"Sekarang sudah jelas." Suara He Jingyao sangat datar. "Aku bahkan tidak menyentuh sehelai rambutnya sekalipun."
"Tapi dia tidak terlihat seperti sedang berbohong." He Yirong mengerutkan alisnya. "Papa yang mencarinya. Sifatnya hangat, lembut dan lemah, dia tidak mungkin berani bicara sembarangan."
He Jingyao tersenyum dingin. "Itu bukan urusanku."
"Ikut papa pulang ke Kota Yanzhou untuk mengurus masalah ini." He Yirong melihat He Jingyao dengan wajah datar.
"Tidak bisa." He Jingyao menekan pelipisnya, dia terlihat seperti merasa ini semua sangat konyol. "Pa, aku tidak peduli kenapa dia bilang begitu, sama sekali bukan urusanku."
"Belum tentu." He Yirong tiba-tiba melihat ke arahnya. "Kamu tidak menyentuhnya, papa percaya, tapi bukan berarti anak itu bukan anakmu."
Sorot mata He Jingyao menjadi muram. "Apa maksud Papa?"