Télécharger l’application
34.14% My Possessive Brother / Chapter 28: Bab 28. Perang Dingin

Chapitre 28: Bab 28. Perang Dingin

Pagi yang indah untuk memulai aktifitas, begitulah yang ada di benak semua orang. Mempersiapkan semuanya, semua keperluan hari ini. Keluar dari zoa aman melangkahkan kaki kejalan raya, menapak lebar--lebar menatap kedepan penuh percaya diri menyonsong masa depan. Begitu lah kata hati semua orang. Tapi berbeda dengan pewaris tunggal kerajaan bisnis keluarga Willshon ini.

Seolah masih setia duduk diatas kasur empuknya. Tak berniat beranjak sedikitpun. Sampai salah seorang pengawalnya memasuki kamarnya.

"Tuan muda, mobil anda sudah siap' ucap lelaki berparawakan besar itu.

Alex menatap malas lelaki di depannya, sepertinya bertengkar dengan adiknya tidak memberikan efek yang bagus bagi mood nya pagi ini. Alex mengedipkan matanya bosan, menurunkan pandangannnya malas , sebelum seorang pekerja rumah tangga di kediamannya memasuki kamarnya takut-takut. Alex menghela nafas kasar, bahkan sekarang dia ingin mengusir dua orang di depannya ini, sebelum sesuatu terlintas di otaknya.

"apa Alexsa sudah bangun" tanya Alex pada wanita yang menunduk takut di depannya itu.

"nona muda sudah berangkat sejak 20 menit yang lalu tuan" jawabnya tak berani menatap tuan muda nya yang sekarang sudah dilingkupi aura gelap lagi, persis seperti waktu dia melihat tuan mudanya bertengkar hebat dengan nona muda.

"APA" ALEX berteriak marah.

"kenapa kalian biarkan dia pergi sendiri" teriak Alex kesal, mereka menunduk takut. Takut menghadapi amarah tuannya,.

"jawab!" Alex semakin kesal, dengan kebungkaman kedua orang di depannya ini.

"maaf tuan, kami sudah mencoba menghentikan nona, tapi nona memaksa tuan." Jawab lelaki itu ragu, takut kalau-kalau jawabannya salah

"CK!!.." Alex mengumpat marah " mengurus satu orang gadis saja kalian tak sanggup" ucap Alex tajam

"maafkan kami tuan" mohon mereka berbarengan

Alex mengerem kesal, kalau terus terusan dia mendengarkan permintaan maaf kedua orang di depannya, sama saja buang-buang waktu namanya, dengan gerakan kilat, Alex langsung menyambar jaketnya dan bergegas ke bawah.

***

Langkah yang biasanya anggun, tak buru-buru, dan tegas. Kini berubah menjadi langkah lebar nan kasar. Mata yang biasanya menatap lembut namun dingin, kini berubah menyeramkan, tidak ada kesan lembut ataupun bersahabat didalamnya, hanya ada amarah disana.

Beberapa orang yang dilewati menatap heran kearah Lexsa, tidak biasanya gadis itu membawa mobil sendiri dengan ekpresi menyeramkan seperti itu.

"wah wah.. sepertinya my bebeb Alex bosan juga ya selalu pergi sama lo ke sekolah" ucap seorang gadis yang sekarang sudah berhenti didepannnya menghadang jalannya.

"itu buka urusan lo cabe" balas Lexsa kesal.

"kenapa ni cewek selalu muncul disaat yang sangat tepat.. menyebalkan"

"haha,, sayangnya itu menjadi urusan gue, karena lo sudah menjadi penghalang hubungan gue dan Alex" balas karin tak terima

"hubungan yang Cuma lo yang mengakuinya, haha" balas Lexsa tertawa mengejek

Karin meggeram kesal, dengan kata-kata balasan yang diterimanya.

"tapi lo tenang saja, gue relaiin deh kakak gue tercinta itu untuk lo, semoga berhasil ya, gue rela" lanjut Lexsa sebelum Karin sempat mengeluarkan protesannya lagi.

Karin menatap heran gadis yang sudah berlalu pergi itu. Tidak bisanya lexsa langsung menyerah denggan ekspresi memuakkan itu

"baiklah itu mau lo, kita lihat saja nanti, siapa yang akan mendapatkannya" gumas karin dengan seringai evilnya.

LEXSSA PROV

Pagi yang menyebalkan, apa gue harus selalu bertemu sama ni cabe, disaat mood gue sedang buruk. CK!!!

"haha,, sayangnya itu menjadi urusan gue, karena lo sudah menjadi penghalang hubungan gue dan Alex"ucapnya kepedean. Bahkan tak pernah ada kata hubungan disini.

"hubungan yang Cuma lo mengakuinya, haha" balas ku sambil tertawa mengejek

Ku lihat Karin meggeram kesal, dengan kata-kata balasan yang diterimanya. Rasakan itu, rasanya aku puas sekali melihat dia kesal setengah mati. Tapi biarkan kita main main sebentar. Sebelum dia memuntahkan semua amarahnya

"Tapi lo tenang aja, gue relaiin deh kakak gue tercinta itu untuk lo, semoga beerhasil ya, gue rela" lanjut ku sambil memasang ekspresi sok rela.

Bukan kah ini bagus, dengan begini aku bisa membalas kak Alex yang sudah membuat aku marah. Kita lihat saja nanti apa kakak ku yang berkuasa itu bisa menyingkirkan serangga pengganggu seperti karin, atau dia akan sanngat senang, bagaimana pun mereka itu sempat menjadi teman.

Aku tidak sabar ingin melihatnya.

NORmAl pRov:

Deruman mobil yang dipaksa berhenti, menarik perhatian seluruh penghuni IHS yang sekarang sedang menikmati waktu istirahat mereka. Mereka menatap aneh, sekalian menunggu turunnya orang yang menjadi objek yang sangat menarik perhatian mereka itu.

Seorang cowok berperawakan tinggi turun dengan nafas terenggah enggah seperti menahan emosinya. Siapa yag tidak mengenalnya, seorang mosh wanted sekolah mereka sekaligus kapten basked IHS dan cucu pemilih sekolah ini. Hanya orang bodoh yang tidak mengenalnya.

"Alex" sebuah panggilan dengan nada manja diacuhkan Alex.

"sayang kamu kok gak pakai seragam" tanya karin yang mulai bergelayut manja dilengan Alex.

"minggir" ucap Alex dingin, sambil menghempaskantangan nya kasar.

"sa..." ucapan karin terpotong begitu aja saat melihat siapa yang ada di depan mereka yang sedang menatap tajam seolah ingin memakan mereka hidup-hidup.

"Ck!! Ada apa" tanya Alex dingin. Seolah tak senang dengang orang yang menghadang jalan nya.

"mis. Carla menunggu anda diruangannya" ucap wwanita ittu tak kalah dinginnya.

"aku tak ada waktu" balas Alex tajam, tak ingin dibantah.

"saya memaksa"balas wanita itu tak mau menyerah

"memangnya lo siapa berani memaksa My bebeb Alex" balas karin menatap meremehkan wanita yang berdiri angkuh di depannya ini.

Elena Brendton siapa yang tak mengenal wanita satu ini, dia tangan kanan penguasa sekolah ini tempat nya berdiri, karin jelas tahu kalau keluarganya masih dibawah keluarga willshon. Tentu dia tak bisa macam-macam dengan mereka, walaupun itu dengan orang kepercayaan mereka. Itu sangat memuakkan .

"anda pasti tahu siapa saya." Balas Elena berbicara sopan, namun itu nampak seolah sedang mengejeknya. Karin menatap sinis wanita di depannya.

"mari tuan muda, anda pasti tidak ingin membuat mis Carla menunggu lama, bukaN!" ucap Elena sambil merentangkan tangannya mempersilahkan Alex untuk berjalan di depannya.

Alex menggeram kesal, ternyata dia tak bisa menghindar dari wanita yang menjadi tangan kanan grandma nya itu. Sangat menyebalkan. Alex menatap dingin siapa pun yang dilewatinya, aura gelap penuh kemarahan terus menguar di sekelilingnya sangat kontras dengan ekspresi dinginnya saat ini.

Alex membuka kasar pintu kayu yang menjadi pemisah, antara dia dan carla.

"duduk lah" ucap Carla, saat melihat Alex masuk dengan wajah yang di tekuk.

"ada apa?"" tanya Alex langsung sambil menatap Carla seolah mengatakan kalau dia tak ingin berlama lama disana.

Carla tersenyum senang. melihat cucu kesayangannya itu sangat mirip dengan ayahnya.

"dia akan menjadi pemimpin terbaik yang akan menggantikan ayahnya"

"sepertinya kamu ingin di perpanjang masa hukuman mu Alex" ucap Carla sambil menatap angkuh Alex.

"aku bisa meminta org lain mengantikan hukuman ku. " balas Alex tak kalah angkuhnya.

Carla menyeringai kearah Alex, sambil menatap memuji kearah cucunya, yang sangat mirip dengan Robect saat muda.

"Aaaa kamu mencoba menentang ku" balas Carla dengan nada ringan. tapi Alex tahu, dia tak mungkin membantah neneknya ini. tidak saat ini.

"Ck!!" Alex berdecak sebal melihat keangkuhan neneknya.

"dan ooo, " balas Carla sambil melihat penampilan cucunya yang tidak anak sekolahan Banget. " apa itu model seragam sekolah kita Alex willshon" lanjut Carla lagi .

Alex terkesiap seolah baru menyadari apa yang sedang dia pakai sekarang. tapi itu berhasil ditutupnya.

"aku pulang" ucap Alex seraya bangkin dari kursinya hendak keluar dari ruangan Carla.

" selangkah kamu keluar dari pintu itu. grandma janji akan menarik semua falitas yang orang tua kamu berikan. jangan lupa. kalau grandma bisa menarik gelar kapten tim basket yang selama ini kamu banggakan itu. kamu tahu grandma punya kuasa atas itu".

Ya grandma nya benar. grandma nya punya kuasa atas itu semua.

Dasar wanita tua licik.

***

Tadi gue lihat kak Alex ke sekolah. gayanya acak acakan banget. tapi tetap keren sih

iya hot banget..

sexy banget malah...

seolah seperti wabah penyakit. berita tentang kedatangan Alex kesekolah tadi pagi yang berakhir di ruang kepala sekolah. menyebar dengan sangat cepat.

"berita basii, kak Alex emang hot kali. gak usah sampek ileran juga waktu bahasnya".

Lexsa yang berada di kantin di kelilingi siswi-siswi yang sedang membahas seberapa panas kakaknya tadi pagi menatap jijik kearah gadis gadis yang begitu heboh membahas tentang kakaknya itu.

"Lihatnya biasa aja kali sa" ucap Monic yang duduk di depan Lexsa sambil mengaduk jus jeruknya. di sampingnya ada Carly

yang memeluk pinggangnya erat dan sesekali mendaratkan ciuman ringan di pipi Monica yang sudah seperti kepeting rebus.

"Eh setan.. asik mesum lo berdua. ini kantin oii" Reno berucap heboh. menanggapi kelakuan sepasang kekasih di depannya.

"Ck!! Kayak gue gak tahu. tangan lo dari tadi asik ngelus-ngelus paha Bella kan" Bella yang merasa namanya di sebut bersemu merah saat melihat tangan kekasihnya yang masih bertenggger manis di atas paha mulusnya.

"Kekasih gue ini" balas Reno tak terima.

Xarly mengeram kesal atas tanggapan temannya itu. ingin rasanya dia membantai teman terbaiknya itu. kalau saja dia tak ingat kini mereka sedang berada di mana.

"cari kamar deh lo pada" ucap Lexsa kesal. melihat tingkah mesum pasangan di mejanya yang tak lenal tempat.

"sensi banget lo Alexsa " Daniel berucap geli. pasalnya dia tahu ini pasti ada hubungannya dengan Alex.. melihat tingkah aneh merika berdua.

"Ck!!" Lexsa berdecak sebar. mulut terbuka ingin membalas Daniel tajam. tapi getar Handphont nya menghentikan kata kata pedas itu keluar dari mulutnya.

"pulang sekolah aku jemput"

Al.

Lexsa menatap aneh pesan yang baru masuk itu. tak biasanya rival kakak nya itu mengirim pesan tampa basa basi dulu.

"siapa" tanya Feby yang penasaran. siapa yang sudah menarik perhatian sahabatnya itu. sampai dia sangat fokus pada handphont nya.

"Alcio' balas Lexsa tenang.

"Dia bilang apa" ucap Monic mulai kepo.

"Dia bilang mau jemput gue waktu plg" balas Lexsa seperti orang yang sedang berfikir.

"ahaa. kenapa gak gue terima saja ajakannya. lagipula kan acara jalan jalan pertama kami berantakan karena kak Alex. Kan gue lagi perang sama Kak Alex. ini rencana yang sangat bagus untuk menghindarinya" Lexsa tersenyum evil. menyusun rencana yang apik untuk membuat kakaknya kucar kacir mencarinya. jari jarinya mengetik cepat pesan balasan untuk Al di seberang sana.

to: Alcio

ok.

"lo kenapa senyum-senyum gitu." tanya monik bergidik ngeri dengan tingkah gadis manis di depannya.

"jangan bilang kalau lo mau bunuh orang sepulang sekolah" ucap Bella bergidik ngeri.

"saraf". balas Lexsa tajam mendengar tanggapan aneh teman temannya.

"gue masih waras kali. untuk jadi seorang pembunuh. kalaupun gue pengen bunuh orang. Kak Alex akan jadi orang pertama yang gue bunuh" lanjut Lexsa sambil tersenyum menyeramkan.

"aneh" balas Daniel menanggapi perkatan adik sahabatnya itu.

"Auk ah gelap gelap" balas Dion ikut menimpali.

"Serah dah. gue mau ke kelas. .oa kak Dion bawa pulang mobil Lexsa ya. sampai rumah dengan selamat. awas kalau sampai lecet" ucap Lexsa sambilmenyerahkan kunci mobil kesayangannya. kemudian berlalu pergi meninggalkan Dion yang sudah melemparkan sumpah serapah ke arah Lexsa yang bahkan sudah tak tampak lagi di sana.

***

Yesss..

gumam seseorang yang berhasil menarik perhatian para cowok tampan yang sekarang sedang berdiri di sekeliling mobil spoth merah metaliknya.

"Kenapa lo senang amat" tanya Davit heran melihat sahabat absud nya itu.

"Pulang sekolah gue mau jalan sama Alexsa" balas Al.

Davit melongo tak percaya. menatap aneh sahabatnya yang biasanya tak akan menanggapi pertanyaan yang berhubungan dengan pribadinya.

"Aneh.. kayaknya ni anak perlu ke dokter jiwa deh. makin gila aja "

"Lo mau kencan lagi sama dia. " ucap Bram yang lebih nampak seperti pertanyaan dari pada pernyataan itu.

"Wah lo belum kapok ya kenak amuk kakaknya itu" balas devon sambil tersenyum geli.

"Tapii" balas Davit seolah berpikir keras.

"Emm" Al bergumam tak jelas menanggapi Davit yang bersikap aneh.

" gue rasa Alex suka sama adiknya" balas Davit sambil menatap yakin kearah teman temannya.

"bukannya wajar kalau Alex menyukainya sebagai sesama saudara" balas Bram santai.

" bukan itu maksud gue prety boy" geram Davit jengkel.

" cara dia melihat Lexsa.itu bukan tatapan seorang kakak ke adiknya. gue juga punya adik perempuan ingat. cara dia lihat lo" ucap Davit sambil menunjuk Al di depannya.

" itu persis seperti lo mau rebut Lexsa dari dia. menurut gue itu aneh" lanjut davit lagi. kali ini berhasil membuat Al berpikir keras . dengan semua yang Davit katakan. walaupun temannya ini rada rada gila. tapi dugaan atas kecurigaan Davit selalu benar.

apa kali ini dia harus percaya sama sahabatnya ini.

" auk ah gelap" balas Bram asal. Davit berdecih kesal kearah teman hang sangat menyengkelkannya ini.

" gue harus pergi. " balas Al. sambil masuk kedalam mobilnya kemudian mulai melaju meninggalkan prrkarangan sekolahnya.

***


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C28
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous