Written by : Siska Friestiani
LoCC : 2014
Re-publish : 14 November 2020
*Siskahaling*
Alyssa menatap jam dinding kamarnya dengan gelisah. Ini sudah pukul 22:15 dan Mario belum juga pulang. Demi Tuhan, ini sudah terlambat dari jam pulang Mario biasanya.
Alyssa kembali memeriksa ponselnya berharap ada pesan lagi dari Mario. Namun nyatanya tidak ada satu pun pesan yang masuk ke ponselnya. Alyssa bergerak semakin gelisah. Kecemasan semakin menekan jantungnya hingga membuat Alyssa mengerenyit saat jantungnya berdenyut menyakitkan. Tidak, tidak! Bisa jadi saat ini Mario memang sedang begitu sibuk di kantor dan membuat Mario pulang terlambat. Ahhh, ralat sangat terlambat lebih tepatnya. Apa lagi saat ini Calvert dan Clovist berada menjadi satu naungan. Yahh, alasan yang di katakan dewi hatinya cukup masuk akal.
Tapi pesan terakhir yang ia terima dari Mario pukul delapan tadi. Yang berarti sudah tiga jam berlalu dan sampai sekarang belum ada lagi kabar dari Mario.
"Aku akan pulang terlambat malam ini, ada urusan yang harus aku selesaikan. Kau jangan menungguku makan malam, Hon. Kau bisa melakukannya duluan. Aku ingin begitu aku sampai nanti kau sudah memiliki tenaga untuk melakukan olahraga malam kita"
Jangan tanyakan bagaimana ekspresinya ketika membaca pesan yang dikirim Mario tersebut. Yang jelas Alyssa menggerutu merutuki kemesuman suaminya yang semakin hari semakin mengerikan. Awas saja, Alyssa pasti akan menendang bokong suaminya itu ketika sudah sampai dirumah. Bila perlu Alyssa akan mengunci kembali kamarnya dan menyuruh Mario untuk tidur di luar.
Kau begitu percaya diri, Al. Bukankah waktu itu saat kau yang menyuruh Mario untuk tidur di kamar lain kau tidak bisa tidur. Bahkan dengan tak tahu malu kau menyusul Mario, dan melemparkan tubuhmu kepelukannya.
Persetan, bagaimana pun ia akan menghukum suaminya itu yang sampai saat ini belum juga pulang.
Alyssa menghempaskan tubuhnya di ranjang. Cukup lelah juga ia mondar-mandir di dalam kamar dengan keadaan perutnya yang besar. Kakinya juga terasa pegal, dan biasanya jika seperti ini Mario akan memijat kakinya dengan minyak zaitun. Tuh kan, tidak bertemu dengan Mario sesudah makan siang tadi saja ia sudah merindukan suaminya itu. Dan sekarang Alyssa merasa seperti wanita manja yang haus akan perhatian suami. Menjijikkan sekali.
Ponsel Alyssa berdering membuat Alyssa langsung bangkit dari tidurnya. Mengusap layar ponsel tersebut hingga menampilkan sebuah icon pesan baru. Buru-buru Alyssa membukanya. Pasti pesan ini dari Mario.
Alyssa mendesah kecawa saat pesan itu bukan dari Mario, melainkan dari orang asing itu lagi.
Massage
Apartemen Royal Suites, 124.
-A-
Alyssa membuang ponselnya begitu ia selesai membaca pesan dari orang aneh itu. Ia kembali merebahkan tubuhnya ke ranjang dan menghela napas berat. Ia sudah berada di puncak rasa rindunya kepada Mario. Ia rindu pelukan hangat Mario, ia rindu usapan mario di perutnya, ia rindu, rindu, rindu sekali dengan pria brengsek bernama Mario.
"Apartemen Royal Suites, 124"
Alyssa bergumam kembali mengulang isi pesan. Apartemen Royal Suites, 124. Apa maksudnya? Apa ada hubungannya dengan Mario? Ahh, lebih baik ia kesana sekarang. Dari pada berdiam diri dengan rasa penasaran seperti ini.
Alyssa meraih jaket kain milik Mario di dalam lemari lalu menggunakannya dengan cepat. Seketika harum tubuh Mario memenuhi indra penciumannya. Setelah menikmati aroma tubuh Mario di jaket yang ia pakai, Alyssa turun kelantai bawah untuk memanggil Petter mengantarnya.
*siskahaling*
Disinilah Alyssa sekarang. Royal Suites. Yang masuk menjadi jajaran apartemen-apartemen mewah. Jika benar pesan tersebut ada hubungannya dengan Mario, sedang apa Mario disini.
Alyssa kembali melanjutkan langkah nya menuju bagian dalam apartemen. Tidak begitu sulit bagi Alyssa untuk segera menuju apartemen nomor 124. Ia cukup mengenal apartemen ini. Lagi pula ia dulu juga sering mengunjungi apartemen ini karena Oliver pernah tinggal disini.
Jantung Alyssa berdegup kencang. Perasaannya menjadi tak enak begitu ia tiba di depan pintu apartemen dengan nomor 124. Walau ia sendiri juga bingung kenapa, hatinya juga mengatakan jika ia tidak seharus berada disini.
Alyssa menekan bel. Tangannya terkepal menjadi satu menunggu pintu terbuka dengan hati berdebar. Tak menyerah karena pintu tak kunjung terbuka, Alyssa kembali mengulang.
Ponsel Alyssa kembali bergetar. Tak menunggu lama, Alyssa meraih ponsel yang ia letakkan di saku jaketnya.
Massage
241024
-A-
Alyssa langsung memasukan kombinasi angka tersebut untuk membuka pintu apartemen. Ia tidak bodoh hanya untuk memahami pesan yang dikirim orang aneh itu. Ia tahu kini ia sedang di arahkan untuk segera masuk kedalam. Tidak tahu pasti kenapa orang itu membawanya kemari secara tidak langsung.
Pintu terbuka setelah Alyssa berhasil memasukkan angka dari pesan itu. Perlahan, dengan sedikit ragu, ia melangkahkan kakinya memasuki apartemen tersebut.
Jantung Alyssa semakin berdebar begitu melihat bagian dalam apartemen. Siapa saja juga tahu jika ini apartemen seorang wanita melihat nuansa biru langit dengan kesan feminim yang begitu mencolok. Apa ia Mario ada disini?
"Ahhh, Marioo..."
Degh!
Suara seorang wanita. Jantung Alyssa berdebar kencang. Wajahnya memucat. Ia tidak salah dengar itu suara wanita dan mendesah dengan menyebut nama Mario. Mario bersama seorang wanita. Ini tidak mungkin. Ia pasti salah dengar. Ya ia pasti salah dengar. Tapi, ia harus tetap memastikan dugaannya benar atau tidak.
Alyssa melangkahkan kakinya menuju tempat asal suara. Berhenti tepat di pintu yang ia yakin adalah pintu kamar.
Kamar? Benarkah? Dan Mario di dalam dengan seorang wanita yang mendesah menyebutkan namanya? Alyssa menggelengkan kepalanya, masih belum ingin mempercayai pemikirannya itu.
"Jess, apa yang kau lakukan!"
Itu suara Mario, terdengar begitu serak dari pada biasanya. Ya Tuhan! Jadi benar Mario didalam.
BRAKKKK!!!
Alyssa membuka kasar pintu besar itu hingga mengeluarkan suara gebrakan keras. Alyssa melihatnya. Melihat dengan mata kepalanya sendiri. Disana, di ranjang besar itu. Mario sedang berada di bawah kukungan wanita yang sudah porak-poranda. Rok yang bahkan sudah naik keatas dan hanya mengenakan bra, satu-satunya kain yang menutupi bagian atas tubuh wanita itu. Tak jauh berbeda dengan wanita itu, Mario pun sudah tak mengenakan apa pun di tubuh bagian atas walaupun celana Mario masih melekat di tempatnya.
Okey, ini sudah cukup. Yang ia lihat sudah cukup untuk membuatnya hancur berkeping-keping. Jantungnya seperti di tikam dengan ribuan pisau sampai menimbulkan rasa sakit yang membuat seluruh tubuhnya lemas. Paru-parunya seketika kehilangan kemampuan untuk memasok udara hingga membuat napasnya sesak. Pandangannya memburam terhalang air mata yang mulai menggenang dan siap jatuh hanya sebuah kedipan mata. Sekarang ia tahu siapa wanita yang tengah bergelung dengan suaminya itu. Wanita yang tanpa sengaja ia temui ketika sedang berbulan madu dengan Mario di Hawaii.
"Mario..." lirih Alyssa. Hancur sudah, pertahanan air mata Alyssa hancur begitu saja. Air mata yang saat ini mengalir di pipinya. Tanpa bisa lagi Alyssa cegah.
Dan Mario kini terpaku menatap Alyssa berada di depan pintu yang sudah terbuka lebar dengan air mata mengalir di pipinya. Wajah Mario seketika memucat, tak kalah pucat dengan wajah Alyssa saat ini.
"Alyssa-"
***
Hayooooooo....
WAR Sudah Mario sama Alyssa....
Yang mau merutuki Mario waktu dan tempat di persilahkan di kolom komentar. Wkwkwkw