Keluarga Kenan asyik mengobrol disana merasa nyaman dengan cafe milik anaknya ditambah Kris yang ternyata sangat suka dengan minuman susu manisnya dengan tambahan marshmallow.
"Makan apa sayang?mulutnya sampe manyun-manyun gitu.." Jesica sesekali meghapus sisa-sisa makanan yang ada di mulut Kris dengan tisu.
"Jangan banyak-banyak ah..udah ya.." Kenan segera menghabiskan makanan Kris.
"Mom...kenapa kakak sama Kak Dariel harus nikah?emang apa enaknya nikah?"
"Nikah itukan ibadah Jay, menghindari fitnah dan dosa makannya kakak nikah." Jesica mencoba menjelaskan.
"Kalo udah nikah kakak sama kak Dariel bisa dong bikin anak?" Perkataan Jay membuat Dariel tersedak.
"Iya boleh tapi menikah itu bukan hanya sekedar itu sayang, Jay sebagai laki-laki kalo udah punya istri belajar bertanggung jawab apalagi punya anak, tanggung jawab makin gede." Jesica menjelaskan dengan tenang.
"Kalo nikah udah ga boleh putus ya?"
"Ga boleh, makannya kalo mau nikah mikirnya harus bener-bener mateng Jay..."
"Ah susah jadi orang dewasa mom.."
"Nanti juga Jay bisa, sabar..."
"Ya udah yuk pulang, Kris udah ga nyaman nih kayanya bosen.."
"Ya udah, bayar dulu Mas.."
"Ga usah mom.."
"Kay..namanya juga usaha, masa ga dibayar.."
"Mommy kan keluarga aku, ga mungkin aku minta bayar..."
"Ya udah hari ini aja, besok-besok mommy kesini bayar.."
"Iya mommy..."
"Kakak pulang bareng Dariel kan?"
"Iya mom.."
"Ya udah kamu hati-hati pulangnya, makasih sayang ..." Jesica memeluk Kay sebentar.
"Kay bagi air mineral dong.."
"Iya kak, ada dibawah.."
"Ya udah kak, mommy duluan ya.."
"Iya mom.." Ara melihat keluarganya pergi sementara dia berjalan bersama Dariel mengikuti Kay kebawah.
"Nih..."
"Makasih, pinter adik kakak." Ara memuji adiknya sambil mengacak-acak rambutnya seperti anak kecil.
"Dariel..." Sapa seseorang membuat Dariel melihat kearahnya. Dariel sendiri masih bingung sekarang dengan siapa yang memanggilnya. Kini wanita itu berdiri menghampiri Dariel.
"Ini aku..Astrid.."
"Oh..Astrid. Hey..." Dariel sedikit canggung.
"Ga nyangka ketemu disini, apa kabar Riel?" Astrid tanpa canggung memeluk Dariel sebentar sementara Ara yang disebelahnya langsung menatap tajam.
"Baik-baik, kamu gimana?"
"Baik juga, sedikit pangling tadi tapi aku yakin banget itu kamu."
"Aku malah pangling banget liat kamu."
"Kenapa?makin cantik?" Astrid tanpa malu mengatakan hal yang membuat Ara tak suka.
"Iya namanya juga cewek.." Dariel mencari jawaban aman.
"Sibuk apa sekarang?"
"Ya..kerja aja, main, gitulah pokoknya. Kamu gimana?"
"Aku juga sama, kerja sama bantu papah aja ngembangin usahanya.."
"Kamu sendiri?"
"Engga, sama temen-temen aku disana, gabung yuk..." Ajak Astrid.
"Lain kali aja, aku mau pulang.."
"Oh...gimana kabar Jian?"
"Aku sama Jian udah ga tinggal bareng lagi sejak SMA, Masa ga cerita ke kamu?"
"Dia ga cerita apapun tentang kamu."
"Kirain..kamu masih sama Jian.."
"Engga, kita putus setahun yang lalu.."
"Eh iya kenalin dulu nih, sayang....kenalin temen aku.." Dariel memandang ke arah sebentar membuat kekasihnya memandang wajah Astrid dengan jutek.
"Astrid kenalin ini calon istri aku..."
"Arabella..."
"Astrid. Jadi kamu mau nikah?"
"Iya, insyallah.."
"Kapan?"
"Dalam waktu dekat ini, nanti aku undang."
"Ya udah save nomer aku aja Riel.."
"Eh iya boleh.." Dariel mengeluarkan Handphonenya kemudian menyimpan nomer Astrid sementara Ara masih memantau tingkah lakunya sambil meremas botol minumannya.
"Ya udah aku balik ke temen-temen aku ya."
"Oke.."
"Seneng akhirnya ketemu lagi..bye.." Astrid mengusap lengan Dariel sebentar sebelum akhirnya pergi sementara Ara semakin dibuat cemburu. Kini dia langsung berjalan keluar.
"Marah tuh kak.." Kay sepertinya tahu isi hati Ara.
"Ya udah kakak duluan ya Kay, makasih..." Dariel segera mengejar Ara.
"Kenapa sih?" Dariel menghentikan langkah Ara sambil membuka pintu mobil.
"Ga papa, ayo pulang." Ara segera naik dan menutup pintunya lagi.
"Ga papa tapi cemberut terus." Dariel membuka pembicaraannya di dalam mobil sementara Ara diam sambil mencoba membuka botol minumannya.
"Sini..." Dariel meraih air mineral Ara dan membuka tutupnya. Ara langsung meneguk dengan cepat air itu seolah meredakan emosinya.
"Astrid itu siapa?"
"Temen aku dulu SMA..."
"Bukannya astrid itu cewek yang kamu suka?kamukan pernah cerita ke aku."
"Iya dulu, sekarang engga."
"Pantes seneng, cipika cipikilah, pegang-pegang kamu segala, pantes diem aja.." Ara mengomel sekarang.
"Namanya juga temen sayang.."
"Dia tadi ngomong seneng ketemu kamu lagi loh Riel.."
"Ya mungkin karena udah lama aja ga ketemu.."
"Pake ada kalimat 'akhirnya' berarti dia nyari kamu."
"Udah dong jangan marah, aku jelasin ya sayang, aku sama dia ga ada apa-apa, murni temen aja. Aku juga udah kenalin kamu calon istri aku tadi dan kamu liat sendiri aku sempet ga tahu dia siapa. Kalo aku masih inget aku pasti tadi langsung panggil nama diakan?" Dariel menjelaskan sementara Ara memainkan minumannya.
"Udahlah, udah jelas aku mau nikahin kamu, yang begini-begini dimata aku ga ada artinya lagi."
"Iya buat kamu, bagi aku hal-hal yang begini tuh berarti. Orang udah siap nikah h-1 aja masih bisa ditinggalin apalagi yang masih jauh.."
"Ish...apaan sih mikirnya gitu..."
"Aku tuh punya ketakutan Riel..."
"Kamu tuh kaya baru kenal aku kemarin, emang aku keliatan bakalan gitu?"
"Ya engga, aku cuman..."
"Udahlah sayang, jangan mikir aneh-aneh. Bersikap dewasa sedikit kenapa sih?kalo dikit-dikit kita berantem apa kata orang tua kamu nanti?apa-apa tuh coba dipikir dulu pake logika, mungkin ga aku gitu? atau kalo mungkin ada ga sikap aku yang diluar kebiasaan?Mau aku bohong sama kamu pun ibarat pepatah sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya akan tercium juga dan kalo aku sampe ketahuan gitu aku ga tau deh Daddy kamu bakalan apain aku."
"Daddy aku bakalan ngejar kamu ke ujung dunia sekalipun."
"Tuh kamu tahu, kayanya se-Indonesia pun tahu siapa Daddy kamu jadi sekalinya aku macem-macem hidup aku pasti abis.."
"Kamu tertekan?kamu takut?"
"Aku lebih takut kalo sekarang aku ga jadi nikah sama kamu.." Perkataan Dariel membuat Ara senyum-senyum kali ini.
"Udah ya jangan jadi bad mood gitu, selama persiapan pernikahan kita ini udah kesekian kalinya kamu marah sama aku.."
"Iya maaf.."
"Ra..menurut kamu aku ambil aja engga tawaran Daddy kamu?"
"Ngurusin pabrik?"
"Iya, kasian juga orang tua kamu kalo harus kerja.."
"Aku gimana kamu aja.."
"Kamunya suka ga? jangan aku pindah terus kamu jadi marah.."
"Masa aku marah, itu kan usaha orang tua aku.."
"Aku cuman pingin bantu keluarga kamu yang udah baik sama aku.."
"Coba bilang dulu sama bapak.."
"Iya sayang..."
"Lagian aku yakin, kamu disana pun mommy ga mungkin ngasih jabatan yang biasa aja.."
"Aku gimana mommy kamu aja.."
***To be continue
jangan lupa leave comment and vote ya :)