Télécharger l’application
0.98% The Eyes are Opened / Chapter 2: Terbangun (part 1)

Chapitre 2: Terbangun (part 1)

Hari telah berganti, aku kembali melakukan aktivitasku sebagai siswi SMP seperti biasanya. Dimulai dari bangun pagi, menyiapkan baju seragam yang akan digunakan, mandi, sarapan yang telah di sediakan mama, lalu berangkat ke sekolah diantar mama. Pagi itu aku sudah tak mengingat kembali kejadian yang aku alami kemarin karena aku tak mau memiliki paranoid yang over dengan sekolahku, ya meskipun memang disana ada banyak penunggunya, tetapi jika aku terlalu memiliki perasaan takut yang over itu bisa menjadi daya magnet bagi (mereka). Saat itu juga aku tidak memiliki feeling apapun atau apa yang akan terjadi di hari itu, aku cuma berpikir positif tidak akan terjadi apapun yang buruk dan banyak hal positif yang terjadi. Namun dugaanku salah, salah besar. Semua dimulai dari Karin yang pagi - pagi datang menemuiku di kelas.

" Dyandraaa.... Pagi ndraaa..." Suara Karin yang terdenggar dari depan kelas memanggilku hingga menghampiriku ke tempat dudukku.

" Ya.. pagi. Apasih rin pagi-pagi baru dateng udah teriak-teriak gitu". Jawabku ketus pada Karin yang terlihat dari raut wajahnya sangat excited saat itu.

" Ketus banget sih kamu ndra.. masa aku gak boleh seneng nemuin kamu ke kelasmu... jarang - jarang lho aku main ke kelasmu pagi-pagi gini.." sambil memanyunkan bibirnya dan dengan wajah yang memelas.

" Ow ya ndra, yang kemarin aku cerita ke mamiku, terus katanya apa yang kamu bilang itu waktu dilorong beneran ndra. Sampe aku sendiri jadi ketakutan waktu denger mamiku ceritain apa yang ia lihat dari viedo rekamanku".

"Hah! Yang bener rin? jadi kemaren sore itu aku gak salah kan ? Bukan hayalanku aja kan?" Tanyaku yang penasaran dan takut bercampur aduk menjadi satu.

"Iya bener! kalo gak percaya nanti siang waktu pulang sekolah kamu main ke rumahku aja, langsung tanya mamiku. Udah dulu ya ndra nanti jam istirahat makan siang bareng di kelas aku ya.. bye ndra.." Ucap Karin sembari melambaikan tangannya dan tak lama kemudian bunyi bel masuk kelas pun terdengar. Ucapan Karin pagi ini membuatku tak dapat konsentrasi di kelas, dan perasaaanku menjadi gelisah. Apakah ini pertanda yang baik untukku atau pertanda yang buruk? Aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkan hal ini terlalu dalam dan kembali fokus pada pelajaran yang sedang berlangsung.

"Ndra! Andra!". Suara Claudi teman sebangku ku membangunkan lamunanku dan tak sadar aku tertinggal jauh mencatat apa yang telah dijelaskan oleh guruku saat itu.

" Lu ngelamun apa'an? Masih pagi woi jangan ngelamun! Ntar kesambet setan tau rasa lu!".

" Ssstt.. bisa gak sih kalo ngomong pelan-pelan ntar Bu Merry denger tau!"

" Ya abisnya lu ngelamun pas Bu Merry njelasin materi.. Lu tau sendiri Bu Merry kaya gimana. Udah ah, nih cepetan salin punya gue ntar lu lanjut lagi catatan yang udah ketinggal jauh pas jam istirahat."

" Iya. Iya. Makasi ya Di.. gak salah aku pilih kamu jadi temen sebangku ku.. hehehehe..".

Pelajaran hari ini terasa lebih cepat dari biasanya, entah karena memang banyak guru yang membahas materi lebih singkat atau aku yang tidak fokus memperhatikan pelajaran sehingga terasa lebih cepat dari biasanya. Hingga saat ini aku tidak mengalami hal - hal yang berkaitan dengan makhluk halus dan jangan sampai terjadi deh. Tapi ada yang aneh yang aku rasakan, pendengaranku seperti lebih tajam dan jernih dari pada biasanya, hingga aku dapat mendengarkan suara temanku yang duduk jauh dari kursiku, serta lebih sensitif jika ada orang yang memperhatikanku dari belakang seketika saja aku tau disebelah mana orang yang memperhatikanku berada. Aku hanya bisa diam mengetahui hal tersebut dan gak mungkin aku bercerita tentang hal ini pada teman kelasku. Aku takut dikira aneh sama mereka, apalagi aku terkenal dengan sifat yang jaim banget di hadapan banyak orang. Jadi, aku bersikap santai seperti tidak ada yang terjadi padaku.

"Teng..teng..teng..teeenggg...". Bunyi lonceng jam istirahat terdengar, langsung saja aku merapikan mejaku dan bergegas menuju kelas Karin untuk makan siang bersama.

" Riiinnn...yukk makan bareng..". Ajakku ketika telah tiba di kelasnya. Tanpa basa basi aku langsung duduk di bangku kosong sebelah Karin dan memulai makan siang bersamanya.

" Mamimu bawain apa ndra? Minta dong.." tanpa menunggu aku menyutujuinya tangan Karin sudah mengambil sepotong ayam goreng dari bekal siangku dan langsung memakannya. Aku hanya terdiam dan melihat apa yang dia lakukan sangat menyenangkan. Itulah alasanku kenapa aku bisa bersahabat dengannya, karena sifatnya yang terbuka dan apa adanya.

" Ndra, masakan mamimu enak bangeeett.. kamu makan bekalku ya.. aku abisin bekalmu hari ini.. hehehe".

" Heiiii... koq kamu yang abisin sih rin lah aku makan apa??".

" Itu bekalku.. hehehehe..". Sambil tersenyum dan menunjuk bekalnya yang masih utuh diberikan kepadaku sebagai ganti bekalku yang ia makan.

" Ndra nanti kamu jadi kan ke rumahku? Sudah bilang mamimu?". Di sela-sela kami makan ia mengingatkanku untuk ke rumahnya sepulang sekolah. Dan langsung saja aku mengambil handphoneku dan menulis pesan pada mamaku untuk menjemputku sore hari di rumah Karin.

" Eh rin, itu si Nat-nat suka sama Kevin ya?". Tanyaku bisik pada Karin saat ia menyelesaikan makan siangnya.

" Eh, apa? Siapa suka Kevin? Koq kamu tau?"

" Itu aku tadi denger si Nat-nat curhat sama Dwi di pojokan kalo dia suka Kevin". Tanpa sadar aku cerita apa yang aku dengar pada Karin. Yah.. jelas saja Karin tiba-tiba terkaget mendengarkan apa yang barusa aku bisikkan ke telinganya.

" Kamu denger?? Maksudnya gimana nih? Aku aja gak denger apa-apa. Kelas aku jam istirahat gini rame banget tau. Aku cuman denger kamu ngomong aja." Seketika aku sadar apa yang aku lakukan dan langsung membisu di depan Karin.

" Uhmmm.. nanti aja deh aku ceritain di rumahmu sekalian. Kamu sudah selesai kan makannya? Aku juga. Nih tempat makanmu, aku langsung balik kelas ya. Bye rin..". Langsung aja aku tak ingin membahas apa yang telah terjadi, aku meninggalkan Karin yang bingung dengan sikapku dan aku dengan cepat berjalan menuju toilet untuk menenangkan pikiranku sejenak.

Aku nggak tahu harus bagaimana untuk menghindari ini namun apa yang terdengar di telingaku sangat jelas. Dan ketika aku berada di toilet aku merasakan kehadiran (mereka) kembali yang entah dimana, aku langsung keluar dari toilet dan sebelum itu aku mencuci tanganku di wastafel. Ketika aku melihat kedepan kaca setelah mencuci tangan, aku terkejut ternyata ada anak perempuan menggunakan seragam sekolah berdiri di belakangku dengan rambut yang terurai kedepan. Aku tak dapat melihat wajahnya dengan jelas, namun wajah dan warna kulitnya putih pucat. Aku tidak yakin jika itu manusia, langsung saja aku membalikkan badanku untuk melihatnya langsung. Dan ternyata... anak perempuan itu tak ada!

Aku melihat ke kaca kembali dan juga tak ada. Dia menghilang di hadapanku. Aku tak dapat berkata apapun saat itu, aku langsung meninggalkan toilet dan berlari ke kelasku. Dengan cepat aku berlari hingga tak memperhatikan sekelilingku. Aku ketakutan dan sekujur bulu kuduku berdiri. Pertama kalinya aku melihat sosok makhluk halus secara langsung dan aku tak sanggup membayangkan bagaimana jika ini terjadi seumur hidupku. Apakah aku mampu bertahan atau tidak.

Aku sampai di kelas dan duduk di bangku ku dengan ekspresi wajah yang masih shock, Claudi yang duduk di sebelahku memperhatikanku sejak aku masuk kelas hingga duduk.

" Lu kenapa ndra koq muka lu kaya gitu? Pucet banget. Lu sakit?". Aku tak dapat mengucapkan sepatah katapun hanya menggelengkan kepalaku saja sambil memegang erat jaket yang aku sampirkan di punggung kursiku.

"Lah ini anak kenapa sih? Pagi tadi lu gak kenapa-kenapa, sekarang koq kaya orang abis liat hantu di siang bolong gini? Sudah lu minum dulu gih biar rileks dikit tuh muka lu". Kata Claudi sambil memberikan botol minumku.

" Eh siapa yang abis lihat hantu Di?". Tanya temanku Andini yang tiba-tiba datang ke meja kami ketika Claudi berbicara tentang hantu.

" Ahhh... kagak, ini lho Dyandra balik dari istirahat mukanya pucat kaya shock abis liat hantu gue bilang..".

" Ohhhh.. gitu... kirain beneran abis lihat hantu..". Jawab Andini yang terdengar kecewa.

" Kenapa emangnya din? Lu abis lihat hantu? Sampe kecewa gitu?".

" Uhmm.. aku tidak pernah melihatnya secara langsung sih.. cuman aku dengar dari kakak kelas ada rumor di toilet cewek lantai atas ini ada hantu cewek gitu.. katanya pake seragam.. lalu hantunya itu meninggal karena diperkosa ramai-ramai gitu.. iihhh serem gak sih kalo mau ke toilet dan pas kebelet banget.." Ucap Andini yang ketakutan sambil memegang kedua lengannya.

" Ah masa sih? Kagak percaya gue kaya begituan..". Jawab Claudi.

Aku yang mendengarkan pembicaraan mereka pun menjadi sangat percaya bahwa apa yang aku lihat di toilet bukan tipuan dan aku juga menjadi tahu penyebab kematian hantu perempuan itu, ya meskipun masih di ragukan kebenaran cerita dari Andini sih..

Jam menunjukkan pukul 13.00 wib, waktu untuk kami pulang sekolah. Aku dengan segera membereskan buku dan alat tulisku ke dalam tas, sedangkan Claudi sudah siap untuk pulang dan tak lupa ia selalu menggunakan headset yang terpasang di telinganya. Ketika aku hendak keluar kelas, aku melihat Karin sudah menungguku di luar kelas dan menyuruhku untuk lebih cepat agar aku dapat bermain ke rumahnya siang itu. Aku bergegas menghampiri Karin dan mengajaknya keluar sekolah.

" Ndra."

" Hmmm." Jawabku singat pada Karin.

" Kamu tadi waktu istirahat dengerin apa? Kok bisa kamu bilang kya gitu?"

" Uhmmm.. nanti aja ya rin di rumahmu aku ceritain semuanya". Jawabku sambil memperhatikan sekitar. Aku tak ingin ada teman-temanku yang tak sengaja mendengarkan obrolan kami di tengah jalan.

" Hmmm.. oke. Janji ya nanti di rumahku cerita."

" Iya.. iya.. nanti aku ceritain semuanya. Oke?".

" Oke kalau gitu. Eh by the way, beli camilan dulu yuk di depan gerbang.."

" Oke. Aku beli pentol sama batagor ya rin..".

" Oke.. aku mau beli cireng sama telur gulung aja".

Akhirnya aku pergi ke rumah Karin dan menceritakan semua yang aku alami hari ini. Dari pendengaranku yang semakin tajam, hingga aku melihat penampakan hantu perempuan di toilet. Karin yang mendengarkan semua ceritaku ia tertegun dan terkandang ekspresi wajahnya terkagum akan kemampuanku saat ini. Hingga akhirnya mamanya Karin manemui kami saat berbicara dan beliau membahas tentang apa yang telah terjadi padaku sejak aku melewati gerbang dunia lain itu.

Beliau menceritakan tentang dirinya jika ia dapat kemampuan yang sama denganku ketika ia muda. Beliau mengasah kemampuannya dan sangat berhati-hati apa yang dilihat dan didengar, karena segala seuatu yang didengar ataupun dilihat harus diuji terlebih dahulu dengan cara berdoa dengan sungguh-sungguh. Akhirnya beliau berkata jika kemampuan yang aku peroleh saat ini telah terbangun tidak di sengaja. Oleh karena itu jika aku mengalami hal yang lebih besar dan sangat membahayakan nyawa ataupun jiwaku, beliau menyarankanku untuk segera menutupnya. Jika tidak kemungkinan terburuknya aku dapat menjadi gila karena di kelilingi oleh paranoid-paranoid seumur hidupku. Itu tak mempengaruhi niatku akan kemampuanku saat ini, aku sangat bangga dan berniat untuk mengetahui lebih dalam lagi kemampuan istimewaku sekarang.


L’AVIS DES CRÉATEURS
Rachel_Oktafiani Rachel_Oktafiani

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Creation is hard, cheer me up!

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C2
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous