Télécharger l’application
41.26% I don't know you, but I Married you / Chapter 215: Cium pipi

Chapitre 215: Cium pipi

Disaat orang tuanya sedang meeting mendadak dengan Ara dan Dariel. Jay kini sibuk mengobrol dengan Alyssa dibalik telepon sementara Kay mengurus sang adik yang sudah jarang dia lakukan.

- Kenapa telepon?

- Katanya boleh tadi.

- Aku kan nyuruh kamu istirahat.

- Aku ga bisa tidur.

- Kenapa?

- Belum waktunya tidur aja. Eh aku kaget restoran itu punya Tante Sica.

- Engga liat apa mommy aku masak tadi?

- Aku baru nyampe tadi, kayanya ga sempet liat pas kamu tunjukkin baru deh aku ngeh Tante Sica pake baju chef. Enak dong sehari-hari dimasakin?.

- Iya. Mommy emang the best. Banyak yang pingin aku tanyain tentang dunia keartisan kamu itu.

- Apa?tanya yang banyak.

- Aku ga enak kalo ngobrolnya di telepon. Sakit telinga aku nanti.

- Jadi kamu pingin ketemu?

Alyssa senyum-senyum dibalik telepon.

- Tapikan kata kamu ga bisa, kalo ketemu nanti ada yang motoinlah, ada manajer kamulah.

- Ya kan kita tetanggaan, kamu bisa main kerumah aku.

- Aku cape main kerumah kamu tapi kamunya ga pernah ada.

- Iya maaf, aku kan ga tahu.

- Susah ya jadi artis?ga bebas?mau kesana kesini takut.

- Iya sedikit.

- Kamu nyaman kaya gitu?

- Ada engganya juga.

- Terus kenapa masih jadi artis?

- Ya buat nafkahin keluarga aku, orang tua akukan ga kerja. Aku udah susah-susah sampe kaya gini.

- Oh...ga cape?setiap kali aku kesana. Satpam rumah selalu bilang kamu lagi syuting terus pulangnya bisa pagi katanya.

- Cape pasti namanya juga kerja.

- Awas sakit. Kalo sakitkan ga bisa kerja juga.

- Iya, kamu perhatian terus.

- Karena mommy aku pernah gitu. Kecapean sampe pingsan.

- Kamu anak mommy ya?.

- Iya.

Jay tanpa malu mengakuinya.

- Eh Kay mana?

- Ada lagi sama Kris. Mau ngomong?

- Engga cuman nanya aja. Kemarin-kemarin aku ke cafe nya dikasih saran malah ngomel.

- Kay itu aslinya baik kok. Dia cuman gitu aja kadang sama orang yang baru dikenalnya apalagi kalo orangnya nyolot dia juga pasti ikut emosi.

- Dia udah punya pacar?

- Setahu aku udah putus kemarin.

- Oh...baru putus cinta.

- Kenapa?kamu?nanti aku bilangin.

- Kok suka dibilang-bilang sih. Jangan...

- Jadi beneran suka?

- Engga. Aku ga suka. Aku cuman nanya aja.

- Kalo artis boleh pacaran ga?

- Hm....boleh.

- Kasian juga sih kalo ga boleh.

- Kenapa kamu ga nanya aku udah punya pacar atau belum.

- Karena aku udah tahu jawabannya. Kamu pasti belum punya pacar.

- Tahu darimana?

- Kalau punya mungkin sekarang kamu udah teleponan sama pacar kamu, ga mungkin ngehubungin aku. Jadi udah bisa dipastiin kamu jomblo.

- Dan kamu juga jomblo kan?.

- Iya aku emang jomblo.

- Kenapa ga cari pacar?.

- Pingin fokus kuliah aja.

- Alasannya klise banget. Gimana sih tipe kamu? sini aku cariin..

- Yang jelas bukan artis.

- Ya udah ga jadi. Temen aku artis semua.

- Kok nadanya gitu banget kaya yang marah.

- Engga aku ga marah.

- Kalo aku salah aku minta maaf.

- Engga. Kamu ga salah.

- Aku beliin sesuatu buat kamu, aku tutup teleponnya kamu harus bukain pagernya.

Jay membuat Alyssa terkejut. Kali ini dia segera bangkit dari tidurnya.

- Kamu beliin apa?

Suara Alyssa tak dijawab Jay rupanya dia sudah menutup teleponnya. Kini Jay berjalan santai menuju rumah tetangganya dan menunggu diluar pagar.

"Kata Nona Alyssa masuk aja Mas.." Sang penjaga rumah terlihat membuka pagar sampingnya membuat Jay masuk melangkah maju. Terlihat Alyssa di depan pintu menungggu. Bukannya keluar dia malah menarik Jay untuk segera masuk ke ruang tamunya.

"Aku bilangkan kamukan yang bukain." Jay yang entah mengapa sedikit kesal.

"Iya maaf tadi aku takut masih ada wartawan yang diem-diem sembunyi. Maaf Jay."

"Iya ya udah nih..." Jay menyodorkan sebuah kantung plastik putih kecil.

"Aku beliin kamu hot chocolate supaya tidurnya nyenyak."

"Kamu yang beli?" Alyssa langsung melihat isinya.

"Engga, tadi pesen online."

"Makasih." Alyssa mengembangkan senyumannya.

"Orang tua kamu mana?masa aku bertamu ga nyapa."

"Ada tapi udahlah ga papa. Kamu duduk. Mau minum apa?"

"Ga usah aku udah beli sendiri." Jay menyadarkan Alyssa ada plastik lain di tangan Jay. Dia kini mulai menancapkan sedotan di minuman yang berwarna ungu itu.

"Kamu beli apa sih?"

"Mau?" Jay tanpa menjawab menyodorkan minumannya.

"Ga papa aku cobain?"

"Mau apa engga?" Lagi-lagi Jay tak menjawab pertanyaan Alyssa dia justru bertanya balik. Tidak lama Alyssa lalu mulai mencoba minuman Jay.

"Enak. Susu murni ya?"

"Iya. Kamu suka ini?ini ambil."

"Ga usah. Kamu kan udah beliin aku ini."

"Ya udah kapan-kapan aku beliin ini."

"Kenapa kamu baik sama aku?"

"Soalnya kamu keliatan kesepian. Kalo dirumah kamu ga pernah ngobrol apa sama orang tua kamu?"

"Mereka punya kesibukan sendiri."

"Orang tua aku juga sibuk tapi kalo udah kumpul mereka akan stop dari kesibukan mereka."

"Keliatan kok. Keluarga kalian keliatan harmonis."

"Kamu juga bisa kok asal suka ngobrol aja sama mereka. Jangan main HP terus."

"Iya nanti aku cobain cara kamu."

"Ya udah aku pulang ya."

"Kok sebentar?" Alyssa sedikit kecewa.

"Ada kakak aku dirumah."

"Ya udah. Makasih ya Jay." Alyssa mencium pipinya. Pipi yang sama dimana Tiara menciumnya tadi siang.

"Kenapa kamu cium aku?"

"Karena kamu jomblo." Canda Alyssa sambil tertawa kecil sementara Jay senyum sendiri dengan candaanya.

"Aku bener-bener pulang dan kamu ga usah anter." Jay kini berjalan keluar dengan sandalnya. Berjalan keluar sambil senyum-senyum sendiri sambil meletakkan salah satu tangannya di pipi.

"Darimana kamu?" Ara yang akan naik mobil terkejut melihat Jay baru menutup pintu pagar.

"Dari sebelah."

"Ngapain?"

"Ngasih sesuatu. Kakak mau kemana?"

"Kakak mau pulang."

"Kok pulang?"

"Udah malem, lagian kamu kakak disini malah pergi."

"Tadi kakak sibuk sama mommy sama Daddy."

"Ya udah lain kali aja kakak nginep."

"Hati-hati dijalan."

"Iya, kamu masuk sana."

"Iya..." Jay kembali berjalan ke dalam rumahnya dengan perasaan yang tak karuan.

"Darimana aja bang?"

"Tadi keluar sebentar mom."

"Kakak baru aja pulang."

"Iya tadi ketemu mom. Mom...mommy kenapa?matanya kok sembab?habis nangis?Daddy nakal ya?"

"Engga. Daddy ga nakal. Mommy ga papa kok."

"Daddy ninggalin mommy lagi?Daddy jahat?"

"Semuanya aja nuduh sama Daddy." Kenan yang mendengar ucapan Jay langsung menghampiri anaknya.

"Habis mommy matanya kaya habis nangis."

"Gara-gara kak Dariel." Kenan menjahili anaknya.

"Kak Dariel?kak Dariel apain mommy?bilang mom, bilang sama Jay." Jay dengan wajah seuriusnya.

"Mas ih..nanti salah paham anaknya. Engga-engga bukan gara-gara kak Dariel. Udah abang istirahat sana udah malem."

"Mom jangan bohong."

"Mommy ga bohong, ini Daddy aja iseng. Abang tidur ya, good night." Jesica mencium pipi Jay yang tadi sudah dicium Alyssa dan Tiara.

"Ih mommy cium-cium aku." Protes Jay sambil senyum.

"Kenapa emang?udah ga boleh?"

"Hari ini aku udah dicium 3 kali sama cewek."

"TIGA???" Kenan dan Jesica secara bersama membuat Kris dalam gendongannya sedikit kaget.

"Iya, sama Tiara, Alyssa, mommy..."

"Apa?gi..gimana Jay?" Kenan semakin terkejut saat Jay mengatakan nama ketiganya.

****To be continue


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C215
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous