Télécharger l’application
11.76% Moon Eclipse / Chapter 18: 18

Chapitre 18: 18

Suara riuh terdengar dari luar, entah ada apa sampai sayup-sayup keramaian orang yang berbicara terdengar kekamar nya. Clara masih sibuk melilitkan tubuhnya di balik selimut dan mengusap kan wajahnya ke bantal.

"Apasih berisik banget...." Ucap Clara yang merasa terganggu, jujur saja dirinya kelelahan karena mencari obat semalam. Itu sebabnya tidurnya terasa sangat nyenyak malam ini.

"Berisik banget...." Keluh Clara yang akhirnya duduk, ia memperhatikan sekitar kamarnya yang kosong, ia beranjak menuju jendela untuk melihat asal suara ribut itu

Dari atas dia bisa melihat ramainya persiapan acara gadis terpilih yang dibatalkan, meskipun Clara sudah ditetapkan sebagai gadis yang menang dalam kecerdasan para rakyat tidak tahu dan tetap datang. Lagi pula ratu Angelina ingin merayakan nyawa ke 2 Alveno.

"Mampus! Aku belum ngapa-ngapain" panik Clara

Selimutnya yang masih melilit badannya langsung ia lepas paksa dan dilemparkan ke tempat tidurnya. Ia membuka pintu kamar untuk mencari para dayang. Ternyata sudah ada yang menunggu Clara terbangun sejak tadi pagi.

"Kalian! Kenapa nggak membangunkan aku!?" Ucap Clara dengan nada nge gas

"Maaf nona, kami tidak di..."

"Sudahlah aku akan mandi, tolong bersihkan kamar karena aku udah telat" ucap Clara langsung menghambur ke kamar mandi. Dua dayang langsung ikut masuk kekamar untuk merapikan ranjang dan mempersiapkan kebutuhan Clara.

Selang beberapa lama Clara sudah memakai baju yang layak untuk dia pakai, kali ini dia memakai pakaian yang dipilih oleh orang lain. Gaun seperti drama kolosal yang berwarna abu-abu perak. Ia bahkan tak terpikir untuk menanyakan siapa yang memilihkan gaun itu.

"Apa aku harus ke lapangan sekarang?" Tanya Clara pada dayang yang masih mengikutinya

"Tentu nona"

"Acara sudah dimulai dan aku masuk begitu aja?" Jelas Clara lagi

Kedua dayang itu saling tatap karena tidak tahu harus mengatakan apa. Akhirnya dengan keraguannya Clara berjalan mencari jalan untuk masuk ke tempat Rose, Bianca dan Brienna berada, ratu Angelina sedang berbicara dari singgasana nya sekarang.

"Aku rasa acaranya sudah selesai, lebih baik aku menunggu disini" ucap Clara yang berdiri disamping belakang bangunan tempat Para gadis terpilih duduk.

"Sebaiknya Nona masuk saja"

"Gak, aku nunggu aja. Apa acara selanjutnya setelah ini?"

"Kami kurang tahu nona"

"Oh iya mana Alveno?" Tanya Clara yang tadi asik memperhatikan siapa saja yang datang. Karena tidak ada jawaban Clara melirik wajah panik kedua dayang itu

"Ada apa? Kenapa kalian terlihat takut?"

"Kami lupa, seharusnya nona menjemput pangeran Alveno dan membawanya kesini, ampun nona"

Clara menatap wajah panik kedua dayang itu, dia sama sekali tidak merasa kesal atau marah. akhirnya dia berjalan kembali kebelakang tanpa memarahi dayang yang lupa akan tugasnya. Ia memasuki istana kembali dan menuju  kamar Alveno, dan kebetulan pintunya sama sekali tidak ditutup.

"Maaf aku terlambat" ucap Clara dengan santai

"Apa kau terlambat bangun?" Tanya Alveno, dia sudah rapi dengan pakaian khas pangerannya dengan rambutnya yang sebahu diikat setengahnya.

"Aku.... Iya aku terlambat bangun, apa kau sudah minum obat?" Tanya Clara yang melangkahkan kakinya ke dalam kamar. Sedangkan dua dayang itu diam diluar.

"Sudah, sepertinya kita tidak perlu hadir di acara gadis terpilih itu lagi, kau terlambat. Lagi pula hanya ada beberapa penyampaian informasi saja"

"Informasi apa?"

"Mengenai kau yang menyelamatkan nyawaku, dan pemenang gadis terpintar pada saimbara ini. Lebih baik kau bersiap untuk uji ketelatenan saja sekarang"

Alveno duduk di sebuah kursi dikamarnya yang luas itu dan Clara dengan percaya diri nya menjelajahi barang antik diruangan Alveno. Semua pajangan ia amati dan ia sentuh

"Kalau dimasa depan aku punya semua barang ini, aku bisa kaya mendadak" batin Clara sambil tersenyum-senyum sendiri, Alveno yang sejak tadi memperhatikan Clara merasa aneh melihat gadis itu menatap keramik dan pajangan kamarnya dengan senyum aneh

"Clara?"

"Yah?"

"Kau sehat?"

"Tentu saja, kau lah yang sedang sakit disini"

Alveno memutar bola matanya mendengar ucapan Clara yang bahkan tak melihatnya ketika berbicara.

"Aku ingin bertanya, sebenarnya darimana kau tahu tentang ramuan obat semalam?"

Refleks Clara melihat tatapan Alveno dan berjalan menuju kursi yang lain berhadapan dengan Alveno, ia duduk dikursi yang berstatus ter empuk dinegera ini.

"Jika ku beritahu kau takkan percaya"

"Kenapa?"

"Karena... Aku juga nggak percaya"

"Jangan berbelit, jelaskan saja. Aku sangat penasaran"

"Aku nggak tahu, aku tahu begitu saja. Kau tahu aku hilang ingatan"

"Aku rasa kau tak sepenuhnya hilang ingatan, kau masih mengingat beberapa hal. Tapi kenapa sikap mu berubah?"

"Sikap ku memang begini.... meskipun... dulu tidak" ucap Clara ragu

"Sudahlah, yang jelas terimakasih akan semalam. Apa kau sudah memikirkan permintaan mu?"

"Belum" jawab Clara datar, Alveno malah senyum tertawa menatap Clara.

"Kenapa kau tertawa? Ada yang lucu?" Clara kebingungan

"Aku yakin kau sudah tahu mau meminta apa, mungkin kau gengsi"

"Gengsi? Untuk?"

"Pikirkan saja sendiri" senyum licik Alveno sambil beranjak dari duduknya dan menuju pintu

"Eh kau mau ke mana?"

"Acara sudah pasti selesai, dan kita berdua tidak mungkin dikamar terus, kau betah berduaan disini?"

Mata Clara mengerjap beberapa kali, antara malu sendiri, kesal, gugup, semua bercampur aduk menjadi satu. Dia tidak bisa menjamin mukanya terlihat santai sekarang.

"Kampret! Pikiran ku traveling" batin Clara. Dengan gugup dia berjalan keluar kamar melewati Alveno, meski tak tahu arah dia jalan begitu saja ke arah sisi kanan

"Kiri" ucap Alveno

Dengan tetap diam Clara putar balik untuk ke lorong kiri. Para dayang sudah meninggal kan mereka berdua yang hendak pergi ke suatu tempat. Setelah memperhatikan bagian istana yang belum pernah ia lewati ini rasa gugup Clara tadi hilang.

"Kita mau kemana?"

"Aku mau berjumpa Hamze"

"Hamze? Dia sudah pulang?" Antusias Clara

"Kenapa kau sangat senang? Asal kau tahu dia tidak akan mau berkencan dengan mu?" Ucap Alveno

"Apasih? Gila nih? Bodo"

"Kau baru menghinaku?" Tanya Alveno dengan mata melotot

"Gak, tenang aja. Kau masih pangeran disini jadi aku gak bisa macam-macam"

"Macam-macam? Mungkin kau lupa kau sudah melakukan banyak macam pada ku. Memukul kepalaku, tak pernah menyebutku dengan sebutan pangeran atau yang mulia, mengejekku. Banyak" protes Alveno dengan gaya lebay nya.

"Oke maaf"

"Ternyata sifat mengesalkan mu salah satu hal yang gak berubah" ucap Alveno

Mereka segera menyeberangi koridor yang seperti jembatan gantung untuk menuju menara tempat Hamze, sesampainya di sana ada banyak kamar yang biasanya menjadi ruang pribadi para petinggi kerajaan

"Tempat apa ini?"

"Ini tempat tinggal para petinggi kerajaan yang disediakan, tapi banyak yang tak dipakai sama mereka dan dijadikan ruang penyimpanan barang saja"

"Terus kenapa kita kesini?"

"Kamar Hamze disini, dia tinggal disini ketimbang mempunyai rumah sendiri"

Merekapun tiba diruangan yang dimaksud, saat Alveno menyebut nama Hamze dengan cepat pintu itu terbuka dan menampilkan sosok yang sudah lama Clara cari.

"Hamze!" Sapa Clara dengan semangat

"Siang nona Clara"

Mereka semua masuk kedalam, dikarenakan Alveno sedang berbicara serius dengan Hamze diruangan lain di dalam kamar itu Clara menunggu sambil memperhatikan barang aneh Hamze yang belum pernah ia lihat.

"Aku dengar Clara yang menyelamatkan mu semalam?"

"Iya, kau sangat lambat kalau Clara tidak ada aku sudah menjadi mayat ketika prajurit membawamu kembali ke Istana"

"Hahaha, bahkan jika aku pulang dengan cepat kemungkinan kau sembuh tidak besar, aku hanya mengandalkan sihir"

"Apa kau tidak merasa aneh? Bahkan kau saja tidak tahu ramuan dari racun bunga itu. Tapi Clara tahu" ucap Alveno mulai serius

Hamze ikut menatap Alveno sambil berfikir, senyumnya juga sudah hilang menyadari keanehan itu

"Mungkin dia tahu itu karena dimasa depan sudah pasti orang lebih pintar" batin Hamze

"Aku tidak tahu pasti, mungkin dia dulu mempelajari racun itu" ucap Hamze

"Lalu, apa ada info baru?"

"Begini, saudaraku menemukan satu petunjuk, ada satu komplotan berbayar dihutan kerajaan Gimbora, belakangan ini masyarakat yang memperhatikan mereka merasa ada yang ganjal. Harta mereka semakin banyak tapi kasus perampokan tidak sesuai dengan kemakmuran mereka"

Diluar ruangan Clara sama sekali tidak merasa bosan menunggu percakapan mereka yang begitu lama itu. Karena pernak pernik ruangan Hamze membuatnya antusias.

"Apa ini?" Ucap Clara melihat sebuah botol kaca yang seolah bersinar terkena cahaya matahari

"Clara?" Ucap Alveno yang sudah keluar, refleks Clara menjauhkan tangannya dari botol itu

"Ya?"

"Ayo pergi"

"Mm.... Apa aku bisa bicara dengan Hamze?"

.

.

.

.

~Jangan Lupa mengundi/vote dan beri komentar yah❤️~


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C18
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous