa kamu ingat? Dia sangat khawatir" kata Nara.
"Tapi kenapa harus dia? Kenapa?" Protes Rich sambil melepaskan pelukannya dari Nara lalu melampiaskan amarahnya dengan memukul dinding rumah sakit.
"Tolong tenang dulu kak" pinta Dom.
"Diam kau! Aku tak ingin bicara denganmu!" Bentak Rich.
"Aku paham jika kamu marah padaku tapi jangan seperti ini kak, kesehatanmu akan menurun lagi" pinta Dom lagi.
"Aku benci kalian semua!!!!" Umpat Rich.
"Kami gak tahu apapun tentang resiko yang akan diterima oleh Brian. Dia tak mengatakan apapun. Jika kamu tahu, kami juga gk akan membiarkannya" jelas Nara.
"Tolong tinggalkan aku sendiri" pinta Rich.
"Kita pulang dulu ya. Nanti kamu bisa menyendiri di rumah" kata Nara.
Rich berdecak kesal. Ia memukul dinding dengan sekuat tenaganya. Nara mencoba menghentikan Rich lagi dan memintanya untuk tenang dan pulang bersamanya. Rich tak memberikan respon apapun. Nara menarik tangan Rich untuk duduk di kursi Roda. Rich pun tak melakukan perlawanan apapun. Ia hanya menangis dan tak memperdulikan Nara, Dom dan Daddy. Nara mulai mendorong kursi roda Rich keluar dari ruangan.
*** *** ***