Alona tampak canggung sejak tadi, diam-diam memperhatikan Kenzo yang mulai banyak bicara. Sebenarnya tujuan Kenzo adalah untuk membuat Alona merasa nyaman di dekatnya, dia bisa melihat betapa Alona sejak tadi selalu salah tingkah.
Hari pun mulai petang, Kenzo melirik jam rolex yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Woah, kenapa waktu begitu cepat sekali berlalu?" ujar Kenzo usai memperhatikan jam sudah menunjukkan pukul 6 sore.
"Ehm, apakah kau ada janji?" tanya Alona menyela dengan penuh tanda tanya dari raut wajahnya.
"Ya, aku selalu banyak mempunyai janji dengan banyak orang." Kenzo menjawab sekenanya, tanpa memikirkan apa yang saat ini justru jadi pertanyaan Alona dalam hatinya.
"Apakah itu wanita?" tanya Alona kembali dengan spontan.
Kenzo langsung menolehnya seketika, menatap sejenak wajah Alona yang merasa sedikit menyesal akan pertanyaannya barusan.
"Hem… Sebaiknya aku mengerjainya saja," ujar Kenzo dalam hatinya.
"E,eh… Maaf, Ken. Aku hanya sekedar bertanya saja," ujar Alona kembali sebelum Kenzo menjawabnya.
"Pffttt… Apakah kau akan cemburu jika mereka adalah wanita?"
"Ih, apaan sih? Itu bukan urusanku, aku hanya bertanya saja. Jika memang wanita ya biar saja, aku tidak peduli!" Alona tampak kesal seraya memalingkan wajahnya yang sudah cemberut.
"Hem, ya sudah. Ayo, kita pulang saja! Sebentar lagi sudah petang, nanti kau kemalaman sampai di rumah. Seseorang sudah menungguku," ajak Kenzo kemudian seraya beranjak berdiri.
Alona semakin di penuhi rasa penasaran namun tetap kesal, dia beranjak berdiri menyusul Ken yang sudah berdiri lebih dulu.
"Alona, kau tak apa pulang sendiri?" tanya Ken lagi memastikan jika dia akan sampai di rumah dengan selamat.
"Cih, aku bukan wanita lemah. Aku terbiasa sendiri, kau pulang saja jika sudah ada yang menunggumu!" sahut Alona sedikit mencetus.
Diam-diam Ken tertawa kecil melihat tingkah Alona yang demikian, sangat jelas menandakan jika dia sedang cemburu setelah mendengar kejahilannya sejak tadi.
"Baiklah, aku duluan ya! Kau hati-hati di jalan," ujar Ken sembari melangkah melewati Alona begitu saja.
Alona tampak gelisah melihat Kenzo sudah melangkah beberapa langkah dari hadapannya. Sedang dalam hati kecil Alona, dia tak ingin segera berpisah dengan Ken dan melihatnya pergi begitu saja lalu menemui wanita lain. Dia merasa jika sebenarnya dia pun memiliki perasanan yang sama seperti Ken. Dia telah jatuh hati pada pandangan pertama, sejak pertama kali berjumpa.
"Ken…" panggil Alona cukup lantang, sebelum Kenzo semakin menjauh.
Langkah Ken terhenti begitu saja setelah mendengar suara Alona yang kembali memanggilnya dengan suara yang cukup lantang. Sama halnya seperti tadi, membuatnya semakin meyakini jika perasaan Alona terhadapnya saat ini sama.
"Ken, putar balik. Kau harus menghampiri wanitamu," ujar Ken pelan seraya berbalik badan lalu berjalan kembali menghampiri Alona yang masih berdiri di tempat.
"Ada yang ingin kau sampaikan kembali padaku, Alona?" tanya Ken ketika kini dia sudah berdiri di hadapan Alona.
Sejenak mereka saling memandang wajah satu sama lain. Alona terlihat terus meremat jari jemarinya, napasnya sudah tidak beraturan. Menatap wajah Ken dengan tatapan yang penuh keraguan, dalam hati Ken seakan sedang bergemuruh bagaikan ombak di tepi pantai. Menatap wajah Alona dengan jarak dekat seperti itu, membuatnya tak kuasa menahan betapa saat ini dia sungguh jatuh hati yang begitu dalam pada wanita itu.
"Jadilah lelakiku, Ken!" kata yang keluar dari bibir manis Alona membuat detak jantung Ken terhenti sejenak.
Mereka terdiam kembali sejenak. Bahkan kini tenggorokan Alona terasa sudah sangat mengering usai menyampaikan perasaannya demikian. Berbeda dengan Ken, yang tengah mencoba bertahan untuk tidak ambruk karena merasa detak jantungnya tidak berfungsi dengan benar.
"Bisa kau… Ulangi kembali ucapanmu itu, Alona?" tanya Ken dengan bersusah payah mengeluarkan suaranya.
"Iya, aku ingin kau menjadi… Lelakiku, aku menerimamu sebagai kekasihku!" ujar Alona kembali tanpa ragu meski dengan suara sedikit terbata-bata karena dia masih merasa sangat malu untuk mengungkapkannya.
Kenzo tersenyum dengan perasaan yang sulit dia jabarkan setelah kini perasaanya pada Wanita yang baru saja dia temui tidaklah sia-sia. Wanita yang hanya dalam sekejap mampu memberikan warna baru dalam hati dan perasaan Ken setiap detiknya. Bahagia yang luar biasa bukan lagi terdefinisi sebagai Kebahagiaan yang biasanya. Ini lebih dari itu, sekujur tubuhnya terasa bergidik tiada henti.