Télécharger l’application
73.33% Pengabdi Birahi / Chapter 11: Pengabdi 11

Chapitre 11: Pengabdi 11

Seperti janjinya, Arfan pun telah sampai di rumah Widia pada waktu yang telah dijanjikan. Seperti biasa, rumah Widia yang bercat putih tampak begitu sepi. Sepertinya ayah dan adik Widia tidak ada di rumah. Ia pun langsung memarkir motornya dan mengetuk pintu depan.

Tak beberapa lama kemudian, Widia muncul dari dalam rumah dan membuka pintu. Hari itu Widia memutuskan untuk mengenakan kaos lengan panjang berwarna merah muda yang ketat membungkus tubuhnya.

Pakaian itu benar-benar membentuk tubuhnya yang seksi, terutama bagian payudaranya yang memang besar. Untuk bawahan, Widia memilih celana berwarna hitam yang juga ketat membungkus kakinya yang jenjang.

Arfan terpana dibuatnya. Matanya tampak fokus bukan di bagian wajah, melainkan di bagian payudara Widia. Ia baru sadar begitu Widia kemudian menyebut namanya.

"Hei, Arfan. Kok bengong?" Ujar Widia.

"Eh, gak apa-apa kok," ujar Arfan yang sudah mulai tersadar. "Kamu sudah siap untuk jalan?"

"Sudah, yuk kita langsung," ujar Widia. Perempuan cantik tersebut pun langsung keluar dan mengunci pintu rumahnya.

Arfan pun langsung duduk di posisi pengemudi motor matic miliknya. Widia juga langsung naik di belakang. Perempuan tersebut hanya membawa sebuah tas kecil yang ia letakkan di pangkuannya. Sejak naik ke atas motor, Widia tampak tidak menjaga jarak dengan Arfan. Meski tidak sampai memeluk tubuh Arfan yang sedikit buncit, namun Widia sepertinya tidak masalah ketika dadanya menyentuh punggung Arfan.

Sang pengendara motor pun benar-benar bisa merasakan lembutnya payudara Widia di punggungnya. Apalagi ketika melewati polisi tidur, posisi tubuh Widia bisa sangat menempel ke tubuhnya. Ia seperti tidak ingin perjalanan ini cepat berakhir.

Namun pada akhirnya, mereka pun sampai di mall. Widia dan Arfan seperti masih sama-sama mengetahui posisi masing-masing. Arfan masih sadar bahwa Widia merupakan pacar sahabatnya, dan Widia pun tidak ingin terlihat murahan dengan menggandeng tangan sahabat pacarnya. Karena itu mereka pun masih tetap menjaga jarak ketika berjalan.

Mereka berdua akhirnya sampai di toko buku dan langsung memisahkan diri. Widia tampak asyik melihat deretan komik-komik baru, sedangkan Arfan memilih untuk melihat-lihat rak majalah yang tidak terlalu jauh dari tempat Widia berdiri. Terkadang Arfan pun mencuri-curi pandang ke arah tubuh Widia yang terlihat begitu seksi dengan pakaian yang ia kenakan hari ini.

'Beruntung sekali Rezgy bisa mendapatkan pacar yang cantik dan bertubuh seksi seperti Widia,' pikir Arfan dalam hati.

Sekitar lima belas menit berlalu, Widia pun kembali menghampiri Arfan.

"Sudah selesai, Wid? Jadi beli buku apa?" Tanya Arfan.

"Gak ada yang bagus, jadi males beli."

"Ohh."

"Aku mau lanjut nonton, kamu mau temenin, gak?" Ujar Widia tiba-tiba.

Arfan pun langsung sumringah. Kapan lagi ia bisa mendapatkan kesempatan berduaan nonton dengan seorang perempuan cantik seperti Widia.

"Boleh."

Mereka berdua langsung meninggalkan toko buku dan naik ke lantai lima, tempat bioskop berada. Mereka pun mengantri tiket dan memilih film yang ingin mereka tonton. Film tersebut sebenarnya tidak terlalu terkenal, namun Arfan tidak menolak. Yang terpenting baginya adalah ia bisa nonton bioskop berdua dengan Widia.

"Mau duduk di mana?" Tanya penjaga tiket kepada mereka berdua.

"Di sini saja," Widia langsung menunjuk sepasang tempat duduk yang berada di pojok ruangan bioskop. Dua bangku tersebut berada di baris yang berbeda, terpisah dengan bangku-bangku lain, sehingga tidak akan ada orang yang duduk di sebelah kiri dan kanan mereka berdua. Arfan merasakan ada maksud tertentu mengapa Widia memilih bangku tersebut, namun ia tidak ingin terlalu percaya diri terlebih dahulu.

Arfan dan Widia beruntung karena mereka hanya perlu menunggu sekitar tiga puluh menit sebelum mereka bisa masuk ke ruangan bioskop. Sebelumnya, mereka menyempatkan diri untuk membeli popcorn dan minuman ringan.

Begitu film dimulai dan lampu ruangan dimatikan, Arfan dan Widia sama-sama berusaha untuk fokus menyaksikan jalan cerita yang tersaji di dalam film. Mereka tetap menjaga jarak ketika duduk di awal-awal pemutaran film.

Namun ketika akhirnya muncul sebuah adegan yang mengagetkan, Widia yang duduk di sebelah kanan Arfan tiba-tiba langsung memeluk lengan Arfan yang sebelah kanan. Pria bertubuh buncit tersebut pun bisa merasakan kelembutan payudara Widia yang masih tertutup kaos di lengannya. Widia pun tidak langsung melepaskan lengan Arfan, bahkan justru memeluknya lebih erat begitu ada adegan yang mengagetkan lagi di layar bioskop.

Merasakan hal tersebut, Arfan pun mulai berani dan mengarahkan tangan kirinya untuk menyentuh tangan Widia yang masih menempel di lengannya. Ternyata Widia membiarkan saja perlakuan Arfan tersebut.

Tatapan Widia masih tetap ke layar bioskop ketika Arfan mulai menggenggam dan mengelus-elus tangannya yang lembut. Arfan memang masih belum mempunyai banyak pengalaman, dan ia tidak tahu harus berbuat apa di situasi seperti itu.

Sepanjang pemutaran film, ia hanya menggenggam tangan Widia yang tampak tidak marah diperlakukan seperti itu. Namun menjelang akhir film, Widia justru berinisiatif merebahkan kepalanya ke pundak sebelah kanan Arfan. Perempuan cantik tersebut pun kembali memeluk lengan kanan Arfan, membuat lelaki tersebut kembali bisa merasakan lembutnya sepasang payudara besar milik Widia.

Dengan memberanikan diri, Arfan pun menoleh ke arah wajah Widia. Mengetahui hal itu, Widia pun membalas tatapan tersebut. Perempuan tersebut tampak tersenyum dengan tatapan yang sayu. Tanpa diperintah, Arfan mengarahkan bibirnya mendekat ke wajah Widia.

Bibir tersebut pun berlabuh di kening perempuan tersebut. Ini adalah pertama kalinya Arfan mencium seorang perempuan. Untungnya, Widia tidak menolak. Begitu Arfan melepaskan kecupannya, perempuan seksi tersebut hanya tersenyum, dan kembali memandang layar bioskop.

Sesaat kemudian, film pun selesai dan lampu kembali dinyalakan. Widia langsung melepas pelukannya di lengan Arfan, dan membetulkan posisi duduknya. Arfan merasa sedikit kecewa, namun apa yang terjadi di bioskop saat itu benar-benar melampaui ekspektasinya akan pertemuan hari ini dengan Widia.

Mereka berdua pun keluar dari bioskop bersama dengan penonton lain, dan memutuskan untuk mampir di foodcourt terlebih dahulu. Mereka sama-sama menghindari pembicaraan tentang apa yang terjadi di dalam ruangan bioskop tadi, dan lebih memilih untuk membicarakan hal lain. Mereka berdua bahkan tidak menyadari ketika ada seorang perempuan cantik yang tengah mendekati mereka.

"Halo, Widia," ujar perempuan tersebut sambil menepuk punggung Widia. Widia pun begitu kaget karena hal tersebut. Namun begitu ia menoleh ke arah perempuan tersebut, ia hanya tertawa.

"Dasar kau Angel, bikin kaget saja," ujar Widia. Arfan pun bingung dengan apa yang sedang terjadi di hadapannya.

"Hayo lagi sama siapa," ujar Angel sambil melirik ke arah Arfan. Perempuan berkacamata itu pun langsung duduk di meja yang ditempati Widia dan Arfan tersebut.

"Oh iya, kenalkan ini Arfan, temannya Rezgy. Arfan kenalkan ini Angel, teman terbaikku sejak masa SMA," ujar Widia memperkenalkan mereka berdua. Arfan dan Angel pun saling berjabat tangan. Sejenak Arfan tampak mengagumi kecantikan Angel.

"Trus, kalian lagi ngapain di sini?" Tanya Angel penasaran.

"Aku mau beli buku, tapi Rezgy lagi sibuk banget. Jadi aku ajak Arfan," ujar Widia.

"Kenapa gak ajak aku?" Tanya Angel.

"Hmm, aku kira kamu ada jadwal ngajar bimbel hari ini," ujar Widia sekenanya.

"Owhh," tanggap Angel.

"Kamu hari ini bawa mobil gak?" Tanya Widia tiba-tiba kepada Angel.

"Iya bawa, kenapa?"

"Kamu sekarang udah mau pulang?"

"Iya, ini udah mau jalan ke tempat parkir, eh malah ketemu kalian berdua."

"Arfan, kalau aku pulangnya bareng Angel gak apa-apa, kan?" Tanya Widia kepada Arfan.

Arfan tampak kecewa dengan pertanyaan tersebut, karena artinya kebersamaan ia dan Widia harus berakhir, dan ia tidak bisa menemani Widia pulang ke rumah. Namun ia sadar bahwa ia di posisi yang tidak bisa berbuat apa-apa.

"Iya, gak apa-apa kok."

"Oke, mau jalan sekarang, Wid?" tanya Angel.

"Yuk," jawab Widia sambil berdiri.

"Dah Arfan."

Widia dan Angel pun langsung beranjak ke tempat parkir, meninggalkan Arfan yang hanya bisa tertegun melihat dua perempuan cantik dan seksi tersebut meninggalkannya.

^^^


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C11
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous