"maaf kak benar... dia.. suami ku.." desis Zara melemahkan genggaman tangan kekar yang menahannya pergi.
"maaf kalian harus bertemu dengan cara seperti ini..." Zara sedikit membungkuk kan badan dihadapan seorang Tristan yang kini terdiam coba meraih kembali jiwanya yang seakan pergi dari raga. "perkenalkan.. suamiku Aldi.. dan Al ini kak Tristan yang aku ceritakan tempo hari..."
mereka saling berjabat tangan meski ada rasa jengkel menyergap Aldi, ia bisa pasti kan kalau pria dihadapannya ini tidak memandang Zara layaknya teman tapi ingin lebih dari sekedar teman!!
"senang berkenalan dengan mu.." ucap Aldi kurang senang "ayo Zara kita pulang..." ajak Aldi kembali menarik Lengan istrinya bahkan meminta Zara merangkul nya Seolah menunjukkan pada sang CEO kalau dia tidak perlu berharap pada Zara...!!!
Tristan tersenyum getir, sepasang netranya mengekori bayangan gadis pencuri separuh hati yang ternyata sudah ada yang memiliki.
***
Sepanjang perjalanan kembali ke kantor sekelebat bayangan tentang Zara terus menari di ingatan seorang Tristan, pria dingin yang telah melupakan rasa untuk menyukai seseorang, dimana rasanya sulit untuk membuka hati kembali karena mengecap pahit rasa kehilangan justru tiba-tiba hadir layaknya sang Dewi entah dari mana datang menyusup memenuhi hatinya yang hampa dengan canda tawa yang dulu nyaris sirna.
Akkhh!! kenapa ada perasaan sesak memenuhi rongga dada, seperti ia telah kehilangan sesuatu yang hendak digenggam.
"Zara..." lirih Tristan melafaskan sepenggal nama yang telah membuatnya berharap. Pria maskulin berbalut Coat Dongker menenggelamkan pandangan pada barisan bangunan pencakar langit, hampa.. perasaan itu yang melengkapi kesendiriannya.
Disisi lain, Zara sibuk mengobati memar diwajah innocent suaminya disofa ruang tamu mereka, yah.. jadi korban salah sasaran memang sangat menyebalkan.. kak Esa yang berbuat dia yang harus menerima bogem mentah.
"auuchh.. sakit.." erang Aldi ketika Zara menempel kan es batu berbalut sapu tangan.
"jangan cengeng,,, sakit sedikit tidak apa.. lagipula kenapa harus kamu yang jadi sasaran nya..."
"entahlah.. aku tidak beruntung pagi ini.." gerutu Aldi sebal, gara-gara kejadian tadi pagi ia jadi tengsin mau ke cafe nanti jadi topik hangat pula oleh karyawan disana.
"ya.. paling tidak aku bersyukur bukan suamiku pelakunya..."
"ya betul bersyukur lah aku pria yang baik..." puji Aldi pada diri sendiri sambil nyengir kuda.
"aiihh... rasakan ini... " Zara menekan es batu kuat-kuat didahi Aldi yang mulai kebiruan, jelas-jelas masih mengejar gadis lain malah ngaku sebagai pria baik.. huu...
"aucchh... sakit tau. ." erangnya kembali.
Zara menarik nafas panjang, kemudian menerawang ia bisa merasakan bagaimana perasaan Olivia kini, pasti tidak mudah menerima Kenyataan harus berbagi cinta suami,, Pasti sangat sedih..
Aiihh memikirkan perasaan orang lain... bagaimana dengan dirinya sendiri.. sejak menikah ia sama sekali tidak mendapatkan cinta dari suami, beruntung saja Aldi bukan golongan pria kejam.
"aku jadi prihatin pada kak Oliv..." tutur Aldi memecahkan lamunan Zara
"yahh..tapi... apa orang seperti mu bisa memahami perasaan orang lain" protes Zara cepat
" maksud mu??"
"aahh sudah lah bosan bicara dengan mu.. aku masak saja..." gadis berkemeja flanel itu beranjak menuju dapur.
"buatkan aku bubur.. perutku masih terasa keram.." teriak Aldi di iya kan Zara dari balik dapur.
***
Olivia berdiri didepan jendela kamarnya menghadap ke taman belakang kediaman Tuan Wildan, dari belakang Esa memeluk tubuh sintal Istrinya, mengharapkan pengampunan dari wanita yang sangat ia cintai.
"maaf kan aku sayang..."
Tak ada sahutan, hanya rintihan air mata yang mengalir deras cukup mewakili ada sekeping cinta yang harus remuk redam tak punya bentuk lagi. Sebuah pengkhianatan yang sulit dimaafkan,,,
"Olivia.. lihat aku..." Esa mengalihkan pandangan Olivia kearah nya "percaya lah padaku aku sangat mencintaimu... maafkan aku Oliv..."
Ingin rasanya jiwa yang meronta ini berteriak, memaki atau memukul namun ia sudah kehilangan daya dan upaya untuk melakukan semua itu, cinta yang terbakar, raga yang serasa kehilangan separuh nyawa. Wanita yang selalu bertutur halus dan sangat mencintai suami nya kini sedang remuk redam, sungguh semua membuatnya benar-benar hancur!!
Disisi lain tak bisa dipungkiri bahwa keluarga ini membutuhkan penerus, apa yang bisa ia lakukan ketika penerus pertama yang akan hadir bukan terlahir dari rahim nya ataupun dari saudara ipar nya Zara,, namun penerus itu akan dari wanita yang akan menjadi madunya cepat atau lambat.
"katakan sesuatu... kamu boleh menghinaku... aku memang laki-laki bodoh..." hardik Esa pada diri sendiri, sementara Olivia masih mengatup rapat mulutnya yang tak mampu berbicara sepatah kata pun, dalam dekapan pria yang telah membuat nokta merah pada pernikahan sakral mereka,, Olivia menumpahkan semua kegelisahan yang menderanya begitu dahsyat, hanya airmata yang menjawab tiap pertanyaan yang dilontarkan Esa.
.
.