Télécharger l’application
1.89% The Lost Love / Chapter 6: Ingin bertemu!

Chapitre 6: Ingin bertemu!

Alona melirik ke arah tangan Kenzo yang  membawa sebuah kantong plastik di tangannya. Semua bahan belanjaan yang dia pilih tadi sudah tersimpan rapi di dalamnya.

"Kau mau belanja sesuatu?" tanya Kenzo pada Alona.

"Hem, setiap minggu aku selalu beli keperluan ayahku disini. Beliau pecinta kopi," sahut Alona.

"Oh? Sungguh? Woah… sepertinya kita memang jodoh,"

Alona mengerutkan keningnya akan ucapan Kenzo itu, mengisyaratkan sebuah tanya di raut wajahnya.

"Ayahku punya kedai kopi, dan ayahmu pecinta kopi. Bukankah itu sangat manis?" Kenzo kian lugas menggombali Alona.

Alona memelototinya lalu kemudian dia tersipu malu, "Ken… Kamu ini, sudah ah! Jangan selalu menggombaliku," kata Alona menanggapi. Suara lembut nan manja terdengar itu, membuat Kenzo semakin gemas pada sosok gadis di depannya itu.

Ponsel Kenzo berdering kemudian, dengan cepat dia tersadar jika mungkin itu adalah panggilan telepon dari sang ayah yang ingin dia segera pulang. Sehingga tanpa melihat ponselnya, Kenzo mengeluh napas

panjang. Sayang sekali, dia harus segera menjeda kebahagiaanya lagi.

"Aku duluan, ya!" pamit Kenzo.

"Hem, baiklah!" jawab Alona seraya mengangkat kedua alisnya ke atas.

Kenzo melangkah hendak keluar namun dia

urungkan langkah kakinya  membuat Alona sedikit

terkesiap saat diam-diam dia menatap punggung Kenzo yang akan berlalu dari hadapannya.

"Bagaimana jika kita bertemu lagi sore

nanti?" tanya Kenzo tanpa ragu sedikitpun menoleh ke belakang.

Alona tersenyum manis, "Kau atur saja dimana

kita akan bertemu nanti!" sahut Alona.

Sontak saja Kenzo berdecak senang hingga beberapa pengunjung lainnya mentertawainya. Dengan rasa malu Kenzo beranjak pergi dari hadapan Alona. Dia melangkah dengan terburu-buru keluar dari toko

tersebut untuk menyembunyikan wajah nya yang sudah bersemu merah.

Tiba di kedai ayah nya kembali, ayah Kenzo

langsung menegurnya namun dengan penuh kepanikan. Kenzo memberikan alasan konyol untuk mengalihkan apa yang ayahnya khawatirkan, meski alasan itu tidak

benar adanya.

"Toko itu sangat ramai, ayah! Aku hampir saja

tidak bisa keluar dari toko tersebut," kata Kenzo dengan nada serius.

"Sungguh? Kenapa begitu mendadak? Karena di

jam ini biasanya sudah mulai sepi toko itu," jawab ayahnya menerka-nerka sambil mengolah kopi pesanan pengunjung yang sejak tadi menunggunya.

"Aku pun heran, ayah. Sepertinya karena aku yang datang, pengunjung itu datang untuk meminta tanda tanganku. Bukankah aku tampan seperti artis-artis muda ynag sekarang sedang naik daun?" kata Kenzo

lagi.

Sang ayah menjeda kesibukannya, dia menoleh ke

arah Kenzo dengan sedikit kesal karena sudah di kerjai oleh putra kesayangannya itu. Kenzo tercengang namun juga takut jika sang ayah akan menegurnya dengan nada marah kali ini. Akan tetapi, ayahnya justru kembali berkutat dengan adonan kopi di depannya.

"Anak ayah memang sangat tampan," ujarnya lirih.

Kenzo tersenyum lega mendengar ayahnya berkata demikian. Lantas mulai beraktivitas lagi untuk  membantu ayahnya melayani para pengunjung

lainnya. Sambil sesekali dia melirih jam dengan tatapan penuh harap. Dia menunggu waktu sore segera datang agar dia juga bisa segera bertemu dengan gadis manis impiannya, Alona.

Sementara di tempat yang berbeda, Alona

senyum-senyum sendiri sambil menyeduh kopi pahit untuk ayahnya. Seluruh wajahnya tiba-tiba saja memanas, dia tersipu malu dan gemas mengingat kelakuan Kenzo tadi. Baru kali ini dia menemukan seorang laki-laki yang selalu membuat hatinya  berbunga-bunga karena tingkah konyolnya, sesaat dia merasa Kenzo adalah laki-laki yang playboy karena sikapnya yang terus saja mengeluarkan kata-kata gombal untuknya, tapi di sisi lain hatinya langsung saja terklik sejak awal pertama kali dia bertemu dengan

Kenzo.

Hari pun menjelang sore, Kenzo tergesa-gesa untuk segera menyelesaikan tugasnya membantu ayahnya di kedai. Semakin sore, pengunjung terus datang semakin ramai. Ayah Kenzo melirik gelagat aneh putranya itu, tidak biasanya demikian.

"Ken…" panggil ayah Kenzo.

Kenzo menoleh ayahnya tanpa bertanya.

"Kalau ada janji di luar, pulanglah! Pergi saja, suruh ibumu datang menggantikanmu disini," kata ayahnya lagi.

Kenzo tersenyum malu-malu dan langsung melepas kain penutup yang melindungi tubuh bagian depannya.

"Terimakasih, Ayah!" ujar Kenzo beranjak pergi dari hadapan ayahnya.

Dengan langkah penuh semangat Kenzo keluar dari kedai hendak pulang lebih dulu, dia harus tampil keren untuk bertemu dengan wanita yang sejak tadi sudah mengganggu pikirannya. Sampai dirumah, dia langsung mengirim pesan singkat pada Alona. Beberapa kali dia menghapus dan mengulang apa yang sudah dia ketik di layar ponselnya untuk di kirim pada Alona, dia masih berpikir dimana akan bertemu dengan wanita

itu. Kenzo masih berdiri di teras rumahnya sambil menatap kosong layar ponselnya, sesaat kemudian ibu Kenzo keluar membuka pintu setelah mendengar suara motor Kenzo.

"Ehhem…"

Kenzo langsung menoleh ketika ibunya berdehem menyapanya.

"Bu, hari ini aku…."

"Ya, ibu tahu. Pergilah! Ibu akan pergi menyusul ayahmu," jawab ibunya menyela ucapan Kenzo dan mengusap pipinya.

Kenzo mengerutkan kening ketika ibunya langsung saja menanggapinya seperti itu, dia jadi malu. Mungkin

saja, ayah Kenzo sudah memberitahu ibunya untuk menggantikan Kenzo sementara di kedai. Karena di ketahui Kenzo akan pergi ke suatu tempat yang masih dia pikirkan. Kenzo masih melihat ibunya berlalu pergi dari hadapannya. Kemudian pikirannya buyar setelah ponselnya berdering. Sebuah notif pesan singkat dari seseorang yang membuat hatinya langsung bergetar.

'Dimana kita akan bertemu?'

Kenzo langsung sumringah ketika di tahu pesan tersebut datang dari wanita yang di nantinya, Alona.

Tak terduga Alona mengirim pesan singkat lebih dulu, Kenzo berpikir cepat dimana mereka akan bertemu kali ini. yang terpikir saat ini hanya di Taman, tempat

pertama kali mereka bertemu kala itu. Dengan bahasa singkat Kenzo membalas pesan Alona bahwa dia akan menunggunya di Taman itu.

Di tempat yang berbeda, Alona mengerutkan keningnya setelah membaca pesan dari Kenzo. Sebuah balasan yang cukup singkat, tanpa satu kata gombalan atau rayuan sepeti biasanya.

"Apaan sih dia? Bukankah saat bertemu tadi dia begitu lucu dengan gombalannya itu?" tanya Alona sendiri sambil menatap layar ponselnya.

Lalu kemudian dia membalasnya lagi dengan kata yang sama, singkat padat dan jelas.

Di tempat yang berbeda pula, Kenzo langsung membuka pesan tersebut, Kenzo kembali tersenyum sumringah membacanya. Lantas dengan segera dia memasuki rumahnya, melangkah menuju kamar lalu membersihkan diri dan bersiap-siap untuk pergi

menuju Taman. Usai mandi, Kenzo bersiul-siul dan menyanyikan lagu-lagu favoritnya. Menandakan dia sedang berada di suasana hati yang berbunga-bunga, sambil bernyanyi dan bersiul Kenzo memilih baju yang tepat untuk dia kenakan sore ini.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, Kenzo sudah siap pergi menuju Taman. Sore ini dia tampak

jauh lebih keren meski penampilannya tetap sederhana yang dia pilih. Dia pergi menaiki motor klasik kebanggannya itu, hatinya sudah tak sabar ingin segera sampai di taman dia harus menahan diri untuk melajukan kecepatan motornya, sebab keselamatan dirinya saat ini tentu masih nomor satu.

Sampai di Taman, Kenzo langsung di sambut dengan banyak perhatian mata para wanita yang kebetulan

banyak melakukan kegiatan di Taman tersebut. Kenzo hanya tersenyum tipis menanggapinya ketika mereka dengan berani menyapanya genit.

"Salah satu yang ku sesali ketika bermain di taman adalah ini. Aku sedikit risih dengan sikap para wanita itu, kalau saja wanita yang seusiaku sih gapapa. Mereka terlihat lebih tua dariku, apakah itu lucu? Atau aku terlihat tua? Oh ya ampun Tuhan… ada-ada saja," ucap Kenzo berbicara sendiri sambil melangkah mencari tempat yang pas untuk duduk santai dengan Alona nanti.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C6
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous