Namara menjadi penasaran. "Kakak? Siapa kakakmu?"
Pria itu mendengkus. Meskipun dia senang jika ada teman yang biasa diajak menyusup ke istana, dia juga tidak bodoh untuk memberi tahu lebih detail tentang tujuannya.
Dia menggeleng lalu berkata, "Aku tidak akan memberi tahumu."
"Hmm." Namara mendengkus. "Sebenarnya aku bukan mau menyusup masuk istana," ungkapnya.
"Lalu?" Pria itu bertanya.
"Apa kau tahu? Aku adalah pelayan istana. Bukankah kau akan menyusup? Aku bisa melaporkanmu kalau begitu." Namara merasa lebih unggul dari pria itu. Dia berada di pihak yang dominan.
Pria itu tampak terkejut mendengar penuturan Namara. Pelayan istana? Dia langsung menutup mulut dengan telapak tangannya. Betapa cerobohnya dia.
Namara terkekeh. "Tapi kau jangan khawatir. Aku bukan pelayan sungguhan. Aku akan pergi kalau begitu."
Kedua mata pria itu langsung berkilat. Bukan pelayan sungguhan? Apa wanita itu hanya menyamar sebagai pelayan? Kalau begitu dia bisa meminta bantuannya bukan?