Cahaya mentari mulai menyinari ruangan sel bawah tanah. Isabelle tetap tidak berpindah dari posisi duduknya semalam. Dia terlihat duduk menekuk lututnya meringkuk. Perlahan kelopak matanya membuka dengan sayu. Hanya keheningan yang dia rasakan saat ini, dan dinginnya lantai batu sel tidak membuat Isabelle merasa kedinginan ketika dia menanti ucapan Axelia tanpa harapan pasti.
Axelia memberinya harapan. Harapan yang tidak masuk akal akan terwujud. Siapa yang percaya pada perkataannya semalam? Hanya orang bodoh yang memercayainya. Isabelle tidak tahu lagi dengan masa depannya. Jabatannya sebagai kopral muda jelas terancam sejak membela Axelia di khalayak umum tadi. Jika pada akhirnya dia dipecat sebagai kopral, Isabelle tidak memiliki gaji lagi untuk bisa makan. Kemungkinan lain akan membuat Aiden kecewa padanya.