Télécharger l’application
85% Impossible wish / Chapter 51: Granted

Chapitre 51: Granted

Malam telah tiba Jimin dan Jungkook saat ini berada di ruang tamu duduk berdua dengan Jimin berada di pangkuan Jungkook sambil menikmati camilan yang ada di tangannya dan menatap pada layar kaca yang kini sedang menampilkan film action The Avengers.

"Kookie lihat Robbert downey sangat tampan di sana!" Ucap Jimin saat melihat pemeran Tony Stark berakting di film itu.

"Lebih tampan aku, baby." Ucap Jungkook tak Terima.

"Ish... Kookie memang tampan tapi, Robbert downey lebih tampan. Ah lihat! Ugh.. Dia sangat hot dan terlihat Daddyable, Huh..!!" Ucap Jimin yang tampak berbinar dan berdecak kagum saat melihat sang aktor tersenyum smirk di depan kamera membuat wajah sang aktor menjadi zoom in.

"Ck!" Mood Jungkook seketika down saat melihat Jimin memuji pria lain dan Jungkook pun menurunkan Jimin dari pangkuannya dengan kasar dan beranjak pergi begitu saja menuju kamarnya.

"Kookie kenapa eoh?" Jimin menatap Jungkook pergi dengan wajah polosnya, karena ia pun tak mengerti ada apa dengan suaminya itu.

Jimin pun ikut beranjak dari sofa kemudian mulai melangkah ke arah kamarnya berniat melihat keadaan sang suami.

𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠

"Kookie?" Ucap jimin sesaat setelah memasuki kamarnya dengan Jungkook.

Jimin pun mulai melangkah mendekat kemudian menyentuh bahu Jungkook dengan hati-hati karena Jimin tahu terkadang emosi suaminya itu tak terkendali. Jungkook saat ini tengah duduk di atas sofa kecil yang ada di balkon dan Jimin perlahan mendudukkan dirinya di samping sang suami yang menatap lurus ke depan tanpa berucap sepatah katapun.

"Kookie waeyo? Mianhe, Aku tadi hanya bercanda." Ucap Jimin sambil membelai rahang suaminya yang tampak mengeras.

"Pergilah."

"Kookie?"

"Aku bilang pergi jimin!" Bentak jungkook sambil menegakkan tubuhnya dari sofa dan menghadap ke arah sang istri dan memberikan tatapan tajam padanya. Sedang Jimin kini tengah terkejut saat melihat jungkook yang membentak nya.

"K-kookie kau menakutiku." Ucap Jimin dengan mata yang berkaca-kaca.

Jungkook seolah tersadar saat melihat Jimin yang kini melihatnya dengan rasa takut tampak sangat familiar di ingatannya. Kemudian perlahan jungkook mengulurkan tangannya untuk menyentuh jimin namun, jimin malah melangkah mundur.

"Jimin?"

"M-maaf.. Hiks.. A-aku tak bermaksud.. Hiks..  seperti itu.. Hiks.. A-aku.."

"Jimin.. Baby..hey maaf.. Jimin." Ucap jungkook dengan rasa bersalah dan segera menarik jimin kedalam pelukannya.

"Maaf baby, entah mengapa beberapa beberapa hari ini emosi mudah terpancing. Maaf ne?" Ucap jungkook sambil mengusap kepala dan punggung jimin dengan lembut. Jimin pun mengangguk dan merenggangkan pelukannya.

"Maaf kookie.. Aku tak bermaksud membuatmu marah." Ucapnya dengan menunduk.

"Tidak apa-apa sayang. Sudah lupakan ne, ah ya aku baru ingat! Tadi siang ji-eun menelpon ke ponselmu."

"Um? Benarkah? Ada apa?" Tanya jimin sambil memiringkan kepalanya.

"Aku tak tahu, coba saja kau menghubunginya." Jimin pun mengangguk dan segera beranjak dari duduknya sambil menghapus air matanya dan melangkah menuju nakas di samping tempat tidurnya dimana ponselnya berada.

Jimin pun melihat pada riwayat panggilan pada ponselnya dan ia pun menemukan sebuah nomor tanpa nama pada riwayat panggilan masuk dan menunjukkan waktu 10.12am.

Jimin pun akhirnya mencoba menghubungi nomor itu. Tanpa menunggu lama suara wanita menyapa pendengarannya.

"Yeoboseo?"

"Ji-eun noona?"

"Jimin?"

"Ne noona ini aku, jimin. Ada apa noona menghubungi ku? Maaf tadi aku tak menjawab panggilanmu."

"Tak apa-apa mochi. Tadi jungkook yang menjawabnya dan mengatakan kau masih tidur."

"Ada apa noona menghubungiku?"

"Aku hanya merindukan mochi kecil ku. Apa tak boleh eoh?!"

"Ah.. Tentu saja boleh noona, sebenarnya aku juga merindukanmu. Em.. Mau bertemu?"

"Ah.. Bolehkah?"

"Tentu noona."

"Kyaa... Aku senang mendengarnya. Em.. Baiklah, besok kita bertemu di taman."

"Taman? Maksud noona taman tempat kita pertama bertemu?"

"Ne, bagaimana?"

"Tentu. Baiklah kita bertemu di sana."

"Pukul 9 pagi ku tunggu di tempat biasa kita bertemu."

"Oke." Jimin pun memutus sambungan itu dan menatap ke arah jungkook yang kini tersenyum padanya.

"Kookie."

"Waeyo?"

"Apa aku boleh pergi besok siang?" Tanya jimin dengan sedikit ragu.

"Pergi kemana baby?"

"Ke taman Hongdae."

"Taman Hongdae? Bukankah tempatnya jauh baby?"

"Memang tapi.. Ji eun noona mengajak ku bertemu di taman itu."

"Hah.. Baiklah besok aku akan mengantarmu."

"Yeay... Terima kasih kookie.."

***

Hari pun berganti, jungkook dan jimin saat ini tengah berada di dalam mobil untuk pergi ke taman Hongdae untuk bertemu dengan ji-eun.

Setelah melakukan 30 menit perjalanan, jimin dan jungkook pun sampai di tempat itu.

"Baby, aku tunggu di mobil."

"Kookie yakin tak ingin ikut?"

"Hum, tidak apa-apa baby aku akan di sini saja."

"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu ne." Ucap jimin sambil beranjak turun dari mobil setelah memberikan sebuah kecupan pada pipi suaminya.

Jimin berjalan perlahan menikmati suasana taman Hongdae yang sudah sangat lama tak pernah lagi ia datangi. Tersenyum tipis kala netra nya menemukan bunga-bunga yang tumbuh dengan indah di sana.

"Taman ini sudah banyak perubahan, sudah sangat lama aku tak datang lagi." Ucapnya sambil menikmati harum dari bunga yang saat ini ia cium dengan membungkukkan tubuhnya sambil membelai lembut kelopak bunga mawar berwarna putih itu.

"Mochi!" Jimin pun segera menolehkan kepalanya dan seketika senyuman pun mengembang di bibir plum nya.

"Noona!" Dengan cepat jimin pun menghamburkan diri ke arah ji-eun lalu memeluknya dengan erat dan ji-eun pun ikut membalas pelukan itu tak kalah erat.

"Aish... Kau tambah berisi dan tambah manis mochi." Pekik ji-eun sambil mencubit gemas pipi Jimin.

"Ish.. Noona sakit. Ah.. Bagaimana kabar noona? Sudah lama sekali saat terakhir pertemuan kita saat itu. Noona tega sekali meninggalkanku saat itu."

"Maaf Jimin, saat itu noona tak bisa berpikir panjang dan meninggalkanmu begitu saja. Jimin-ah bisa kau ceritakan padaku bagaimana awal kedekatan kalian?" Tanya ji-eun pada Jimin yang kini terlihat gugup di depannya.

"Em.. A-aku pernah bekerja di rumah jungkook hyung. D-dari situlah aku bertemu kembali dengannya ya.. Dari sana aku mengenalnya." Ucap Jimin dengan senyum canggung nya membuat ji-eun menatapnya curiga.

"Benarkah? Bagaimana dengan jungkook yang melakukan penyekapan padamu? Kau meninggalkan cerita itu." Jimin seketika menunduk dan diam tak berani mengatakan apapun atau tak ingin menceritakan hal itu karena sebenarnya jimin ingin melupakan kenangan buruk itu dan tak ingin mengingatnya lagi.

𝘏𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨.

Keheningan bertahan 15 menit setelah pertanyaan terakhir yang ji-eun ucapkan hingga wanita cantik yang masih menatap Jimin dengan keterdiamannya kini kembali membuka suara.

"Jimin-ah, tak inginkah kau menjelaskan semuanya? Apakah pernikahan kalian tanpa perasaan yang benar?" Dengan cepat Jimin menggelengkan kepalanya tak setuju dengan kata-kata ji-eun.

"Tidak noona, kami memang saling mencintai, hanya saja.... Aku tak ingin mengingat kenangan itu. Kenangan yang pernah membuatku hancur dan karena kami sekarang sudah sepakat untuk menjalani kehidupan tanpa menoleh ke belakang, kami memutuskan untuk tak mengingatnya lagi. Begitu pun jungkook hyung, dia berulang kali mengatakan  maaf padaku saat ingatan itu kembali aku merasa tenang sekarang dan maaf mungkin hubungan kami menyakitimu noona." Jelas Jimin sambil menatap ji-eun dengan sendu.

Ji-eun tersenyum kemudian mengulurkan tangannya untuk menggenggam kedua tangan mungil Jimin.

"Jimin dengar, kau tak menyakitiku, aku tak pernah berfikir jika ini semua menyakitiku karena bagaimana pun ini sudah menjadi takdir kalian untuk bersama. Aku senang kau bahagia saat ini karena bagaimana pun kau harus merubah jalan hidupmu yang begitu rumit. Dan lihatlah sekarang kau sudah melakukannya." Ji-eun tersenyum lebar melihat Jimin yang kini bisa merasakan kebahagiaannya sendiri.

"Eh.. Kau tak tahu bukan jika aku sudah punya calon ku sendiri.." Ji-eun menatap jahil pada Jimin dan Jimin begitu terkejut dengan ucapan ji-eun.

"Eoh.. Noona sudah punya kekasih?"

"Sebenarnya aku sudah bertunangan."

"Ah.. Selamat noona, aku turut senang mendengarnya." Jimin tersenyum lebar pada ji-eun hingga matanya menghilang menjadi garis lurus dan membuat wajah jimin semakin cantik.

"Aih.. Kau membuatku iri.. Lihatlah wajah cantikmu itu. Melihatmu yang sekarang aku seakan gagal menjadi wanita karena tersaingi oleh seorang pria." Ji-eun mencebikkan bibirnya membuat jimin tertawa menatap wajah lucu ji-eun yang sudah lama yang ia rindukan.

"Noona, kau menunjukkan wajah itu lagi! Ah.. Aku merindukannya. Aku-emmph.." Jimin menutup mulutnya dengan cepat karena tiba-tiba ia merasakan mual yang tak tertahankan dan segera berlari menuju semak-semak di depannya. Sedang ji-eun melebarkan matanya terkejut saat melihat jimin yang bertingkah aneh dan berlari mendekat kemudian tangannya terulur untuk memijit tengkut pemuda manis itu.

'Hoek.. Hoek.. Uhuk..'

"Ada apa denganmu? Apa kau sakit?"

"Tidak tahu noona, tiba-tiba saja aku merasa mual dan sekarang kepalaku juga pusing." Keluh jimin sambil memijit pelipisnya.

"Aku antar ke rumah sakit ne? Kau tampak pucat jimin."

"T-tidak usah noona aku..." Tanpa bisa melanjutkan ucapannya jimin mendapatkan pandangannya menggelap dan jatuh tak sadarkan diri.

Brukk

"Jimin!"

𝙏𝘽𝘾


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C51
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous