Télécharger l’application
10.94% I don't know you, but I Married you / Chapter 57: Tunjukkan cintamu

Chapitre 57: Tunjukkan cintamu

Kay langsung berlari menuju kantin ketika melihat sosok yang disukainya ada disana. Sebelum mendekati Kiran dia mengatur nafasnya memastikan tak ada yang salah dengan penampilannya dan tak lupa memastikan bahwa dia wangi

"Kiran.." Sapa Kay dengan senang membuat gadis itu menoleh.

"Kamu lagi."

"Aku duduk disini ya." Kay menarik kursi disampingnya untuk bisa duduk dekat dengan Kiran sementara teman-teman Kiran yang lain mulai saling melirik.

"Ran kita duluan ya..." Salah satu teman Kiran menyadari situasi saat ini dan memilih meninggalkan mereka berdua.

"Liat tuh temen-temen aku aja takut liat kamu."

"Baguslah jadi kita bisa berduaan."

"Ada apa cari aku?"

"Kenapa WA aku ga di bales semalem?"

"Aku ketiduran."

"Kenapa sih jutek banget, aku kan ga jahat."

"Emang ga jahat tapi ngeselin." Kiran membuat Kay tertawa.

"Malam Minggu ini jalan yuk."

"Jalan?"

"Iya, nonton mungkin atau kemana gitu terserah kamu."

"Kamu yang ngajak kok terserah aku."

"Ya udah aku pingin ngajak nonton, makan, Foto box terus..."

"Banyak banget sih."

"Tadi katanya terserah aku."

"Lagian aku belum bilang iya."

"Ya udah jangan jawab engga."

"ih kok maksa." Kiran melihat kearah Kay sekarang.

"Kamu cantik kalo senyum jangan jutek-jutek terus dong."

"Kenapa sih harus aku?"

"Harus aku apa?"

"Harus aku gadis selanjutnya yang kamu tipu."

"Kok ngomong gitu?"

"Emang aku ga tahu tentang kamu apa?hampir satu kampus tahu tentang kamu."

"Tahu tentang apa?" Kay mulai seurius.

"Kamu tuh playboy suka mainin cewek Dara aja sampe nampar kamu kan?emang aku ga liat? kamu juga nakal sampe ditangkap polisi terus sering jailin dosen."

"Udah itu aja?"

"Kok itu aja?"

"Iya, itu aja yang dibilangin orang sekampus?" Perkataan Kay membuat Kiran tak mengerti.

"Tapi sekampus ga tahu kan cerita sebenernya gimana, orang kampus pasti bahasnya yang jelek-jelek dari aku. Apa orang kampus juga bahas soal baiknya aku?" Kay masih membuat Kiran terdiam.

"Dari hal yang kamu sebutin barusan semuanya hal buruk tentang aku, yang namanya orang pasti pingin jatuhin orang lain dengan cara apapun entah mereka sirik ga suka atau apapun."

"Tapikan itu kan yang sering kamu tunjukkin Kay? coba kalo kamu tunjukkin yang baik-baik pasti mereka ga mikir gitu."

"Tapi buktinya aku nunjukkin kebaikan aku ke kamu, kamu masih mikir jelek tentang aku."

"Bukan gitu..."

"Kalo malam Minggu kita pergi aku ceritain semuanya. Aku janji." Kay langsung memotong kalimat Kiran tadi.

"Kamu ga perlu cerita apapun ke aku, aku ga papa dan ga butuh penjelasan."

"Aku yang butuh meskipun kamu bilang ga mau aku yang pingin jelasin."

"Ya kalo gitu kenapa harus nunggu malam Minggu kenapa ga sekarang?"

"Jadi kamu pingin kencan sekarang?" Kay malah menggoda Kiran.

"Kamu kalo aku ngomong pasti dibalik-balik."

"Ya udah mau ga malam Minggu?"

"Hm..." Kiran berpikir.

"Oke aku mau tapi ada syaratnya."

"Apa?"

"Aku mau tapi kamu cari tahu sendiri rumah aku."

"Kok gitu sih?kemarin mau nomer aja harus ketemu lagi sekarang mau jalan harus cari alamat rumah."

"Ya udah kalo ga mau."

"Iya-iya, pokoknya kamu tahu dijemput aja." Kay menyetujui syarat yang diberikan Kiran.

"Ga yakin bakalan ketemu."

"Pasti ketemu."

"Ya udah aku mau pulang."

"Aku anterin."

"Engga usah."

"Kenapa?aku ga akan nyulik kok."

"Aku bawa kendaraan sendiri."

"Kalo ga bawa berarti mau?"

"Engga juga."

"Kenapa?"

"Banyak nanya, udah ah." Kiran berdiri dan beranjak meninggalkan Kay namun lagi-lagi Kay mengikuti.

"Kok ngikutin lagi sih?"

"Kalo aku ga bisa anterin sampe rumah aku anterin aja sampe parkiran."

"Terserah." Kiran cuek padahal dalam hatinya dia senyum-senyum dengan tingkah Kay sekarang. Kiran menemukan mobilnya dan segera masuk kedalam sementara Kay hanya diam memperhatikan Kiran. Sebelum Kiran pergi Kay mengetuk kaca mobilnya.

"Apalagi?" Kiran menurunkan kacanya.

"Aku cuman mau bilang hati-hati."

"Iya aku tahu."

"Bye .." Kay seolah berat melepas kepergian Kiran.

***

Disaat ibunya sedang meeting dengan Fahri yang tak lain ayah Tiara, Jay justru dibuat gelisah. Dia duduk sendiri di salah satu kursi cafe sambil meminum milktea yang dia pesan tadi.

"Apa sekarang?apa nanti?atau ga usah?" Jay berbicara dengan dirinya sendiri. Dia melihat lagi ponselnya disana ada nama Tiara dan dalam satu kali klik maka panggilan akan terhubung.

"Ah engga-engga." Jay ragu sambil menggelengkan kepalanya.

"Jay.." Seseorang menyapanya dan itu wanita yang akan dia panggil tadi.

"Kok ga bilang-bilang sih mau ke Jogja?"

"Iya tadinya mau mommy aja tapi aku jadinya ikut."

"Emang ga kuliah?"

"Engga."

"Kenapa?gelisah gitu."

"Ga papa kok, kamu sama siapa?"

"Tadi dianterin Galih." Tiara membuat nyali Jay menciut untuk mengungkapkan perasannya.

"Terus mana orangnya?" Jay ingin melihat langsung kekasih Tiara.

"Udah pergi lagi dia ada urusan katanya."

"Kok tahu aku disini?"

"Tadi mamah kasih tahu suruh kesini tapi sekarang ga tahu orangnya kemana."

"Tadi aku liat naik ke atas sama adik kamu."

"Disini berapa hari?"

"Mommy bilang 3 hari."

"Mau jalan-jalan?"

"Engga, nemenin mommy ngurusin bisnisnya."

"Emang kamu ga bosen duduk sendirian mulu?"

"Ya habis gimana kalo ninggalin mommy pun aku ga hafal jalan."

"Ya pake GPS Lah kan jaman udah canggih."

"Nanti aja.."

Eh kak Dirga anaknya Tante Lala cakep ya udah punya pacar belum?"

"Aku ga tahu Ra.." Jay sedikit kecewa ternyata Tiara menyukai Dirga.

"Kayanya dewasa gitu, seneng liatnya."

"Kamu suka?"

"Mungkin."

"Kenapa mungkin?"

"Belum yakin aja."

"Apa tipe kamu kaya kak Dirga?"

"Engga juga sih."

"Terus kaya gimana?"

"Yang pengertian, yang humoris, ga perlu romantis tapi peka aja mau aku apa. Kalo Jay suka cewek yang gimana?"

"Ga tahu, aku ga punya kriteria."

"Masa sih?"

"Mungkin yang kaya mommy."

"Eh ngomong-ngomong kamu udah bilang suka sama cewek yang kamu ceritain itu?"

"Belum."

"Kenapa?"

"Masih takut aja."

"Kenapa mesti takut sih?"

"Takut dia kaget terus berubah."

"Berubah Gimana?"

"Berubah jauhin aku, aku ga mau kalo sampe gitu "

"Kamu tuh penyabar banget sih, apa enaknya punya rasa suka tapi sendirian."

"Aku cuman cari yang waktu yang pas aja."

"Nembak ga ada waktu yang pas kapan aja juga oke."

"Tadinya aku mau nelpon mau ngomong ke orangnya tapi ga jadi."

"Ih jangan di telepon yang gentle dong, datangin ngomong langsung."

"Emang kenapa kalo di telepon?"

"Keliatan ga seurius aja besok-besok kalo putus juga lewat telepon lagi."

"Apa semua cewek suka digituin?"

"Ga tau juga sih tapi menurut aku sih mending langsung."

"Oke deh makasih sarannya."

"Ya udah bentar aku mau nyari mamah dulu."

"Iya.." Jay melihat Tiara mulai menjauh darinya dan pergi menaiki anak tangga. Lagi-lagi Kay bimbang untuk mengungkapkan perasaannya atau tidak. Dia takut salah dengan tindakannya nanti.

**** To be continue


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C57
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous