Télécharger l’application
5.22% Arman Sang Penakluk / Chapter 21: Bab 21 - Paman Rasyid!!!!

Chapitre 21: Bab 21 - Paman Rasyid!!!!

Paman Rasyid ternyata sedang menyempurnakan pedang grade A yang kemaren dia buat didalam ruang pribadi miliknya,

"tok, tok, tok," suara ketukan pintu.

Rasyid berhenti sejenak ketika dia mendengar suara ketukan pintu,

"ada apa,!!! bukankah aku sudah bilang tidak ingin diganggu,!!!"

"maaf guru, diluar ada dua orang pemuda yang ingin bertemu dengan anda," teriak seseorang yang mengetuk pintu yang tidak lain adalah pegawai yang menjaga toko tadi dan ternyata dia juga merupakan murid dari paman Rasyid.

"siapa mereka,??" tanya paman Rasyid.

"aku tidak tahu guru, tapi dari penampilan mereka sepertinya berasal dari pegunungan,!!!" ungkap muridnya.

Paman Rasyid lantas berfikir sejenak, siapa gerangan kedua pemuda tersebut kenapa mereka mencari dirinya, terus kenapa penampilan mereka seperti berasal dari pegunungan. Karena penasaran, paman Rasyid lantas memutuskan untuk menemui mereka,

"baiklah tunggu sebentar, aku akan kesana," ucap paman Rasyid yang segera merapikan meja kerjanya dan menyimpan pedang pemotong apinya kedalam cincin penyimpanannya.

Paman Rasyid lantas membuka pintu dan bertanya,

"dimana mereka,?"

"mereka ada didepan guru, mereka sepertinya baru pertama kali kesini, karena tadi mereka diantar oleh Tuan Mark komandan pos gerbang,"

"benarkah,!!! baiklah, mari kita temui mereka,"

"baik guru,"

Mereka berdua lantas berjalan menuju kedepan untuk bertemu dengan Arman dan Ridho,

"siapa kalian,?" tanya paman Rasyid kepada Arman dan ridho seraya memandangi mereka mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki serta penampilan mereka yang seperti berasal dari pegunungan.

"aku tak pernah melihat kalian,?" tanya paman Rasyid lagi.

"apakah anda yang bernama paman Rasyid,?" tanya Ridho.

"iya benar aku adalah Rasyid,!!! tunggu kalian memanggil ku apa tadi,?"

"paman Rasyid,!!!!" apakah ada yang salah paman,?" tanya Ridho.

"tidak ada yang salah, orang-orang disini memanggilku tuan, dan hanya kalian yang berani memanggilku dengan sebutan paman,!!! siapa kalian sebenarnya,?" tanya paman Rasyid sekali lagi dengan tatapan tajam kepada mereka berdua.

"maaf sebelumnya, kami tidak bisa memberitahu identitas kami dimuka umum," ungkap Ridho seraya memandang murid paman Rasyid.

Paman Rasyid paham maksud Ridho, dia lantas memberitahu bahwa,

"kamu tidak usah khawatir, dia bukan orang lain, dia adalah muridku Irwan,!!!! jadi kalian bisa membicarakannya disini," ungkap paman Rasyid yang memperkenalkan muridnya yang bernama Irwan.

"bagaimana ini kak, apakah tidak apa-apa menceritakannya disini,?" bisik Arman yang merasa khawatir akan identitas mereka diketahui dan tersebar.

"tidak apa-apa man, aku percaya kepada paman Rasyid," bisik Ridho.

"baiklah kalau begitu, aku ikut saja kak,"

Paman Rasyid melihat mereka berdua berbisik, dia lantas berkata lagi,

"apa yang kalian bisikan,!!! cepat katakan siapa kalian,?" tegas paman Rasyid.

"maaf tuan,!!! sebenarnya kami berdua berasal dari desa Semoi,!!!!" ungkap Ridho.

Paman Rasyid dan Irwan kaget mendengar bahwa mereka berdua berasal dari desa semoi,

"guru desa Semoi,!!!" gumam Irwan.

"apakah benar kalian dari desa semoi,?" tanya paman Rasyid seraya tidak percaya bahwa mereka berasal dari desa semoi.

"benar paman kami dari desa semoi,!!! namaku Ridho dan ini adikku Arman," jawab Ridho sambil memperkenalkan diri mereka.

"terus apa keperluan kalian kemari, dan siapa yang menyuruh kalian mencariku,?" tanya paman Rasyid.

"kami kesini atas permintaan dari guru kami,"

Paman Rasyid makin kaget dan tidak percaya dengan kata-kata dari ridho, siapa guru mereka itu yang muncul dibenak paman Rasyid, apakah mereka murid dari Bahar, karena penasaran paman Rasyid lantas segera bertanya yang lebih jelas kepada mereka.

"siapa guru kalian,?"

"maaf paman, sebelum kami menjawab pertanyaan itu,!!! apakah disini ada ruangan yang aman untuk berbicara, karena kami tidak ingin ada orang lain yang menguping pembicaraan kita, apalagi mengenai identitas guru kami," pinta Arman.

Paman Rasyid lantas melirik kepada Irwan dan berucap,

"kamu antar mereka keruang pribadiku yang satunya," pinta Paman Rasyid kepada Irwan.

"baik guru," angguk Irwan.

"silahkan kalian ikut denganku," ucap Irwan.

"baik," jawab Arman dan Ridho.

Mereka lantas mengikuti Irwan dari belakang menuju ruang pribadi milik paman Rasyid, sedangkan paman Rasyid sedang menutup tokonya terlebih dahulu sebelum menyusul mereka.

"silahkan duduk, sambil menunggu guru," ucap Irwan yang mempersilahkan mereka untuk duduk.

"terimakasih kawan," jawab Ridho.

Tak lama kemudian paman Rasyid masuk dan menutup pintu ruangannya,

"sekarang sudah aman, kamu bisa menjelaskan semuanya," ungkap paman Rasyid sambil ikut duduk di kursi yang telah disiapkan oleh Irwan.

"maaf merepotkan paman, kami tidak bermaksud bagaimana, cuman kami takut identitas kami terbongkar," ucap ridho.

"aku paham, sekarang kamu bisa mengatakan semuanya dengan tenang, siapa guru kalian sebenarnya,?" tanya paman Rasyid.

"guru kami adalah Bahar, seorang mantan jendral di kingdom Romessa," ucap Ridho.

Paman Rasyid dan Irwan kaget, mereka tidak menyangka bahwa orang yang mereka cari ada dihadapan mereka saat ini, saking kagetnya paman Rasyid lantas memukul meja dengan kedua tangannya seraya berkata,

"apa yang kamu bilang,??? Bahar,??? apa aku tidak salah dengar," tanya paman Rasyid sekali lagi.

"paman tidak salah dengar, guru kami adalah Bahar sang jendral kingdom Romessa, yang merupakan sahabat paman," ungkap Ridho menyakinkan paman Rasyid.

"dimana guru kalian sekarang,?" tanya paman Rasyid.

Arman dan Ridho lantas tertunduk, air mata mulai mengalir dikedua mata mereka, Arman tak sanggup menahan kesedihannya. Melihat hal itu membuat paman Rasyid mengerti akan keadaan guru Bahar, dia tahu bahwa tidak ada yang selamat dari musibah itu, namun dia tidak menyangka bahwa ada dua pemuda yang selamat bahkan mereka adalah murid dari sahabatnya.

Arman tak sanggup untuk berbicara, hanya air mata yang keluar mewakili perasaannya, melihat hal itu membuat Ridho merasa sangat kasian. Dengan berat hati Ridho memberitahu bahwa guru Bahar telah tiada,

"guru Bahar telah tiada paman, guru tewas saat terjadi penyerangan di desa kami," ungkap Ridho sambil meneteskan air mata.

"aku tahu soal peristiwa desa kalian, tapi aku tidak menyangka bahwa Bahar tewas karena penyerangan monster yang mengakibatkan desa kalian musnah," ungkap Paman Rasyid.

"desa kami tidak diserang oleh monster paman," jawab Ridho.

"APA,!!!!" kaget paman Rasyid mendengar ucapan Ridho.

"iya paman, malam itu desa kami dikepung oleh sekumpulan orang, aku tak tahu kenapa itu terjadi, namun saat itu aku sempat bertarung dengan kelima anggota mereka, dan membunuh empat dari lima anggota mereka," ungkap Ridho.

"apakah kamu tahu mereka siapa," tanya Irwan yang ikut berbicara.

"aku tak tahu, namun aku sempat mengintrogasi salah satu dari mereka, namun dia tiba-tiba terkena panah,"

"mungkin panah itu dilesatkan oleh salah satu dari mereka yang bersembunyi guru," selah Irwan.

"iya itu benar, aku sempat merasakan adanya aura dibalik pohon namun tiba-tiba menghilang tanpa jejak," jelas Ridho.

"apakah ada informasi lain yang kamu ketahui,?" tanya paman Rasyid.

"jubah mereka,!!!!"

"-kenapa dengan jubah mereka," potong paman Rasyid.

"ada gambar badik merah di jubah mereka paman," jawab ridho.

Paman Rasyid kaget dan berdiri, dia tidak menyangka telah menemukan jawaban yang beberapa hari ini dia cari, dia bahkan mengutus Irwan untuk pergi ke desa Semoi guna mencari informasi itu, namun kini dia telah menemukan jawabannya.

"guru badik merah bukannya, -----" bisik Irwan.

"iya itu mereka," angguk paman Rasyid.

"aku tidak menyangka mereka melakukan hal itu," kesal paman Rasyid seraya mengepalkan kedua tangannya.

"apa yang mesti kita lakukan guru,?" tanya Irwan.

"untuk sekarang kita hanya bisa menyimpan dendam ini,!!!! apakah kalian ingin membalaskan dendam guru kalian,?" tanya paman Rasyid kepada mereka berdua.

Mendengar hal itu membuat Arman berhenti menangis dan dengan lantang menjawab,

"aku sangat ingin membalaskan kematian guru paman," jawab Arman.

"aku juga paman," jawab ridho.

Paman Rasyid melihat ada amarah yang terpancar dari kedua mata mereka, terutama pada Arman yang sangat berambisi untuk membalaskan kematian gurunya.

"kalian memang murid Bahar, pemberani dan tidak kenal takut, tapi simpan dendam itu hingga waktunya tiba," ungkap Paman Rasyid.

"kenapa seperti itu paman," protes Arman.

"besok kita akan membahasnya, sekarang kalian istirahat dulu,!!! Irwan tunjukkan kamar mereka," pinta paman Rasyid.

"baik guru," jawab Irwan.

"-tapi paman,!!!" protes Arman lagi, namun ditahan oleh Ridho.

"tenang man, setidaknya sekarang kita sudah berada disini bersama paman Rasyid, kita serahkan semuanya pada paman," ucap Ridho yang berusaha menenangkan Arman.

"baik kak,"


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C21
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous