Télécharger l’application
14.86% Cinta Kontrak Kerjasama (LoCC) / Chapter 62: Jebakan

Chapitre 62: Jebakan

Written by : Siska Friestiani

LoCC © 2014

Re-publish Web Novel : 13 November 2020

*Siskahaling*

Mario merenggangkan tubuhnya saat dirasa semua ototnya terasa kaku. Pertemuan dengan para penanam saham baru saja selesai dan kini sudah pukul tujuh malam, ia terlambat pulang beberapa jam dari jadwal seharusnya.

Ahhh, istri cantiknya itu pasti tengah menunggunya saat ini. Apa lagi ia juga tidak sempat memberi kabar kepada Alyssa. Semoga mood istrinya itu tidak memburuk saat mengetahui ia pulang terlambat hari ini.

Tak ingin membuat Alyssa menunggu lama, Mario segera meraih jas yang ia sampir kan di kursi keja lalu beranjak meninggalkan ruangannya.

Belum sempat Mario keluar dari ruangannya, ponselnya berdering. Sebuah panggilan masuk. Jessi? Mario mengernyit samar saat melihat nama di layar ponselnya. Ada apa pula Jessi menghubunginya.

"Hallo, ada apa Jess?" jawab Mario setelah menggeser layar dengan icon tanda menerima panggilan.

"Hallo, Mario. Ma- maaf aku mengganggumu malam-malam begini" terdengar jawaban Jessi di sebrang sana.

"Tidak masalah. Ada apa? kenapa kau menghubungiku?"

"Aku ingin minta tolong padamu, aku tau ini terlalu tak masuk akal. Tapi bisakah kau ke apartemen ku sekarang. Aku mohon" suara Jessi terdengar begitu memohon di sebrang sana.

"Ada apa sebenarnya? Aku harus pulang malam ini, Alyssa sudah lama menungguku"

"Aku tahu, tapi saat ini, Jacob benar-benar mengganggu ku, ia akan ke apartemen dan memaksa ku lagi untuk, yahhh aku rasa kau tau maksud ku, Mario. Aku mohon, sebentar saja. Setidaknya sampai Jacob datang dan dengan begitu Jacob tidak akan berani karena ada kau disini. Aku mohon, hanya kau yang bisa aku mintai tolong saat ini"

Jacob? Yah dia sempat mendengar nama itu sebelumnya dari Jessi. Pria yang beberapa minggu ini begitu mengganggu menurut wanita itu. Lagi pula jika ia ke apartemen Jessi sebentar saja tak masalah bukan? Dan Cuma sampai pria yang bernama Jacob itu datang. Setelah sedikit membantu untuk menjauhkan pria itu dari Jessi, ia bisa pulang dan segera menemui Alyssa. Yahh, tidak masalah kalau begitu, ia juga ingin mengetahui bagaimana rupa pria yang bernama Jacob itu.

"Baiklah, aku akan kesana. Tapi hanya sampai Jacob datang dan setelah itu aku akan pergi karena Alyssa sudah menungguku"

"Baiklah, tidak masalah. Aku janji hanya sampai pria itu datang kemudian setelah aku berhasil mengusirnya, kau bisa segera pulang. Terima kasih, Mario" ucap Jessi dan telepon berakhir.

*siskahaling*

Mario memarkirkan mobilnya begitu sampai di apartemen Jessi. Tangannya bergerak perlahan membuka pintu mobil. Kakinya melangkah dengan gerakan teratur untuk mencapai bagian depan apartemen mewah yang menjadi tempat tinggal Jessi.

Kakinya membawa dirinya ke lantai tujuh dimana apartemen Jessi berada. Tak membutuhkan waktu lama untuk menemukannya mengingat ia sudah beberapa kali kesini. Dulu, dulu sekali saat masih menjalin hubungan one night stand dengan Jessi.

Mario menekan bel intercom, menunggu Jessi membukakan pintu di balik sana.

"Ahh, kau sudah datang?" Jessi semakin membuka lebar pintu apartemennya.

"Masuklah" tawar Jessi menggeser tubuhnya memberi ruang Mario untuk masuk kedalam.

Mario mengamati bagian dalam apartemen Jessi. Tata ruangnya bahkan tidak berubah dari semenjak ia masuk kesini dulu untuk pertama kalinya. Apartemen dengan nuansa biru muda menambah kesan feminim sang pemilik.

"Kau tidak berubah ternyata" ucap Mario setelah selesai mengamati seluruh bagian apartemen. Mendaratkan tubuhnya di sofa ruang tamu untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sebenarnya sudah terasa begitu lelah. Hahhh, jika sudah seperti ini ia jadi merindukan istrinya.

"Tidak ada yang berubah mengenai selera seorang Jessi" ucap Jessi terkekeh namun masih dengan posisi berdiri menghadap Mario.

"Teh atau kopi?"

"Aku rasa aku lebih membutuh kopi malam ini"

"Baiklah, tunggu sebentar. Aku akan membawakannya untukmu" ucap Jessi lalu beranjak menuju dapur.

Mario mengeluarkan ponselnya selagi menunggu Jessi membuatkan kopi. Mengetikkan sesuatu di layar ponselnya sembari menggulum senyum. Ia akan mengirimkan pesan kepada istrinya. Memberitahu bahwa ia akan pulang terlambat dan menyuruh Alyssa untuk menyantap makan malam tanpa menunggu dirinya.

To : My Honey

Aku akan pulang terlambat malam ini, ada urusan yang harus aku selesaikan. Kau jangan menungguku makan malam, Hon. Kau bisa melakukannya duluan. Aku ingin begitu aku sampai nanti kau sudah memiliki tenaga untuk melakukan olahraga malam kita.

Mario kembali tersenyum ketika membaca ulang pesan yang ia kirimkan kepada Alyssa. Ia bahkan sudah membayangkan wajah kesal dengan pipi yang memerah menahan malu milik istrinya itu ketika membaca pesan yang ia kirimkan. Ahhh, membayangkan saja Mario semakin rindu dengan istrinya.

"Maaf membuatmu menunggu"

Mario menoleh ke arah Jessi yang kini sudah duduk di sebelahnya dan secangkir kopi yang sudah tersaji di meja depannya.

Mario menggeleng "Tidak masalah" ucap Mario kembali meletakkan ponselnya di dalam kantong celana.

"Sekarang jelaskan mengenai pria yang kau sebut Jacob itu. Kenapa ia masih mengganggumu" kini tatapan Mario berubah serius menatap Jessi menuntut meminta penjelasan mengenai Jacob.

Seketika raut wajah Jessi berubah ketakutan. Tangannya terkepal menjadi satu di pangkuannya. Dengan wajah menunduk.

"Seperti yang aku ceritakan pada mu tempo lalu, kalau Jacob salah satu pria one night stand ku" Jessi mulai menceritakan

"Dia kasar, terkadang suka menyakiti ku saat ia melakukannya. Dan sekarang, saat aku berniat lepas dari kekesaran seorang, Jacob dia tidak mengizinkanku" Mario hanya diam, tak memotong sekalipun cerita dari Jessi.

"Dan malam ini, dia datang untuk kembali memaksa ku. Kembali memaksa untuk bercinta, padahal aku sudah menolaknya berulang kali. Namun sepertinya, Jacob bukan seseorang yang mudah menerima penolakan" Jessi menuyusut air matanya, dan kegiatannya itu tak lepas dari pandangan Mario, membuat Mario menaruh rasa iba kepada Jessi. Bagaimana pun Jessi selama ini telah baik kepadanya.

"Aku takut, Mario. Aku takut malam ini ia datang dan kembali memaksaku" Jessi semakin terisak. Menenggelamkan wajahnya di telapak tangan. Dan tangis Jessi semakin keras saat merasakan usapan lembut di bahunya. Ia tahu siapa yang melakukannya, sudah pasti Mario.

"Tenanglah, aku akan disini menunggu sampai pria itu datang, dan aku akan langsung memukul wajanya saat ia tiba nanti" Jessi seketika terkekeh begitu mendengar ucapan Mario. Membuat Mario menautkan alisnya. Bingung.

"Ada apa? tidak ada yang lucu disini Jess"

"Kau tau, ucapanmu barusan seperti seorang ayah yang menenangkan anak perempuannya saat dimarahi oleh sang ibu" Jessi kembali terkekeh, dan mau tak mau Mario juga menggulum senyum melihatnya.

"Terima kasih, kau sudah menghilangkan rasa takut ku, Mario. Bahkan aku tak mengingat sosok kejam si Jacob saat ini" ucap Jessi menatap Mario intens, ada rasa bersalah juga saat ia harus membohongi pria dihadapannya ini. Tapi mau bagaimana lagi? Ia sudah kepalang tanggung untuk mundur dari rencana gilanya Ashilla.

"Kau tidak meminum kopi mu? Dia akan dingin jika dalam waktu lima menit kau tak juga meminumnya" ucap Jessi mengalihkan pembicaraan. Pengalihan rasa bersalah lebih tepatnya.

Mario meraih kopi yang dari tadi tersentuh sejak Jessi meletakkannya di atas meja. lalu dengan gaya elegant Mario meminum kopinya, membiarkan rasa pahit khas kopi bercampur gula itu mengalir di tenggorokannya.

Jessi menghitung dalam hati, menunggu reaksi tubuh Mario. Di menit pertama, tak ada reaksi dari tubuh Mario. Sampai akhirnya Mario merasakan kepalanya mulai berdenyut tak nyaman di susul dengan pandangannya yang perlahan mengabur. Mario menggelengkan kepalanya beberapa kali untuk memperjelas penglihatannya. Namun percuma, pergerakan yang baru saja Mario lakukan tak berpengaruh apa-apa. Malah membuat kepalanya semakin berdenyut.

"Mario? Kau tidak apa-apa?" suara itu yang terakhir Mario dengar sebelum akhirnya kesadarannya terenggut. Dan Mario tidak merasakan apa pun lagi

Sementara itu Jessi menatap Mario dengan tatapan tak terbaca. Meraih Mario lalu memapah Mario ke kamar.

"Maaf, Mario. Ini hanya membuat mu tertidur sebentar. Setidaknya sampai istrimu melihat kita bergelung di ranjang bersama"

***

Yang mau War di kolom komentar di persilahkan 🤣🤣🤣

Vote sama review nya jangan lupa yaaa 💕💕💕


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C62
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous