"Daddy...Daddy....Daddy..." Kris bernyanyi-nyanyi riang dibelakang punggung Kenan. Tangannya dia lingkarkan dileher ayahnya itu. Sesekali Kenan menunduk membuat anaknya seakan terbang dibalik punggungnya.
"Kangen ya sama Daddy?" Tanya Jesica yang melihat tingkah lucu Kris. Sedaritadi dia selalu mengikuti kemana langkah Kenan pergi. Dari kedapur sampe ke Toilet.
"Dad...dad..Daddy..." Teriak Jay dari arah luar. Kini dia masuk dan melihat keluarganya sedang asyik menonton.
"Ini kenapa?kangen juga sama Daddy?" Kenan heran dengan anaknya.
"Dad..aku mau nikah di Bali, aku mau bawa semua temen aku, temen Tiara kesana. Aku mau private wedding kaya kakak, nikahnya Deket pantai dad, aku mau semuanya.."
"Apa sih?ngomongnya pelan-pelan bang. Daddy ga ngerti.."
"Coba sini duduk. Kenapa sayang?"
"Mom..aku udah bilang sama Tiara buat majuin tanggal pernikahan kita dan dia setuju."
"Oke sampe situ stop dulu." Kenan menghentikan Jay.
"Kita pingin nikah di Bali dad.."
"Oke di Bali, private wedding." Kenan mulai mengerti sekarang.
"Iya..jadi kita harus undang dan beli tiket buat tamu-tamu aku sama Tiara Daddy..."
"Udah fix itu maunya gitu?"
"Iya dad.." Jay menjawab cepat. Kenan melihat kearah Jesica seakan menanyakan apakah dia setuju.
"Oke." Kenan langsung menyetujui permintaan Jay tadi.
"Bener dad?"
"Bener."
"Sekarang Abang cari tempatnya mau dimana. Dari dulu tuh Daddy pingin nikahin anak Daddy di Bali, waktu itu kakak ga mau, Kay harus disini." Jesica menjelaskan kenapa Kenan langsung menerima permintaan Jay tanpa basa-basi.
"Aku pingin beli rumah."
"Rumah?rumah dimana?"
"Deket sini Dad. Aku ga mau jauh dari mommy." Jay dengan romantis memegang tangan ibunya.
"Uh...so sweet anak mommy."
"Aku ga mungkin tinggalin mommy. Waktu kakak pergi mommy bilang sepi, waktu Kay pergi juga mommy bilang sepi. Aku ga mau bikin mommy kesepian. Aku bakalan main kerumah."
"Tinggal aja disini sayang, Hem?ga usah beli rumah."
"Nanti ga kerasa nikahnya."
"Kerasa, mommy ga akan ngelarang apapun ke Tiara, mommy ga akan ikut campur sampai kalian minta tolong." Jesica membujuk. Sejujurnya dia tak mau melepaskan Jay begitu saja. Dia ingin melihat Jay memimpin rumah tangannya. Bukan dia tak percaya tapi..anak spesialnya itu masih perlu diperhatikan. Jesica tak mau Tiara menjadi terbebani nanti mengatasi sifat Jay.
"Kalo Daddy sama mommy ga ada, Rumahnya juga bisa Jay ditempatin berdua, boleh jadi milik abang, nanti utusan kakak, Kay sama Kris Daddy yang urus."
"Dad!!aku ga suka Daddy bilang gitu." Jay langsung marah.
"Iya-iya maaf. Jangan kesel."
"Temenin mommy ya, kalo ada Tiara kan seru rumah tambah rame sayang." Jesica membujuk lagi.
"Tapi mommy ga boleh bilang kaya Daddy. Aku tempatin rumah ini karena ada Daddy, ada mommy, ada Kris bukan buat tujuan apapun."
"Iya sayang..." Jesica menenangkan dengan mengusap-usap pelan tangan Jay yang masih ada dalam genggamannya. Kenan hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil bermain lagi dengan Kris.
"Mom...aku beli sesuatu buat mommy..." Jay segera berlari kearah kamarnya lalu kembali lagi. Tanpa basa-basi dia mengalungkan sebuah kalung di leher ibunya.
"J buat Jay dan Jesica." Ucap Jay membuat Jesica terharu. Kenapa anaknya begitu manis sih hari ini?Jesica segera memeluknya.
"Makasih Abang Jay..." Jesica lalu menghapus sedikit air mata disudut matanya.
"Sama-sama mommy.."
"Kris kita harus punya Kris. K untuk Kenan dan Krisan.." Canda Kenan agar Jesica tak bersedih.
"Klis mau...Klis mau dad.."
"Iya, nanti kita bikin.." Kenan kini menggendong anaknya dan dia dudukan dipangkuannya.
"Dasar nih dua bungsu pinginnya dimanjain terus..." Tambah Kenan sambil mendekap Kris seakan mengikuti Jay dan Jesica.
****
"Belum tidur sayang?" Kenan mengecup pipi Jesica sebentar sementara istrinya tampak seurius menonton berita.
"Liat tuh Mas, itukan Ikhsan?"
"Ya pasti ditayanginlah sayang, itukan proyek pemerintah pasti ditampilin wajah-wajah koruptornya.." Kenan menggeser badannya agar bersandar dekat dengan Jesica. Tidak lupa dia ikut memasukkan kakinya kedalam selimut.
"Kris udah tidur?"
"Udah sayangku, udah mimpi kayanya sekarang."
"Dari dulu pinter deh Mas bikin tidur anak-anak."
"Iyalah ada kiat-kiatnya itu..."
"Terniat deh kita bikin tempat tidur buat Kris disini."
"Ya habis gimana, anaknya ga mau tidur sendiri, seengaknya pas dia bukan pintu langsung liat tenoat tidur orang tuanya."
"Bukannya dulu Mas yang pingin dia tidur dikamar sendiri?"
"Engga jadi, kasian sayang punya pengelihatan gitu, masih kecil lagi. Mungkin belum siap.."
"Ya kebayang aja kita lagi gitu Kris buka pintu."
"Tapikan selama ini ga pernah kejadian sayang."
"Pikun ya, inget ga waktu lagi nanggung tiba-tiba Kris buka pintu karena ngompol. Aku bener-bener kaget waktu itu."
"Ya kan ga sengaja.."
"Harus hati-hati Mas..."
"Udah tua gini apa Mas masih menarik dimata kamu?"
"Aku ga pernah ngerasa Mas tua. Temen-temen aku bilang Mas ga keliatan kakek-kakek kok. Apalagi kalo liat Kris. Mereka masih bilang anak Mas ketimbang cucu Mas.."
"Mas semakin ngerasa tua karena Jay mau nikah."
"Aku masih kepikiran Jay nikah. Apa bener dia udah siap?apa bener Tiara bisa nerima."
"Mas tahu. Makanya tadi kamu ngebet Jay suruh disini."
"Seengaknya kalo disini. Ada apa-apa tuh keliatan Mas."
"Iya sayang Mas ngerti ketakutan kamu. Udah nikahkan ga bisa main-main lagi. Ga bisa sembarangan Jay bertingkah atau ngamuk-ngamuk tapi Mas yakin, pelan-pelan dia belajar paham. Buat jadi suami, buat jadi ayah nanti dan Tiara pasti ngerti. Dia mau dinikahin Jay artinya dia tahu resikonya apa. Kalo dia sampai ngeluh ya aneh."
"Mas ngobrol kek apa gitu sama anaknya yang mau nikah."
"Ngobrol apa sayang?"
"Ya soal cowok gitu.."
"Oh...soal itu, suruh Kay aja kasih tahu.."
"Ya kalo gitu Mas kasih tahu Kay dong biar mereka bisa ngobrol."
"Iya nanti Mas kasih tahu.."
"Ran kasian kemarin keliatan pucet mana diem aja, pas video call tahu-tahu tidur aja.."
"Kay udah kasih kabar lagi Ran gimana?"
"Udah, katanya sih panasnya udah turun.."
"Mas denger Marsha sama Arbi nyusul kesana.."
"Mas denger dari siapa?kenapa tahu?" Jesica langsung menatapnya.
"Arbi sayang. Mas kontakan sama Arbi."
"Mas yang duluan atau Arbi duluan?"
"Mas duluan. Mas bilang apa dia tahu Ran lagi sakit terus dia jawab tahu, Kay juga udah telepon katanya. Mas cuman ga mau nanti Arbi salah paham sama Kay."
"Pasti...aja prasangka dia tuh jelek....aja sama Kay. Kasian anak aku, kalo bukan karena kejadian ogah aku lepasin Kay. Dapet mertua kaya gitu."
"Kan sekarang udah engga sayang. Semuanya aman terkendali."
"Udah ah matiin tv nya. Tidur." Jesica menekan tombol merah lalu berangsur tidur begitupun Kenan.
"Sini mas peluk.." Kenan merapatkan dirinya dan mendekap sang istri.
***To Be Continue