Télécharger l’application
20% Terjebak di Dunia Albheit / Chapter 9: CH.9 Memori Lampau

Chapitre 9: CH.9 Memori Lampau

Sepanjang acara itu, aku akhirnya berada dekat dengan keluarga kerajaan entah apa alasannya. Ternyata baru aku sadari bahwa aku satu-satunya tamu khusus di antara semua tamu-tamu yang hadir. Ternyata ketua prajurit itu berbohong tentang bahwa semua orang akan diberi undangan yang sama kalau membantu negara kerajaan ini.

"Hei, kata kakek namamu adalah Fukoushi Keena kan?"

"Eh, benar, memangnya kenapa tuan putri?"

"Maukah jadi temanku? Kalau aku mendengar apa pun yang berkaitan dengan nenek Kioku, aku jadi bersemangat. Mau kan jadi temanku? Aku mohon~."

Lagi-lagi aku dipojokkan dengan permohonan yang akan menyakiti hati orang lain jika tidak menerimanya. Ini sih namanya dua kali serangan bertubi-tubi, kelemahanku selain permohonan yang tulus, satunya lagi adalah anak-anak.

Sejak kapan aku jadi sering terpojokkan dengan sebuah permohonan? Kurasa aku sering mengalami ini sejak aku datang ke dunia ini dan terjebak di dalamnya. Mungkin ke depannya aku harus lebih bisa menahan diri agar tidak mudah terjebak dalam hal ini.

"Hah~ baiklah kalau tuan putri berkata begitu. Namun apa raja Koshiyu dan kedua orang tua tuan putri memperbolehkan tuan putri berteman dengan diriku? Bahkan kita saja baru saja bertemu."

"Kedua orang tuaku menganut didikan dari kakek dan nenek yang menyuruh berteman dengan siapa pun, bahkan warga pun tidak masalah."

Hmm, aku jadi penasaran apakah raja Koshiyu dan ratu Kioku dulu mendapat ajaran dari kedua orang tuanya untuk berteman dengan siapa pun juga. Melihat sosok ratu Kioku ingin membuatku mengetahui banyak tentang kedua orang tuanya juga.

"Kalau begitu bagaimana sifat kedua orang tua kakek dan nenekmu? Apa mereka juga punya sifat yang sama?"

"Soal kakek buyut dan nenek buyut ya? Soal nenek buyut, aku pernah bertemunya sebelum dia akhirnya meninggal. Nenek buyutlah yang menjelaskan semua tentang nenek Kioku."

"Berarti yang kita bicarakan di sini adalah mama dari ratu Kioku? Kalau papanya? Apa tuan putri Tifaria pernah mendengarnya?"

Biasanya seorang anak menurunkan sifatnya mamanya karena seorang anak perempuan dekat dengan sifat mamanya. Namun tidak menutup kemungkinan untuk seorang anak perempuan menurunkan sifat papanya.

"Tidak pernah ada yang berbicara tentang kakek buyut, seolah memang tidak ada yang tahu atau tidak mau membahasnya."

"Benarkah? Aneh sekali. Kurasa aku harus bertanya soal hal itu sendiri ke raja Koshiyu, mungkin dia lebih mengerti. Oh ya, di mana kedua orang tuamu? Apa mereka bahkan tidak menghadiri dan menemani anaknya berulang tahun?"

"Mereka ada di sana, sedang berbicara dengan tamu-tamu lain. Mereka menurunkan sifat nenek yang suka bekerja keras. Papaku bernama Hoshisuji Kei, mamaku bernama Kiraibu Namitsu, anak kedua dari kakek Koshiyu dan nenek Kioku."

Hmm, tadinya aku kira bahwa kedua orang tuanya tidak hadir karena sibuk dengan pekerjaan mereka atau bagaimana, ternyata mereka orangnya ramah sekali. Ingin rasanya aku berbicara dengan mereka, tetapi mereka bahkan sudah berumur 15 tahun lebih tua dariku. Juga mereka adalah raja dan ratu, canggung buatku berbicara dengan mereka.

"Ohh sayang, Tifa sayang sedang berbicara dengan siapa?"

"Ahh mama, Tifa sedang berbicara dengan orang yang katanya kakek mirip dengan nenek. Namanya Fukoushi Keena ma."

"Oh jadi nona ini adalah orang yang kakek bicarakan ya? Salam kenal nona Fukoushi Keena, perkenalkan namaku Kiraibu Namitsu, maaf tidak menyambut lebih awal."

Bahkan mamanya saja punya sifat yang sangat lembut, aku jadi tersentuh melihat dan merasakannya. Kurasa aku bisa menggali sesuatu tentang ratu Kioku darinya walau pastinya sedikit tidak sopan.

"Ah tentu saja tidak masalah ratu Namitsu."

"Tidak, bukan aku yang jadi ratu, melainkan kakak perempuanku, Kiraibu Shiakira."

"Ah maaf, aku tidak menyadarinya!"

"Tidak masalah. Berarti nona Fukoushi baru saja datang di sini ya? Kelihatannya tidak mengerti apa pun tentang hal di sini."

Diriku ini mudah ditebak ya? Sekali saja langsung ketahuan. Mungkin lain kali aku harus belajar lebih banyak sebelum bertemu dengan seseorang, supaya tidak malu ketika berhadapan dengan orang itu.

Untung saja mama dari tuan putri ini adalah orang yang ramah. Mudah untuk diajak kompromi dan bisa diajak bicara dengan mudah. Sebaiknya walau begitu aku menjaga pembicaraanku, aku tidak mau mencari masalah.

"Hehehe, benar. Err, jadi bagaimana saya harus memanggil anda?"

"Panggil saja aku Duchess Namitsu, atau terserah nona Fukoushi deh."

"Ehh, aku panggil Duchess saja boleh?"

"Kenapa panggilannya tidak ada namaku? Kalau begitu malahan panggil diriku Namitsu saja."

Kenapa mama yang satu ini terasa sangat aneh buatku. Sifatnya yang tidak biasa dimiliki orang lain membuatku sedikit merasa mau bagaimana untuk berbicara dengannya. Kenapa oh kenapa aku harus menghadapi hal-hal aneh seperti ini?

"Terasa sangat tidak sopan sekali, aku panggil Namitsu-sama saja."

"Ehh jangan pakai sebutan sama untukku, nona sudah menjadi teman anakku, panggil aku Namitsu-san saja deh."

"Hah~ baiklah Namitsu-san. Oh ya, ada banyak hal yang aku ingin ketahui tentang ratu Kioku mama anda, bolehkah aku bertanya tentang dirinya nanti?"

Sebenarnya aku sedikit lancang bukan hanya karena meminta sesuatu tanpa memahami situasinya, tetapi juga karena mamanya, ratu Kioku sudah meninggal. Membicarakan orang meninggal hakikatnya tidak sopan dan bukan hal yang patut dilakukan.

"Tentang mama ya…? Aku khawatir aku bukan orang yang mengerti apa-apa tentang mama. Sama halnya dengan Tifa, aku bahkan tidak tahu banyak. Kata papa, mama meninggal saat aku masih berusia 8 bulan."

"Begitu ya… maaf lupakan kalau begitu. Nanti aku tanya raja Koshiyu sendiri karena dia yang mengatakan untuk bertanya segala sesuatu kepadanya."

"Begitu lebih baik. Aku juga ingin mendengar lebih tentang mama."

"Mama, mama, Tifa boleh ikut? Tifa ingin dengar lebih banyak tentang nenek!"

Kalau aku berpikir sekarang, kenapa kenyataan itu begitu kejam terhadap banyak orang? Entah orang awam, orang berkedudukan, atau bahkan orang yang tidak mampu. Namun yang aku lihat di dalam negara kerajaan Kogaroya ini hanyalah tawa dan kebahagiaan. Mungkin sampai kapan pun tidak akan ada yang pernah tahu kesedihan mendalam dari keluarga kerajaan ini.

"Asal tidak kemalaman nanti Tifa boleh mendengarkan kok, tapi nanti minta izin sama kakek dulu ya?"

"Hm! Oke deh ma."

"Baiklah kalau begitu, itu anak mama yang pintar. Kalau begitu nona Fukoushi aku pamit dulu, aku harus kembali menemani suamiku."

"Tentu saja, oh ya karena Namitsu-san sudah memperbolehkan aku memanggil nama pertamamu, panggil aku juga dengan nama Keena."

"Aku mengerti Keena-san."

Acara itu tidak berlangsung begitu lama setelah pembicaraan dengan Namitsu selesai. Sampai akhir acara, aku tetap bersama dengan tuan putri Tifaria dan Aeru, walau sepanjang acara ini Aeru sedikit berbicara denganku.

"Kalau begitu para tamu undanganku, terima kasih sudah mendatangi acara ulang tahun cucuku. Selamat jalan dan berhati-hatilah."

Dengan ditutupnya acara itu, para tamu undangan semuanya pulang ke rumahnya masing-masing termasuk Aeru yang sudah menemani diriku. Tidak banyak perubahan antara Aeru ikut atau tidak, tetapi aku sudah senang ada dia menemaniku.

"Kalau begitu nona Fukoushi aku pamit pulang dulu. Terima kasih sudah mengajakku ke acara ini."

"Tidak, tidak, aku yang harusnya berterima kasih karena Aeru-san sudah mau membantuku. Sampai jumpa nanti lagi Aeru-san."

"Baiklah."

Kepergiaan Aeru dari hadapanku dan dari acara ini membuatku menjadi orang terakhir dari tamu undangan yang tidak meninggalkan aula istana ini. Seketika itu, semua anggota kerajaan datang dan berkumpul hanya karena diriku.

Semuanya berkumpul tidak di aula, tetapi di suatu ruangan khusus tempat di mana semua orang dari keluarga kerajaan berkumpul. Bahkan orang-orang yang tidak kukenal, dan banyak anak kecil berkumpul. Walau begitu masih ada beberapa orang yang seumuran denganku, kurasa mereka adalah cucu-cucu dari raja Koshiyu.

"Semua sudah berkumpul di sini ya? Ah Fukoushi-san silahkan duduk."

"Apa tidak apa-apa aku berada di sini, di antara semua anggota kerajaan?"

"Siapa memang yang tidak memperbolehkan? Tentu saja tidak masalah. Oh ya, kurasa Fukoushi-san masih belum kenal beberapa orang di sini. Aku perkenalkan lebih dulu."

Dengan detail semua anggota kerajaan dikenalkan, tetapi ada seseorang yang punya umur kira-kira sama dengan raja Koshiyu yang membuat diriku tertarik. Dikatakan namanya adalah Kiraibu Senshi, dia adalah adik dari ratu Kioku walau selisih waktu kelahirannya hanya beberapa menit saja.

"Kiraibu Senshi ya? Berarti seharusnya selain raja Koshiyu pangeran Senshi juga mengenal dekat dengan ratu Kioku."

"Walau nona Fukoushi berkata begitu, aku tidak bisa berkata banyak tentang Kioku-neechan. Nee-chan punya kebiasaan yang menyendiri sejak kecil, baru diumur 15 dia kembali berkumpul di istana. Sejak umur 5 tahun dia tinggal di suatu wilayah yang dinamakannya hutan Heiyu."

Hutan Heiyu? Ternyata memang semua wilayah yang ada berbeda namanya dengan nama yang ada di game. Namun aku lebih tertarik dengan cara hidupnya yang menyendiri, tetapi sekarang dia punya keturunan yang ramah dan berteman dengan siapa pun.

Sepanjang hidupku aku tidak pernah tertarik dengan sifat seseorang selain yang satu ini, ratu Kioku. Andai aku bisa bertemu dengannya sekali saja, aku mau mengatakan dia adalah orang yang luar biasa dan kukagumi walau tidak mengenal secara pribadi dan baru mengetahuinya.

"Jadi begitu. Satu-satunya yang mengenal ratu Kioku hanyalah raja Koshiyu sebagai suaminya."

"Satu lagi, ratu Ekiresia mama dari Kioku. Namun mama sudah meninggal sejak 5 tahun yang lalu."

Oh ya berbicara tentang hal itu, aku jadi penasaran dengan ucapan tuan putri Tifaria tadi tentang kedua kakek dan nenek buyutnya. Tidak pernah ada yang berbicara tentang papa dari ratu Kioku. Kurasa aku harus bertanya sendiri.

"Oh ya kalau begitu bagaimana dengan papa dari ratu Kioku?"

"…."

Seketika keheningan memenuhi ruangan ini membuat suasana menjadi canggung. Aku tidak tahu apa alasannya, tetapi kurasa aku melakukan kesalahan menyinggung tentang papa dari ratu Kioku.

"Eh, kalau aku menyinggung hal yang salah maafkan aku. Lupakan saja."

"Tidak, beri aku waktu untuk menjelaskan. Untuk hari ini kita istirahat dulu sana. Fukoushi-san tinggal saja dulu di istana untuk malam ini. Aku akan menyuruh pelayan menyiapkan kamar untuk Fukoushi-san."

"Ehh, tidak apa-apa kah? Tidakkah aku mengganggu ketenangan kalian nantinya?"

"Tidak apa-apa. Suatu kesenangan kedatangan kehadiran seseorang yang punya sifat yang mirip dengan Kioku."


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C9
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous