Télécharger l’application
84.64% I don't know you, but I Married you / Chapter 441: Mimpi basah

Chapitre 441: Mimpi basah

WARNING!!Dalam cerita ini mengandung percakapan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini.

Dariel membuka matanya dengan cepat. Jantungnya berdegup dengan cepat seakan merasakan keterkejutannya tadi akibat melihat wajah Ara. Dia kaget bukan main. Astaga tadi itu apa?dia bermimpi bercinta dengan Deby?Deby pengasuh anaknya. Yang benar saja?apa-apaan ini?kenapa bisa?. Dariel terkejut sendiri. Dia benar-benar tak bisa berpikir kenapa bisa. Dirinya semakin terkejut tatkala merasakan basah dibawah sana. Ya ampun....dirinya benar-benar keluar. Celana pendeknya kini tampak memperlihatkan bekas kebasahan akibat cairan sperma yang keluar. Dariel terduduk tak percaya. Dilihatnya ke samping. Ara masih tertidur lelap. Istrinya itu masih dialam mimpinya.

"Astagfirullah, apa sih yang aku pikirin?." Dariel mengusap pelan kepalanya. Bisa kacau jika Ara tahu. Dia harus mengganti celananya sekarang. Dengan cepat Dariel melangkah ke arah kamar mandi. Dia melepas celananya dan mencuci miliknya disana. Eh inikan tempat dia dan Deby bercinta. Astaga….lagi-lagi Dariel mengingat mimpinya. Dia terus mempertanyakan kepada dirinya sendiri kenapa bisa. Kenapa bisa Deby ada dalam mimpinya?padahal Dariel tak punya sedikitpun perasaan untuk pengasuhnya itu. Kini dia mencari celana baru di lemari. Setelah itu dia memakainya. Dariel tak buru-buru Kembali ke ranjangnya lagi tapi dia memilih membuka pintu ajaibnya dan melihat Triplets. Dia mencoba memastikan anak-anaknya masih tertidur lelap.

"Anak papi tidurnya pada nyenyak." Dariel mencium pipi satu per satu anaknya. Dilihatnya jam yang menunjukkan pukul 2 pagi. Dariel memikirkan lagi mimpinya. Kenapa dia sampai bermimpi dengan Deby?bercinta pula?. Ah..Dariel tak ingin berpikir yang tidak-tidak, Dariel memilih melupakannya saja. Mungkin dia sekarang sedang bernafsu tapi belum bisa dia salurkan dengan Ara. Sejak Ara dan dirinya bekerja memang mereka jarang melakukan hubungan intim akibat kelelahan. Terakhir saja kemarin-kemarin, itu pun harus Dariel yang memula duluan tapi meskipun begitu bukan bearti Dariel memiliki ide gila untuk melepaskan hasratnya pada wanita lain. Mana mungkin dia bermain dengan pengasuh Ara. Dariel tak ada niat sedikitpun untuk selingkuh. Baginya cukup kesalahan Ara menjadi pelajaran. Jika kali ini dia selingkuh hanya untuk balas dendam mungkin hidupnya akan kembali susah. Semuanya bisa hancur berantakan.

"Ada-ada aja.." Dariel menggelengkan kepalanya. Dia kembali ke tempat tidur. Dariel berdiri sejenak lalu melepaskan kaosnya setelah itu ikut masuk kedalam selimut. Dipeluknya Ara dari belakang. Dia hanya menginginkan Ara. Dia hanya mencintai Ara tak ada wanita lain. Tadi itu hanya mimpi basahnya saja. Dia tak berniat bermain gila. Ya…itu masuk akal. Hanya Ara wanita dalam hidupnya. Dariel menyimbakkan rambut Ara kesamping dan dengan sedikit mengangkat kepalanya untuk menciumi punuk, lehernya sampai pipinya. Dia rindu untuk bermesraan dengan Ara. Rasanya sebulan ini dia terlalu khawatir dengan Triplets dan pengasuhnya sampai lupa memperhatikan istrinya juga.

"Apa..bang..." Ara terbangun. Dia jelas dapat merasakan sesuatu menggerayangi tubuhnya. Hidung Dariel yang dekat dengan telinganya semakin membuat Ara yakin kini jarak mereka hanya beberapa senti saja.

"Abang...kangen.."

"Kangen?apa sih tiba-tiba?jam berapa ini?udah pagi ya?" Ucap Ara dengan mata yang masih terpejam.

"Masih jam dua sayang..." Jawab Dariel.

"Ya udah tidur bang nanti bangun telat.." Ara mengusap-usap pelan lengan Dariel yang ada dipinggangnya namun bukannya ikut tidur sesuai perintah Ara Dariel malah semakin menggerayanginya. Tangan Dariel yang semula ada di pinggang Ara tadi kini dia turunkan kebawah. Dia menarik keatas gaun malam Ara lalu dia masukkan tangannya ke celana dalam istrinya. Tangannya itu kini mencoba menerobos masuk ke sela-sela paha Ara yang menempel kuat.

"Buka dikit dong..." Bisik Dariel. Ara melonggarkan kakinya dengan begitu tangan Dariel benar-benar bisa merasakan sesuatu yang ingin dia sentuh daritadi. Dariel mulai memasukkan salah satu jarinya kedalam. memainkannya disana.

"Ahhh...banghh..." Desah Ara saat merasakan gerakan tangan Dariel. Salah satu tangannya kini meraih kepala Dariel yang ada dibelakangnya.

"Abang pingin sayang..."

"Ahhh..." Ara belum bisa menjawab karena masih menikmati gerakan Dariel. Kini Ara mencoba membalikkan badannya membuat Dariel dengan terpaksa melepaskan tangannya yang sedikit basah dengan cairan milik istrinya. Dariel menatap bola mata Ara dalam kegelapan. Dia menatapnya dengan seurius padahal tadi dia sedang menggoda Ara.

"Abang sayang kamu, ga ada yang lain..." Ucap Dariel dengan yakin.

"Kok tumben sebelum mulai ngomong gitu dulu?"

"Ga papa, pingin aja."

"Ini aku masih mimpi atau udah bangun sih?" Ara masih tak mengerti dengan situasi yang terjadi. Mungkin ini efek dari bangun tidurnya.

"Engga, kamu ga mimpi."

"Terus kenapa abang ngomong gitu?aneh."

"Ya ga papa."

"Bohong..." Ara tak percaya. Tangan Ara kini sudah bertengker dibahu Dariel seakan minta dipeluk. Dia mencoba membujuk suaminya agar berbicara jujur.

"Boleh Abang minta kamu cuti?"

"Cuti?"

"Beberapa hari aja. Abang pingin kita liburan bareng. Kamu, Abang sama Triplets tanpa pengasuh. Kita berlima."

"Kenapa sih?abang kerasukan apa?"

"Hus kamu ngomong apa sih?ini abang yang…"

"Ya habis abang bangunin aku cuman buat bilang sayang?buat minta cuti?."

"Belakangan ini meskipun setiap pulang kerja kita selalu sempetin main sama Triplets tapi kayanya masih ada yang kurang. Abang kangen sama kamu, begitupun Triplets. Mereka pasti kangen kamu."

"Bang...Abang cuman ga suka aja Triplets deket sama pengasuhnya. Sabar bang, ini cuman butuh waktu dan adaptasi."

"Engga sayang, sesekali Abang pingin liat kebiasaan kamu ngurus triplets. Oke?ambil cuti ya. Kita pergi." Dariel kembali membujuk.

"Berapa hari?"

"Sebisa kamu tapi jangan sehari juga. Abang pingin kita pergi keluar."

"Oke, aku cuti seminggu. Mau kemana kita?"

"Kamu pinginnya kemana?"

"Hmmm…"

"Nanti lagi deh mikirnya, papi udah tegang nih…" Dariel langsung menundukkan kepalanya untuk menciumi payudara Ara. Dia sudah tak sabar.

"Eh bang bentar dulu, aku lupa ngasih tahu, aku udah udah lepas KB."

"Loh kok Kenapa?"

"Kalo dipikir-dipikir kenapa aku pake juga?toh selama ini pake cara alami pun aku ga bisa hamil."

"Ish….apa sih ngomong gitu segala. Kalo tiba-tiba jadi gimana?ga ada yang tahu.."

"Lagian abang bilang ga enak waktu itu."

"Sayang…..anak keempat itu cuman bercandaan abang aja….Jangan terlalu dipikirin. Punya Triplets aja abang udah Bahagia apalagi sekarang mereka udah mulai pinter-pinter. Berlima udah cukup heboh kok." Dariel senyum-senyum mengingat betapa sibuknya mereka berdua jika mengasuh Triplets. Ara ikut tersenyum mungkin dia memikirkan hal yang sama.

"Udah ah nanti turun lagi…" Dariel Kembali mencumbu istrinya.

"Abang curang nih udah buka-buka aja.."

"Supaya cepet.."Dariel segera memulai percintaan mereka dan melupakan segala mimpinya tadi. Dia benar-benar menganggap itu hanya mimpi semata.

****To be continue


L’AVIS DES CRÉATEURS
Keyatma Keyatma

Makasih untuk kehebohan readers semua membaca part Deby dan Dariel. Untuk hanya mimpi ya...

heheh

Don't forget leave comment and vote ya :)

Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C441
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous