Tok! Tok!
"Masuk!"
"Permisi, Pak, di luar ada Mbak Syasya," ucap sekretaris Tristan.
"Syasya? Tumben. Suruh masuk," ujar Tristan.
Syahera ingin menerobos masuk. Namun, ia masih menjaga etika dan tata krama kepada orang tuanya. Ia menunggu sekretaris ayahnya melapor terlebih dulu. Sambil menunggu, ia mondar-mandir dengan gelisah. Tidak sabar untuk bertanya tentang wanita yang dilihat ibunya.
"Mbak Syasya, silakan ma …." Belum selesai wanita itu berkata, Syasya sudah masuk dan menutup pintu dengan tergesa-gesa, sampai suara pintu itu terdengar di setiap sudut kantor.
Brakk!
"Syasya! Kamu bisa pelan-pelan, kan, Sayang." Tristan mengomel. "Ada apa? Tumben sekali, kamu datang mencari Papa," ucap Tristan. Ia melihat tatapan putrinya yang seperti sedang marah.
"Papa jelaskan sama Syasya! Siapa wanita yang makan siang bersama Papa di resto, kemarin? Jawab Syasya dengan jujur, Pa," ucap Syasya dengan suara ditahan. Ia sedih dan tidak dapat membayangkan kesedihan ibunya.