Namara berlari ke sebuah batu besar dan memilih bersembunyi di sana. Gallos dan Lyco mengikutinya. Mereka terdiam, hanya terdengar suara deru napas yang saling bersahutan.
Tenggorokan Namara terasa kering. Berkali-kali dia menelan ludah dengan perasaan gugup. Matanya masih menatap sinar merah yang melesat cepat secara acak. Ledakan-ledakan pun terus terdengar.
"Kita tidak mungkin terus berdiam diri seperti ini," ucap Namara setelah merasa sedikit lebih tenang. Dia menatap Gallos dan Lyco secara bergantian.
"Tidakkan kalian ingin menghadapinya? Kenapa kalian ikut bersembunyi denganku?" decitnya dengan mata memicing.
"Apa kau sedang menyuruh kami menghadapi makhluk itu sementra kau melarikan diri dengan aman?!" Gallos berseru memprotes. "Jika kau bersembunyi, maka kita juga harus ikut bersembunyi. Itu namanya adil."
Namara tidak bisa berkata-kata. Niat hati ingin membuat mereka menghadai patung itu, tetapi ternyata Gallos sama tak tahu malunya dengan dia.