Télécharger l’application
53.57% Mystic Boy / Chapter 45: Sadewa (Chapter 45)

Chapitre 45: Sadewa (Chapter 45)

Tak lama kemudian, Dewa melihat Benny keluar dari rumah Bonita sembari membawa tongkat bisbol dengan sedikit berlari.

"Wa, ini tongkat bisbolnya!" seru Benny. Dewa pun mengambil tongkat itu dan memasukkannya ke dalam mobil.

"Biar gue aja yang nyetir, mana kuncinya?" gumam Dewa sembari meminta kunci mobil Benny. Laki-laki di hadapan Dewa ini terlihat sedikit terkejut dan terdiam untuk beberapa saat.

"Tangan lo gemetaran gitu, nggak mungkin kan bisa nyetir?" mendengar ucapan Dewa, Benny pun akhirnya memberikan kunci mobilnya kepada Dewa dan memasuki mobil bersama-sama.

Selama di dalam mobil, Benny telah menghabiskan satu botol air minum berukuran besar. Ia seperti itu akibat merasa takut selama berada di rumah Bonita.

"Duh, lain kali jangan nyuruh gue kayak gini lagi deh. Gue takut kalau ketahuan!" seru Benny.

"Yeah, abisnya mau gimana lagi? Kalau gue yang ke sana, yang ada malah gue diusir," sahut Dewa. "Lagian, kita udah terlanjur terlibat,"

Benny pun mengembuskan napas panjang. Dirinya benar-benar merasa kapok. Ia tak ingin lagi melakukan hal seperti itu.

"Terus, sekarang rencana lo apa?" tanya Benny. Laki-laki yang mengemudikan mobilnya dengan santai itu pun tersenyum.

"Rencana gue? Gue bakal bawa alat pemukul bisbol itu ke RSCM," sahut Dewa. Ia benar-benar yakin bahwa rencananya pasti akan berhasil.

*****

Di malam hari, Dewa kembali melanjutkan hobi barunya yang tadi siang sempat terhenti, yaitu menulis lirik lagu. Ia benar-benar menikmatinya. Sebab, ia bisa bebas menuangkan semua yang ia rasakan ke dalam tulisan itu.

Semua orang, dengarlah aku

Aku di sini,apa kalian mendengarku?

Kau tidak akan tahu

Apa yang kurasakan saat ini

Akankah kau peduli?

Esok hari aku tahu yang terjadi

Apa kau tahu yang akan terjadi esok?

Tidak akan pernah

Karena hanya aku dan Tuhan yang tahu

Reff:

Oh, apa yang harus kulakukan?

Aku takut dengan hari esok

Kenapa harus aku?

Terkadang aku gila karena ini

Tenanglah ...

Hari esok akan berlalu

Jangan pedulikan mereka yang tak mengetahuimu

Yang ingin merubah dunia ini ...

Selesai menulisnya, Dewa pun berdiri untuk mengambil kartu nama dari seseorang yang bernama Yahya itu dan memandangi kartu itu.

"Hm ... boleh juga tawarannya," gumamnya. Ya, tampaknya hanya orang bodoh yang menolak tawaran emas seperti itu. Apalagi, ibunya sangat menginginkannya menjadi seorang penyanyi. Maka dari itu, ia takkan menyia-nyiakan kesempatan ini.

Beberapa saat kemudian, Dewa pun menerima telepon dari seseorang. Melihat nama yang tertera di layar itu pun membuatnya tersenyum.

"Hai, Sayang," sapa Dewa sembari merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

"Gimana kabar kamu, Sayang?" tanya Amor melalui telepon.

"Oh, tadi ada produser yang nyuruh aku datang ke studio. Rencananya besok aku mau ke sana," sahut Dewa. Gadis itu pun terdengar begitu bahagia.

"Kamu serius?" tanya Amor dengan antusias. Dewa pun tersenyum.

"Iya, aku serius," sahut Dewa. Namun, suara Amor tiba-tiba terdengar sedih.

"Yah ... kalau besok, aku nggak bisa temani kamu dong. Aku masih belum bisa pulang dari Bandung," keluh Amor. "Padahal, aku juga mau lihat,"

Mendengar ucapan gadis itu, Dewa pun tersenyum.

"Nggak apa-apa kok. Yang penting, kamu jaga diri di sana," ucap Dewa. Lalu, ia pun kembali melanjutkan kata-katanya.

"Aku kangen sama kamu," gumam Dewa. Baru kali ini, ia bisa merasakan kerinduan yang amat dalam kepada seorang gadis. Gadis yang ada di dalam telepon itu pun tersenyum.

"Aku juga, aku kangen banget sama kamu," sahut Amor.

Namun, tiba-tiba angin berembus sangat kencang bagaikan ada badai. Jendela kamar Dewa tiba-tiba terbuka lebar sehingga menimbulkan suara yang amat berisik, gorden pun beterbangan. Dewa mencoba untuk menutup kembali jendela itu. Tetapi, tiba-tiba ada sebuah suara benda pecah di dalam kamarnya.

Dewa pun menghampiri benda itu. Rupanya benda yang jatuh itu adalah sebuah bingkai berukuran sedang yang di dalamnya terdapat foto dirinya dan juga Benny. Namun, ini sangat aneh. Kenapa yang retak hanyalah bagian wajah Benny? Sedangkan di bagian gambar dirinya tidak ada retakan sama sekali. Jika suara jatuhnya saja terdengar begitu keras, seharusnya bingkai itu sudah hancur berkeping-keping. Tapi, kenapa jadi seperti ini?

Dewa mengambil bingkai itu. Ia mendapatkan sebuah firasat buruk akan terjadi kepada sahabatnya itu. Ia segera membuang bingkai itu dan mengambil ponselnya yang masih tersambung dengan Amor.

"Sayang, aku tutup dulu teleponnya," ucap Dewa.

"Tapi ... " belum selesai Amor berbicara, Dewa pun menelepon Benny yang tengah asyik menonton televisi di dalam kamar. Beberapa saat kemudian, Benny pun mengangkat teleponnya.

"Halo?" sapa Benny.

"Halo, Ben? Dengarin gue, di rumah lo ada siapa?" tanya Dewa secara tiba-tiba. Benny jadi sedikit bingung dengan sikap Dewa yang secara tiba-tiba seperti tengah diburu sesuatu.

"Eh, gue? Gue sendirian aja. Ibu lagi di rumah sakit, jengukin saudara. Kak Rio lagi lembur di kantornya," sahut Benny. Dewa pun bersiap-siap dan mengambil jaket serta kunci motornya.

"Cepat sembunyi! Bonita mau datang ke rumah lo, dan mau bunuh elo!" seru Dewa. Benny pun sangat terkejut mendengar ucapan laki-laki itu.

"Wa, lo jangan bercanda deh. Ini nggak lucu, Wa," sahut Benny sembari tertawa kecut.

"Gue nggak bercanda, gue serius, Ben!" bentak Dewa. Benny pun merasakan ketakutan yang teramat sangat, tubuhnya terasa gemetaran. Dan tanpa ia sadari, Bonita telah memandangi dirinya dari belakang dengan senyum yang menakutkan, serta sebilah pisau tajam yang ada di tangannya.

***** TBC *****


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C45
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous