Sesampainya di kamar, Deviana nampak berbaring di kasur.
Ketika dirinya melihat Randika masuk, Deviana mendengus dingin dan memalingkan wajahnya.
Melihat temannya ini masih energik, Randika merasa lega dan berjalan menuju sisi kasur.
"Masih marah sama aku?" Tanya Randika sambil tersenyum.
Deviana sama sekali tidak menjawab, dia masih tidak mau menatap Randika.
"Aku akui bahwa aku salah karena menciumnya secara paksa. Aku sepertinya telah melukai hatimu. Jadi biar impas bagaimana kalau kamu bisa menciumku secara paksa?" Kata Randika.
"Memangnya siapa yang mau berciuman denganmu?" Kata Deviana sambil marah-marah.
"Oh yakin? Ini penawaran satu kali dalam hidupmu lho." Randika tersenyum ketika akhirnya bisa melihat wajah temannya itu. "Kamu yakin tidak mengambil kesempatan ini? Jangan menyesal lho kalau nanti aku sudah pulang."