Télécharger l’application
4.03% I don't know you, but I Married you / Chapter 21: Keinginan yang sama

Chapitre 21: Keinginan yang sama

Dikta dan Bella sedang bermain-main di kamar dengan kedua anak lelakinya.

"Kasian Ken sayang..." Dikta yang ternyata selama ini diam-diam memperhatikan Kenan.

"Kenapa sama anak itu?"

"Awalnya Mas sempet kesel juga sama dia, udah tahu lagi banyak kerjaan dia malah ambil cuti kemarin mana seminggu lagi."

"Terus?"

"Pas ngobrol sama Kak Riko ternyata dia cuti gara-gara Jesica."

"Jesica kenapa?"

"Jesica katanya stres gara-gara belum juga hamil."

"Stres?"

"Iya, katanya sering murung gitulah apalagi temennya yang baru nikah udah hamil belum lagi ada yang udah ngelahirin tambah aja dia kepikiran. Jadi buat ngehibur Jesica Ken ambil cuti."

"Iya sih kasian juga Sica, aku juga jadi ga enak nanya soal anak ke dia."

"Kamu samperin gih, kasih semangat kek atau apa gitu sama Kak Lisa main kerumahnya."

"Iya juga ya Mas, ntar aku kasih trik-trik deh." Bella terlihat antusias untuk mengunjungi adik iparnya itu.

"Sayang...." Dikta dengan suara lembut.

"Ethan...jangan gitu." Bella menegur anaknya yang tampak memukul kakaknya.

"Kalo kita punya anak lagi gimana?"

"Anak?" Bella langsung menoleh ke arah Dikta.

"Iya, Mas pingin punya anak cewek satu lagi ...aja sayang."

"Mas Ethan sama Edward aja ini masih kecil,."

"Edward bentar lagi kan masuk SD, Ethan udah TK, ga papa kali satu lagi. Lucu kan ada yang cantik."

"Gimana kalo yang keluar bukan cewek, Mas pasti minta lagikan?."

"Engga, janji ini yang terakhir."

"Tumben Mas pingin punya anak lagi, Pantes ngomongin Jesica."

"Ga tau kenapa tiba-tiba pingin anak cewek, seneng aja liat Kak Riko manjain Keisha. Mau ya.."

"Kak Riko kan emang udah punya sepasang anaknya."

"Ya makannya supaya makin lengkap keluarga kita ada ceweknya kan seru sayang."

"Kalo aku repot-repot Mas bantuin loh jangan kerja Mulu."

"Iya-iya, emang selama ini Mas ga bantu kamu?"

"Bantuin kok."

"Ya?mau ya punya anak satu lagi."

"Tanya dulu sama anak-anak."

"Ethan, Edward sini..." Dikta memanggil anaknya yang sedang berlarian.

"Denger papah, Mau punya adik ga?"

"Engga." Edward menolak.

"Mau mau.." Ethan penuh semangat.

"Kenapa ga mau Ed?" Tanya Dikta sambil menggendong anaknya.

"Nanti kaya Ethan suka mukul."

"Ethan kan ga sengaja sayang, Ethan ga boleh gitu sama kakak ya." Bella memberi pengertian kepada anaknya.

"Kakaknya nakal Mom." Ethan merengek.

"Edward juga ngusilin terus adiknya kasian Ethan." Bella menegur Edward juga.

"Pokoknya aku ga mau punya adik."

"Aku mau aku mau.." Ethan masih antusias.

"Tuh Mas denger kakaknya aja ga mau." Bella ada alasan untuk menolak.

"Nanti aku bujuk..." Dikta sambil tersenyum-senyum seolah akan berusaha sekuat tenaga agar Edward mau. Dilain tempat Jesica sedang asyik menonton diruang tv dengan ditemani cemilan kesukaannya. Saat suara langkah kaki terdengar dia tetap saja menonton tayangan yang ada di tv sambil tertawa padahal suara kaki itu jelas menandakan Kenan baru saja pulang. Tak seperti biasanya Kenan merasa aneh dengan Jesica, setelah seharian ini dia mengacuhkannya kali ini dia pulang pun Jesica tak menyambutnya.

"Dia benar-benar marah." Gumam Kenan saat melihat Jesica sedang menonton. Kenan segera masuk ke kamarnya. Secara perlahan membuka kancing kemejanya dan segera pergi ke kamar mandi unuk mencuci wajahnya. Tidak lama setelah berganti baju dia segera menghampiri Jesica yang masih saja menikmati acara di tv.

"Mas udah pulang nih." Kenan duduk disamping istrinya.

"Hm.." Jesica singkat.

"Tadi Mas udah panggil Natasya terus tegur dia."

"Baguslah." Jesica tak banyak berkomentar.

"Kenapa WA sama telepon Mas ga di bales?"

"Hp aku di silent, aku lagi main sama Dirga."

"Dirga?"

"Anaknya Lala." Pandangan Jesica masih lurus kedepan saat berbicara.

"Terus kenapa ga cepet-cepet telepon balik kan ga 24 jam kamu ngurusin Dirga."

"Aku langsung ngobrol sama temen-temen aku."

"Bukan. Kamu ini lagi marah aja sama Mas." Kenan membuat Jesica diam.

"Kamu marah sama Mas gara-gara tadi Mas kerja?"

"Engga."

"Kalo lagi ngomong liat muka Mas."

"Engga." Jesica memalingkan wajahnya sebentar untuk melihat Kenan lalu segera menatap lagi ke layar kaca. Kenan yang kesal langsung meraih remote dan mematikan tv nya.

"Mas..." Jesica Protes.

"Kamu kenapa sih?cuma perkara Mas kerja doang marahnya sampai segini."

"Udah ah aku males ngomong sama Mas." Jesica segera berdiri untuk pergi namun Kenan menahannya dan segera menarik Jesica untuk duduk dipangkuannya.

"Mas minta maaf. Jangan kaya gini, Mas ga suka." Kenan melembutkan suaranya.

"Tadi bener-bener penting sayang bukan berati kamu engga, kalo kamu mau pun tadi Mas bisa langsung pulang pas udah selesai meeting tapi kamunya ga bisa dihubungi." Kenan menjelaskan dengan perlahan. Tiba-tiba matanya tertuju pada mata Jesica yang terlihat sembab.

"Kamu nangis ya?" Tanya Kenan tapi belum dijawab oleh istrinya.

"Kenapa?ada apa di rumah Lala?" Kenan menebak-nebak.

"Engga ada apa-apa."

"Apa gara-gara Dirga?"

"Bukan."

"Sekarang udah diem aja, main rahasia-rahasiaan lagi." Kenan yang sebenarnya sedang cemas. Tiba-tiba Jesica memeluknya.

"Kenapa sih sayang?"

"Tadi aku ke dokter.." Jesica mulai berbicara.

"Dokter?" Kenan heran apa yang membuat istrinya pergi ke dokter padahal sebelumnya dia terlihat baik-baik saja.

"Iya, aku kesana sama Dena."

"Ngapain kesana?kamu sakit apa?perut kamu sakit lagi?"

"Bukan masalah perut aku sakit, aku udah telat Mas jadi aku putusin pergi ke dokter."

"Telat apa?"

"Ihh Mas ga ngerti sebel." Jesica memukul punggung Kenan dari belakang.

"Ya telat apa jelasin."

"Dari kita pergi ke jogja sampe sekarang aku belum haid."

"Oh...terus hasilnya?" Kenan penasaran dan sudah siap dengan jawaban apapun itu.

To be Continue*****


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C21
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous