Namara mengamati pintu lemari dengan serius. Di sana ada ukiran berbentuk awan yang terlihat sangat detail. Selain itu tidak ada hal lain lagi.
Kalau begitu bagaimana cara membuka array sihir itu?
Namara membelai dagunya beberapa kali. Keningnya berkerut dalam selama beberapa saat. Mungkinkah dia harus menggunakan mantra sihir?
Dia mengedarkan pandangannya ke berbagai arah. Dia mencoba mencari petunjuk. Namun, tidak ada hal yang bisa dia temukan. Buntu!
Lama kelamaan Namara merasa kesal. Dia meninju pintu lemari dengan keras. Namun, tinju itu sama sekali tidak menghasilkan apa-apa. Itu hanya seperti dia baru saja meninju tembok besi. Hanya rasa sakit yang dia dapatkan.
Wajah Namara berubah menjadi datar. Tentu saja ini hal yang sulit. Jika tidak, Castor pasti sudah bisa membukanya.
"Ayah, seharusnya kau memberiku hak istimewa bukan? Aku ini putrimu," gerutu Namara.