Setelah mendengar ucapan Hagin yang meledek dirinya, Buya tersenyum pasrah. Dia tidak bisa menyangkal apa yang dikatakan Hagin, karena memang dia sendiri tahu seperti apa dirinya ketika tidur. Ia tidak bisa mengelak, jika dirinya tidur layaknya orang mati, sulit untuk dibangunkan.
Setelah itu Buya bergegas menyiapkan dirinya dan segera keluar menemui Hagin, setelah dia berdandan dengan rapi.
"Oi...Bro, ayo cepat kita pergi ke SMA segera. Eh... tunggu aku sarapan dulu, tidak lama kok Bro," seru Buya setelah dia merasakan gemetar di perutnya. Segera setelah perutnya berbunyi cukup keras Buya segera menuju ke dapur untuk makan, hanya butuh 5 menit saja untuk Buya menghabiskan hidangan di atas meja. Kecepatannya untuk menghabiskan sarapannya tergolong cepat, bahkan lebih cepat daripada Hagin.
Begitu Buya menghampiri Hagin, dia segera menaruh tangannya di pundak lalu Buya bersiul-siul sembari melangkah menuju SMA Hanju, sedangkan Hagin dengan santai menyalakan rokok, sembari berjalan menuju SMA Hanju. Hagin menghisap rokoknya dan dia menikmatinya, ia mendapatkan rokok ini dari Shamatsu setelah membantunya membereskan piring-piring kotor, bukannya mendapatkan uang ataupun ucapam terima kasih, Hagin malah diberi sebatang rokok.
Di sepanjang jalan menuju SMA Hanju, Mereka berdua harus menempuh jarak cukup jauh, melewati dua gang sebelum tiba di SMA Hanju dan mereka membutuhkan waktu kurang dari 20 menit hingga tiba di pintu gerbang SMA Hanju.
Saat mereka berada di gang terakhir, dimana letak SMA Hanju berada di ujung setelah mereka keluar dari gang ini.
Ketika mereka hendak melangkah keluar dari gang, perhatian mereka terganggu oleh beberapa pemuda yang bergerombol dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Saat Hagin dan Buya melewati gerombolan itu, mereka menerima tatapan sengit yang terlihat menantang dari setiap pemuda di seluruh gerombolan.
Mereka tampak mengintimidasi Hagin dan Buya, beberapa di antara mereka pun ada yang mendekati Hagin maupun Buya. Dengan badan yang dibungkukkan serta sorot mata yang tampak dipicingkan, para pemuda itu mengerumuni Hagin dan Buya. Mereka mencoba untuk mengintimidasi Hagin dan Buya, tapi cara yang mereka lakukan malah membuat Hagin tak nyaman.
"Hei... Hei... siapa laki-laki ini... cukup mencurigakan bukan? Arahkan pandangan kalian... sialan masih saja menatapku seperti itu... mau menantangku.. Haaa!!! Kecoa busuk," seru salah satu pemuda yang mengerumuni Hagin.
"Hoi... lihat tatapannya, sialan!!! Beranj memandang remeh kita rupanya. Melihat kita rendah seperti itu, SIALAN!!! Kau pikir siapa sih kau itu!! " bentak pemuda lainnya yang ikut menuangkan bensin di api yang telah tersulut. Dia siap untuk melayangkan sebuah pukulan tepat ke arah wajah Hagin.
"Brengsek... hoi... kita beri pelajaran saja orang ini... tidak tahu apa, siapa kita!!" hardik salah satu pemuda yang kemudian melancarkan sebuah pukulan cepat nan kuat yang mengarah pada wajah Hagin Nariya.
Hanya dalam sekejap mata adegan pemuda mengirim sebuah pukulan pada Hagin Nariya terjadi, lalu semua itu berubah dengan cepat, di mana pemuda yang memukul itu berbalik menerima pukulan kuat dari Hagin hingga dia terjatuh dan darah mengalir dari mulutnya.
"Tch... jangan asal main tangan saja. Kau membuat tanganku kotor saja..." ujar Hagin setelah melayangkan pukulan yang tepat mengenai wajah pemuda itu dengan akurat dan mengirimnya jatuh ke tanah.
Tak hanya Hagin yang hendak dipukul, Buya pun mengalami hal yang sama namun ia membalas serangan mereka dengan tendangan yang indah. Pemuda yang mengerumuni mereka menjadi marah ketika kawan-kawan mereka diserang dan terbaring di tanah.
"Aku tidak ingin membuat masalah... jadi kita sudahi saja. Oi... Buya, ayo tinggalkan mereka. Ini hanya membuang-buang waktu saja, kita masih perlu melakukan hal lain di sekolah nanti, ayo tinggalkan saja mereka," ucap Hagin, kemudian ia mendorong pemuda yang mengerumuninya, Hagin dengan mudah membuat ruang kosong. Kekuatan kedua kepalan tangan Hagin begitu luar biasa hingga dengan mudah mendorong dua orang untuk membuat sebuah jalan.
Bersama dengan Buya yang mengikutinya, Hagin melangkah menjauh dari para pemuda namun mereka dihentikan oleh sebuah teriakan dari salah satu pemuda yang mengepungnya. Pemuda tersebut meneriakinya sembari menghinanya, yang kemudian berlanjut dengan sebuah tendangan yang mengarah ke Buya.
Begitu Buya menerima sebuah tendangan, Buya berbalik menyerang pemuda yang menendangnya sedangkan Hagin diam menonton Buya yang menghajar pemuda itu. Detik berikutnya giliran Hagin yang menerima sebuah serangan dari beberapa pemuda. Ia tidak kaget dengan serangan yang tiba-tiba yang datang dari tiga pemuda.
Tiga pemuda mengeroyok Hagin, mereka bergantian saling melayangkan serangan baik sebuah pukulan hingga tendangan yang terarah dengan akurat. Beberapa kali serangan para pemuda itu mengenai tubuh Hagin, namun Hagin bertahan dengan baik dan melayangkan serangan balasan yang jauh lebih kuat daripada serangan yang datang dari ketiga pemuda itu.
Perkelahian mereka berlangsung cukup lama, sampai-sampai Hagin mengeluarkan keringat yang cukup banyak di punggungnya, sedangkan Buya sendiri berhadapan dengan dua orang dan dia terlihat tidak tampak lelah. Setelah membuat salah satu pemuda tersungkur, Hagin segera melayangkan tendangan keras ke badan pemuda yang tersungkur itu.
"Tch... sudah kubilang aku tidak ingin membuat masalah, tapi tetap saja kalian memulainya. Kalau begini adanya, kalian akan merasakan tinjuku... Buya! Kita hajar saja mereka," teriak Hagin dengan lantang bak seorang jendral di medan perang.
Begitu Hagin mengucapkannya, semangat bertarung muncul di matanya yang terlihat dingin. Tak berselang lama setelah dia mengatakannya, Hagin berlari melesat mengirim pukulan ke pemuda di depannya. Tiga pukulan beruntun tepat mengenai wajah pemuda yang kemudian Hagin menendang perutnya.
Perkelahian mereka berjalan semakin sengit, akan tetapi perbedaan kemampuan terlihat jelas di antara mereka, dimana Hagin terlihat lebih menonjol. Empat pemuda ia robohkan dengan tenaga yang cukup dan hanya ada dua pemuda lain yang masih memasang pose bertarung. Di sisi lain Buya masih berkutat dengan seorang pemuda dimana dia dan pemuda itu saling bertukar pukulan.
Dua pemuda di hadapan Hagin tak kuasa menahan kekuatan Hagin yang meledak-ledak dan akhirnya kedua pemuda tersebut ikut roboh setelah menerima dua tendangan telak di kepala mereka.
Setelah menyelesaikan perkelahiannya, Hagin tidak lekas membantu Buya melainkan dia melihat kemampuan yang dimiliki sahabatnya itu, ia memandangi pertarungan yang berjalan cukup sengit itu dengan sebuah senyuman.
Buya masih dengan sengit bertarung dengan pemuda yang menghajarnya tanpa lelah, dia menyerang namun mendapatkan serangan balasan tak lama setelah dia menyerang. Kecepatan respons yang ditunjukkan pemuda itu membuat Buya cukup kewalahan, akhirnya Buya bisa menumbangkan pemuda itu setelah melayangkan dua serangan beruntun yang dengan akurat mengenai perutnya.