Dua hari kemudian, Aris merasa lebih tenang. Ia kembali ke Jakarta dengan perasaan damai. Tugasnya hari ini adalah meminta maaf pada tunangannya karena telah pergi berlibur tanpa membawa dirinya.
Senyuman Aris yang begitu tenang, membuat beberapa staf meliriknya dengan pandangan rendah. Aris tidak tahu apa yang terjadi selama dua hari terakhir. Selama ia berlibur, ia mematikan ponsel.
'Kenapa mereka menatapku dengan pandangan mencurigakan? Apa ada sesuatu yang terjadi di Sini?'
Tok! Tok! Tok!
Aris berdiri di depan pintu ruangan Presdir. "Aneh? Kalau Jihan ada di dalam, harusnya tirinya terbuka?" Ia memutar gagang pintu dan ternyata terkunci.
Seorang petugas cleaning service melewati Aris. Dengan tangan kanan memegang sapu dan tangan kiri menenteng ember berisi air serta tongkat pel. Ia baru saja selesai membersihkan ruang kepala personalia.
"Tunggu!"
Cleaning service itu berhenti. Ia berbalik menghampiri atasannya dengan badan setengah membungkuk. "Ada apa, Pak Aris?"