WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini.
"Bang..." Tiara mendorong Jay. Dia menatap mata Jay yang sama terkejutnya dengannya. Jay tak mengerti kenapa Tiara begitu. Apa Tiara marah dengannya?atau Jay salah melakukannya? yang jelas mereka kini hanya terdiam sementara tangan Tiara masih berada dimasing-masing pundak Jay. Lelaki itu kini menunduk malu. Sepertinya dia telah melajukan kesalahan.
"Maaf Tiara.." Jay menegakkan kembali badannya.
"Abang belajar darimana sih?liat siapa?" Tanya Tiara namun Jay diam.
"Liat dari internet lagi?"
"Maaf Tiara aku pasti bikin kamu ga nyaman."
"Bang..aku ga marah. Aku cuman kaget aja."
"Maaf aku ga akan lakuin itu lagi."
"Ehm...aku tahu soal itu. Aku cuman ga suka karena itu berbekas dan papah bisa nanya-nanya nanti." Tiara menjelaskan alasannya.
"Iya aku tahu, aku kemarin liat kak Dariel punya. Aku juga pingin." Ucapan Jay disambut tawa oleh Tiara. Ada-ada saja tingkahnya yang lucu.
"Jangan nanti orang-orang tahu kalo aku buas." Canda Tiara mencoba mencairkan suasan tegang tadi.
"Buas?apa itu artinya kakak juga buas karena bikin cupang di leher kak Dariel?"
"Duh jadi panjang jelasinnya." Tiara menyesal mengucapkannya.
"Bang...kalo kakakkan istrinya kak Dariel jadi wajar aja. Kalo kita masih pacaran jadi...kayanya aku belum berani kalo bikin tanda-tanda begitu. Aku takut kalo ketahuan terus orang-orang mikirnya kita udah pacaran yang gimana gitu."
"Jadi...kalo kita udah nikah aku boleh bikin cupang?"
"Sst...mulutnya pingin aku lakban beneran deh." Tiara segera membungkam mulut Jay dengan jarinya.
"Cantik, maaf ya. Aku harusnya bilang dulu."
"Abang jangan liat atau belajar yang macem-macem ya."
"Iya engga." Jay membelai lembut rambut panjang Tiara.
"Ayo aku bantuin beresin terus aku pulang ya.." Tambah Jay lagi kemudian membereskan semua piring yang ada di meja.
"Bang..ini belum habis, kan udah janji mau dihabisin." Tiara memandang sisa kue yang mereka makan.
"Tinggal dikit lagi."
"Coba buka mulutnya, aaaa....." Tiara menyuapi Jay yang sudah tanggung berdiri sambil memegangi gelas miliknya. Sambil makan dia meminum airnya agar kuenya mudah untuk ditelan.
"Satu suap lagi ayo, aaaa..."
"Apa sih kaya anak kecil aja." Jay malu tapi Tiara masih saja membungkamnya dengan kue.
"Nih udah abis..." Jay membuka mulutnya dan minum lagi sementara Tiara menyalakan lampu dan meniup-niup lilinnya. Setelah itu mereka turun kebawah dan membereskan semua bekas makan malam mereka diatas.
"Aku pulang ya, besok siang aku jemput."
"Mamah sama papah pasti masih ada dibawah." Tiara mengambilkan jacket Jay yang ada di kursinya.
"Makasih, Bye..."Jay mengecup kening Tiara lalu memakai jaket hitamnya.
"Bang.." Tiara mengenggam kedua tangan Jay.
"Hem..." Jawab Jay yang dibalas ciuman oleh Tiara. Ini hadiah dari Tiara yang Jay suka. Dia menarik dirinya mendekat. Melepas satu tangannya untuk meraih pinggang Tiara. Jay menutup matanya menikmati setiap balasan ciuman yang diberikan Tiara. Dia tak akan membuat kesalahan lagi kali ini. Dia akan mengikuti apa mau Tiara hingga dia merasakan tarikan kecil pada lidahnya. Kay bilang dia harus mengikuti cara Tiara jadi Jay putuskan untuk mengikuti bagaimana Tiara menarik lidahnya, menghisapnya disana dan menciumnya lagi, terus begitu sampai salah satu dari mereka menyerah. Wajah Tiara menjauh dengan bibir yang sudah bengkak dan basah sementara tangannya entah sejak kapan mengalung dileher Jay.
"Apa aku ngelakuin kesalahan sekarang?"
"Engga..." Tiara dengan suara lembut.
"Ayo kita lakuin lagi."
"Nanti ada papah.."
"Ini terakhir sayang sebelum aku pulang..." Jay mendekatkan lagi bibirnya dan meskipun Tiara sempat menolak tadi nyatanya dia menerima jika Jay menciumnya. Bibir Tiara adalah candu bagi Jay. Selama mereka berpacaran mungkin bisa dihitung dengan jari kapan Jay bisa menyentuh bibir Tiara. Merasa sudah cukup Tiara melepas paksa bibir Jay dari bibirnya.
"Bang..." Protes Tiara karena Jay tak berniat mengakhiri kemesaraan mereka.
"Besok kalo krabby pattynya ga enak harus bayar pake cium."
"Kok gitu sih?"
"Karena kalo harus enak aku pasti ga dapet."
"Dasar licik.."
"Ini Trik namanya."
"Udah ah, ayo aku anter kedepan." Tiara berusaha terlepas dari dekapan Jay.
"Bang ih nanti ada papah."
"Deal?"
"Engga."
"Deal?" Jay terus menarik badan Tiara namun dia tak mau menjawab hingga terdengar suara obrolan seseorang. Sepertinya Fahri dan Dena mulai naik tangga menuju keatas.
"Bang ih bang ada papah sama mamah."
"Deal dulu.."
"Oke-oke. Deal.." Ucapan Tiara membuat Jay melepaskan tangannya bertepatan dengan Fahri dan Dena datang. Tiara segera menghapus bibirnya yang basah begitupun Jay.
"Tante, om, pas banget, Jay mau pamit pulang."
"Oh iya Jay. Hati-hati ya dijalan. Salam buat Daddy sama mommy."
"Iya om.." Jay mencium tangan Fahri dan Dena secara bergantian lalu turun kebawah bersama Tiara.
***
"Pe..iih...pe..iih....peiiih....." Kris berteriak saat Kenan memandikannya.
"Engga perih sayang, bentar lagi...kamu diem, tutup matanya.." Kenan membersihkan kepala Krisan dengan air shower.
"Daddy...daddy...daddy." Krisan terus berteriak dengan mata terpejam. Saat mandi seperti ini dia memang selalu takut ketika rambutnya akan dikeramas. Dia trauma sesuatu pernah masuk kedalam matanya dan membuatnya kepedihan.
"Tuhkan bersih, mana sini mukanya..."
"Dah dad...dah..." Kris melipir ketempat yang kering. Dia ingin menyudahi mandi paginya.
"Sini...pake handuknya.." Kenan berjongkok lalu memakaikan jubah mandi kecil untuk Kris dan menuntunnya keluar.
"Pakai baju sama mommy, Daddy juga mau pake baju dulu.."
"Sini sayang, pinter dikeramas ga nangis lagi .."
"Haum mommy.."
"Iya harum.." Jesica mulai memberikan minyak telon kebadan Krisan lalu badan dan terakhir bajunya.
"Hari ini mommy ada meeting sama om Fahri, Kris sama Daddy ya."
"Na Au.."
"Kenapa?"
"Klis ngin ama mommy.."
"Kris kita jalan-jalan aja yuk.." Ajak Kenan sambil membenarkan resleting celananya.
"Na au.."
"Daddy beliin yang Kris mau, Kris minta apapun Daddy kasih tapi jangan ganggu mommy meeting."
"men?"
"Boleh sayang.." Kenan tersenyum dengan permintaan Kris.
"Ainan eugini dad.." Kris menunjukkan semua jarinya.
"Segini?boleh, Daddy beliin. Kris nurut ya.."
"Klis au...Klis au..." Kris tampak bersemangat sekarang. Dia melompat-lompat kegirangan.
"Pulang ribet deh Mas nanti."
"Enggalah, titip aja disini."
"Kalo nanyain gimana?masa harus balik lagi."
"Ga usah, beli lagi aja.."
"Ih Mas boros banget."
"Ga papa, palingan mainan Kris berapa sih sayang..."
"Dad Klis ngin men anyak...."
"Nanti sakit giginya.." Protes Kenan namun Kris menggelengkan kepalanya.
"Iya-iya nanti Daddy beliin."
"Mom...Klis ngin iken..."
"Kris banyak maunya.." Kenan sambil bercermin.
"Chicken?chicken dimana sayang jam segini?mommy harus ke supermarket dulu. Tadi bibi belum belanja sayang."
"Beli aja di KFC.."
"FC mom FC..." Seru Krisan mengulangi perkataan ayahnya.
"Ya udah yuk kesana, kita sarapan disana..." Kenan yang sudah lengkap dengan bajunya segera menghampiri Jesica.
"Yeeee..." Kris senang dan melompat-lompat lagi.
"Ya udah tunggu dibawah aja, aku ganti baju dulu.."
"Oke, ayo Kris kita ajak Abang terus siapin mobilnya." Kenan meraih tangan anaknya.
****to be continue
jangan lupa leave comment and vote ya