Télécharger l’application
88.09% The School of Darkness / Chapter 37: Chapter 8: Pengorbanan Untuk Suatu Alasan

Chapitre 37: Chapter 8: Pengorbanan Untuk Suatu Alasan

"Tidak, tidak, tidak!!!"

"Ruka!!!"

Ruka berusaha memberontak saat lingkaran tersebut mulai aktif, namun usahanya gagal. Riki yang tengah menahan tubuh putrinya tiba-tiba tidak bisa bergerak. Begitu juga dengan Mamoru, Kazuo dan Saki kecuali Yuuto.

"Hahahaha!!!! Kali ini semua akan berjalan lancar!!!"

"Sial!!!"

Groar!!!

Groar!!!

Groar!!!

"Dan aku akan menjadi penguasa di Tachikawa."

"Terus saja bermimpi kau, Amano!!!" Riki mendecih kesal dengan ucapan pria tersebut "Kuharap kau mati dalam menderita."

"Silahkan saja kutuk aku, Hoshikawa Riki. 10 tahun yang lalu, kau dan istrimu Sakumora Lenka kukutuk agar putri kesayanganmu menjadi tumbal pengganti istrimu."

Sementara Riki dan Amano berdebat, Yuuto melepaskan diri dan menarik Ruka menjauh dari lingkaran tersebut.

"Yakisaka-san??!!"

"Kau harus hidup, Ruka. Selesaikan kutukan pada keluargamu." Yuuto mendorong Ruka ke arah Riki.

"Ta.... "

Syut!!!

Bruk!!!

Riki menangkap tubuh putrinya dan menatap Yuuto yang berjalan ke arah lingkaran tersebut "Yuuto, kau mau mati, huh?"

"Yakisaka-san, jangan pergi!!!"

"Jaga dirimu baik-baik, Ruka." Yuuto hanya tersenyum kecut "Paman Riki, tolong jaga Ruka."

"Baik."

"Terima kasih."

Tap tap tap....

Yuuto melangkahkan kakinya ke arah lingkaran Ritual Pemanggilan Iblis tersebut dan masuk ke dalamnya.

Splash!!!

"YAKISAKA-SAAN!!!" Ruka berteriak sambil meneteskan air matanya. Dia tidak kuat melihat Yuuto mengorbankan diri untuk melindunginya.

"Jangan khawatir, Ruka. Dia pasti kembali." Riki berusaha menenangkan putrinya yang tengah sedih tersebut "Dia punya alasan untuk mengorbankan diri."

~~ Flashback ~~

"Kau ingin melemahkan Iblis itu dari dalam, Yuuto? Ruka pasti sedih melihatmu mengorbankan diri."

"Aku tidak punya pilihan lagi, Kazuo. Keluarganya memiliki kutukan yang sangat besar."

"Aku tahu perasaanmu, Yuuto. Tapi, resikonya adalah nyawamu sendiri lho. Kau jangan macam-macam dengan nyawamu."

"Aku tahu. Aku akan selamat selama Ruka menghilangkan kutukan pada orang tuanya."

Hening sejenak....

Jeda lama sekali....

Pemuda bersurai kuning tersebut hanya pasrah saat pemuda bersurai biru muda mulai serius dengan ucapannya. Dia hanya menghela nafas sejenak dan hanya tersenyum kecut.

"Baiklah, Yuuto. Semua ada di tanganmu." Kazuo merogoh saku blazernya dan menyerahkan kalung dengan kristal merah pada Yuuto "Tadi ayah Ruka memintaku menyerahkan kalung ini padamu."

"Ini kalung apa, Kazuo?" Yuuto tampak kebingungan setelah menerima kalung tersebut dari Kazuo.

"Aku jangan tidak tahu, Yuuto. Kata paman, kau disuruh memakainya."

"Semacam jimat?"

"Mungkin."

Tanpa berpikir panjang, Yuuto memakai kalung tersebut dan mulai melangkahkan kakinya keluar ruangan "Ayo, Kazuo. Ada yang harus kita akhiri."

"Baiklah."

~~ Flashback End ~~

"Aku tahu kau pasti bisa, Yuuto. Hanya kau yang bisa mengakhirinya."

****

Woosh....

Woosh....

"Ayah, aku khawatir dengan suami dan anakku. Riki dan Ruka selalu melarangku ikut campur."

"Jika kau ke sana, yang ada kejadian semakin parah, kak."

"Tapi, aku khawatir pada mereka, Belle."

"Belle benar, Lenka. Sebagai seorang istri dan ibu, kau harus yakin dan mendoakan Riki dan Ruka."

Pria paruh baya bersurai coklat tengah menghibur putri sulungnya yang telah menjadi istri Hoshikawa Riki dan ibu Hoshikawa Ruka. Terlihat gadis bersurai hitam tengah mondar-mandir.

"Zen dan Amaya lama sekali huft.... "

"Kedua temanmu masih lama kah, Belle."

Entah ---"

Drap drap drap....

"Maaf kami terlambat."

2 orang pemuda bersurai merah dan gadis bersurai ungu muda menghentikan langkah mereka di depan ayah dan 2 putri tersebut dengan nafas terengah-engah.

"Kalian lama sekali, Zen, Amaya."

"Maaf, Belle-senpai. Kami terjebak genangan darah dan angin hitam saat melewati SMA Akatsuki." Gadis tersebut menjelaskan situasi mereka saat ini.

"Terpaksa aku meninggalkan mobilku di dekat gang dan mencoba terbang, tapi hampir saja terhisap. Amaya memintaku untuk berlari kemari." Pemuda tersebut melanjutkan penjelasan gadis tersebut.

"Su-sudahlah, Zen, Amaya. Aku bisa memaklumi situasi kalian berdua karena suami dan anakku berada di SMA Akatsuki."

"Ternyata sangat mengerikan ya.... "

Rumah milik Riki dijadikan tempat penampungan sementara para penghuni SMA Akatsuki yang tersisa. Awalnya sempat terjadi adu mulut dan pada akhirnya mereka tinggal di tempat tersebut.

"Belle, kau dan Amaya bantu memberikan stok makanan untuk mereka."

"Baik."

"Zen, ikuti aku."

"Baik."

Mereka berempat melaksanakan tugas mereka masing-masing. Pria paruh baya tersebut hanya terdiam mengingat dirinya sudah tua.

Tap tap tap....

"Di mana Hoshikawa Lenka??!! Keluar kau, Hoshikawa Lenka!!!"

"Cih, tidak Amano tidak istrinya sama saja." Pria tersebut mendecih kesal.

"A-Ayah.... " Wanita bersurai coklat tersebut mulai khawatir sesuatu yang terjadi.

"Jangan khawatir, Lenka. Biar Ayah yang menemuinya."

"Paman Hazuki, aku ikut denganmu." Pemuda yang bernama Zen tersebut mengajukan diri.

"Baiklah, Zen."

Pria yang bernama Hazuki tersebut keluar rumah bersama Zen dan menghadapi yang tengah berteriak di depan kediaman keluarga Hoshikawa tersebut.

"Lama tak jumpa setelah sekian lama, Sayaka."

****

Bruk!!!

"Aduuh.... "

Yuuto tengah mengelus kepalanya yang hampir pecah dan bokongnya yang terbentur dengan tanah. Manis coklatnya menatap sekitar yang berwarna hitam tersebut.

"Gelap sekali.... "

Tap tap tap....

Langkah kakinya tergerak ke arah depan meskipun ruangan tersebut tidak berujung.

"Apa ada yang pernah datang ke tempat ini?"

"Tentu saja. Orang pertama yang datang ke tempat ini adalah Sakumora Lenka."

Manik coklat milik Yuuto langsung membulat sempurna dan diapun langsung menoleh ke arah seorang gadis bersurai kemerahan tersebut "Siapa kau?" Tatapan Yuuto mengandung kecurigaan.

"Aku Kanzaki Runa. Mungkin kau tidak kenal aku, itu wajar kok." Gadis tersebut hanya tersenyum "Karena kau berasal dari masa depan."

Hening sejenak....

Jeda lama sekali....

"A-aku Yakisaka Yuuto."

"Oh, begitu. Yuuto-kun ya? Aku tidak pernah dengar jika tumbalnya seorang laki-laki."

".... "

Yuuto hanya diam saja sambil menatap sekitar. Suasananya berubah menjadi merah seperti darah dan banyak sekali mayat yang tergeletak tak berdaya.

"A-anoo.... Runa-san?"

"Ya?" Runa merespon panggilan Yuuto "Ada apa?"

"Apa kau tahu kelemahan ritual ini?"

Runa tampak berpikir sejenak, namun dia menemukan jawabannya "Bunuh pengontraknya." Lalu, tatapannya pada Yuuto begitu tenang "Tapi aku heran padamu, Yuuto-kun. Kau masuk sendiri ke tempat ini?"

"Ya, aku menggantikan putri mantan tumbal sebelumnya."

"Lenka-chan ya? Apa yang terjadi?"

Yuuto hanya menghela nafas sejenak dan menceritakan apa yang tengah terjadi pada kedua orang tua Ruka. Runa hanya terdiam mendengar penjelasan Yuuto.

"Jadi, Riki-kun dan Lenka-chan dikutuk ya? Wah, lumayan rumit juga ya.... "

"Makanya aku mengorbankan diri."

"Kalau pengorbanan diri, tidak masuk hitungan sih."

"Apa maksudnya?"

Runa menunjuk ke arah mayat-mayat yang tergeletak tak berdaya "Mereka semua ini dikorbankan oleh Amano, termasuk aku. Cara paling mudah untuk menghentikan total ritual ini adalah Iblis harus kehilangan roh-roh mereka."

"Caranya?"

"Kau bawa kalung kristal merah kan?"

"Iya, tapi buat apa?"

Runa tidak menjawab, namun hanya melangkahkan kakinya ke arah mayat-mayat tersebut. Yuuto semakin tidak mengerti dengan tingkah laku Runa yang menurutnya aneh.

"Apa yang kau lakukan, Runa-san?"

"Hmm.... letakkan saja kalung itu ke kening salah satu mayat hidup ini."

"Baiklah."

Yuuto melepaskan kalung kristal tersebut dan meletakkannya di kening salah satu mayat tersebut.

Woosh....

["Sialan kau!!! Kau mengacaukan rencanaku, bocah kurang ajar!!!"]

"Eh?" Yuuto tampak bingung dengan suara raungan tersebut.

"Dia marah lho, Yuuto-kun." Runa tersenyum kikuk mendengar raungan tersebut.

"Tapi, kau yang menyuruhku melakukan ini." Yuuto tampak protes dengan sikap Runa barusan.

Hening sejenak....

Jeda lama sekali....

"Teruskan saja. Buat dia menderita."

Woosh....

Sret!!!

Set!!!

"Akh!!!" Yuuto terikat rantai-rantai hitam seperti 10 tahun yang lalu.

"YUUTO-KUN!!!"

["HAHAHA....!!!"]

Yuuto hanya tersenyum licik "Kau pikir permainan ini berakhir, wahai Iblis terkutuk?"


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C37
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous