Télécharger l’application
2.32% WITCH'S LOVE / Chapter 12: Pemukiman Serigala 3

Chapitre 12: Pemukiman Serigala 3

Thomas diam tak bergerak, menerka-nerka siapa yang ada di hadapannya ini, ia merasa pernah mendengar suara lembut itu, tapi entah di mana ia tidak ingat.

Langkah kaki mendekat terdengar, Thomas beringsut mundur, menabrak dinding.

"Apa yang mau kau lakukan?"

"Hanya memastikan beberapa hal."

Pemilik suara lembut itu menarik Thomas, memegang wajahnya, memaksa pangeran itu mendongak.

Thomas tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan cepat memegang balik tangan yang memegangi wajahnya dan menancapkan jarum perak.

Darah mengalir deras, Thomas tidak hanya menusuknya, ia menariknya ke bawah, menimbulkan luka besar memanjang.

"Sayang sekali dear," tubuh Thomas dihempas ke dinding, ia jatuh dengan suara berdebam.

"Itu tidak berguna untukku."

Thomas bangkit dengan terhuyung, bersandar pada dinding, ia mendengar langkah kaki itu menjauh, membuka jendela.

"Di luar sangar ribut," ucap pemilik suara lembut itu, entah apa tujuannya mengatakan itu, samar-samar Thomas mendengar suara geraman dan teriakan Iris.

Apa yang terjadi?

Thomas merasakan kakinya gemetar dan tidak sanggup berdiri, ia terduduk dengan gemetar. Pintu kamar berderit tiba-tiba, langkah kaki lain masuk ke dalam kamar.

"Bukankah sudah kubilang jangan ikut campur?" Suara berat dan penuh penekanan terdengar, Thomas merasakan tubuhnya menggigil.

"Aku hanya memastikan semuanya berjalan sesuai rencana."

Tubuh Thomas terangkat oleh sebuah tangan besar, ia mencoba meronta, namun gerakannya makin lemah, kesadarannya mulai hilang, samar-samar ia masih mendengar si pemilik suara lembut bersuara padanya.

"Sampai bertemu lagi, yang mulia."

***

"Dasar idiot berbadan besar!" Iris mengumpat dan berlarian di sepanjang jalan hutan pinus mengikuti Litzy yang berwujud seekor anjing, ia berhasil menyelinap keluar dari pertarungan konyol yang dibuat Morgan.

Ia tidak mau berurusan dengan para serigala bar-bar yang kelebihan tenaga, Iris adalah penyihir, fisiknya terbatas, mulutnya sudah berbusa mengucap mantra, gaunnya terkoyak di sana-sini.

Litzy mengatakan kalau Thomas dibawa keluar dari rumah tetua, Iris menatap langit, matahari sebentar lagi akan terbit, dadanya semakin berdebar.

Ia tidak boleh kehilangan Thomas.

Langkah Iris terhenti, di depannya berdiri seorang laki-laki bertubuh besar dan kekar, mata hitamnya berkilat, menatap Iris dingin. Iris melihat Thomas terkulai di tanah, ia mengatupkan bibirnya kesal.

Orang ini adalah Alpha Red Moon.

"Kembalikan dia padaku!" Iris berteriak gusar, cukup sadar diri jika ia tidak akan mampu melawannya.

"Mengapa aku harus menyerahkannya?" Alpha itu balik bertanya suaranya datar seperti wajahnya, kakinya menginjak kepala Thomas, mungkin dalam sekali sentak ia bisa menghancurkan kepala kecil itu.

"Ini barang berharga untuk Pangeran Andreas," lanjutnya, Iris menahan napas, takut kepala Thomas benar-benar remuk diinjak.

"Kalian memiliki segalanya, apa yang kalian inginkan dari Andreas?!" Iris tidak habis pikir, manusia serigala memiliki tubuh yang kuat, seksi dan wajah mereka amat rupawan, mereka bahkan memiliki kuasa atas hutan.

"Kau tidak tahu apa-apa, hutan ini tidak hanya dihuni satu pack."

Iris tertegun, ia mulai menerka. "Kau ingin menguasai mereka semua karena itu kau meminta bantuan Andreas?"

Tiba-tiba ia teringat Morgan dan perkataan Alena beberapa waktu yang lalu.

"Bukan Morgan yang membantai packnya tapi kau!"

"Kau cukup pintar." Alpha menarik kakinya setelah melihat Thomas tidak berdaya, "Tapi kau tidak cerdas."

"Apa?"

"Seberapa keras pun kau mencoba, dia tidak akan hidup lama."

Iris memasang sikap waspada, Alpha itu mulai mengelilinginya.

"Datang ke sini seorang diri, apa kau mencoba mengantar nyawamu?"

Alpha melompat ke arah Iris, seekor serigala besar menerjangnya, Iris melompat mundur.

"Ursiloxus!"

Litzy berubah menjadi beruang besar menghadang serigala itu, mereka bergulat. Merasa Litzy tidak cukup melawannya ia mengeluarkan botol sihir lagi memunculkan rumput-rumput lagi, menghalangi gerakan Alpha, melilitnya.

Berbeda dengan gerakan Morgan yang cepat dan gesit, gerakan Alpha terkesan lebih lambat namun serangannya sangat brutal, Iris bahkan melompat ke sana kemari demi menghindari serangannya.

"Akh!" Kaki Iris tergores cakar serigala, ia mundur.

"BRAK!" Iris mengerang, tidak sempat menghindar, tubuhnya terlempar begitu saja mengenai sebuah pohon, diikuti Litzy yang sudah penuh luka, serigala itu menggeram, menatap Iris lekat-lekat, seperti menatap potongan daging yang siap disantap, ia memperlihatkan giginya yang tajam.

Iris mencoba bangkit dengan tenaga yang tersisa.

"Khe ... kh ..." Iris tersentak, tubuhnya terangkat oleh tangan yang besar, ditekan ke pohon, lehernya dicekik.

"Aku akan mengakhirnya dengan cepat," ucap Alpha, ia mengulurkah tangannya, siap meremas leher Iris, wanita itu melotot, wajahnya mulai memutih dan napasnya tersendat di tenggorokan, ia tidak bisa meronta, kekuatan Alpha sangat besar dan kuat menekannya.

"Iris!"

Alpha mendelik, dibelakangnya Thomas menusuk perutnya dengan kayu runcing, hanya serangan kecil dan tidak fatal, laki-laki itu mendengus, melepaskan Iris ke tanah, membuat penyihir itu terbatuk-batuk.

"Uhuk ... Tomy!"

Iris melihat semua gerakan berjalan dengan lambat, Thomas terbanting ke tanah, menabrak pohon hingga patah.

Tidak, dia bisa mati!

"Andreas bilang tidak masalah membawamu hidup atau mati," kata Alpha sambil tersenyum menyeringai, Iris membelalakkan matanya melihat tangan laki-laki itu meruncing, memunculkan kuku-kuku yang tajam.

Iris menyeret tubuhnya dengan susah payah, rasa sakit dan ngilu terasa semakin menjadi-jadi, ia tidak bisa membiarkan dirinya dan Thomas mati konyol sekarang, ia masih memiliki hal yang belum dia dapatkan selama ratusan tahun, ia harus hidup.

Alpha mendekat ke arah Thomas yang terkulai di depan batang pohon yang patah, bocah itu hanya memandang kosong ke depan.

"Tomy!" Iris berseru lagi, tangan itu terayun, siap mencabik-cabik Thomas.

"BRAK!"

Seekor serigala abu-abu menerjang Alpha hingga terpental, menerkam dengan giginya yang runcing, membuat Alpha tidak dapat melawan balik karena serangan mendadak itu, laki-laki itu mundur memulihkan luka ditubuhnya.

"Morgan!" Iris hampir menangis ketika serigala abu-abu itu mendekat, menjilati lukanya, membuat rasa sakit dan pedih pulih dalam sekejap.

Iris berseru bahagia, ia memang sempat kesal dengan Morgan, tapi sekarang itu semua melebur, Morgan tidak melupakannya, laki-laki ini tidak meninggalkannya.

Iris berdiri di samping Morgan, menatap awas Alpha yang duduk tak jauh dari mereka.

"Apa yang terjadi?" Iris bertanya saat menemukan Alpha itu duduk diam tak bergerak.

Morgan berubah menjadi manusia, menyelamatkan Thomas yang terkulai di bawah pohon, ia menatap Alpha dengan kening berkerut.

"Lukanya tidak menutup," ucap Morgan, Iris meletakkan Thomas ke tanah dengan hati-hati, ia menghela napas lega ketika merasakan detak jantung Thomas.

"Bagaimana bisa?" Iris bertanya bingung, suasana menjadi lebih tenang, ia bahkan melihat luka Morgan menutup dalam sekejap di depannya.

"Kau menusuknya dengan perak?" Morgan balik bertanya, Iris meminumkan cairan obat yang sempat diraciknya bersama Dai.

"Tidak," sahut Iris sambil menggeleng, "Aku bahkan tidak bisa menyentuhnya."

Iris melirik Thomas yang tidak sadar di pangkuannya, ia dan Morgan saling tatap.

"Dia yang melakukannya," gumam Iris, Morgan melihat ke sekeliling, matahari telah terbit, ia mendengar banyak langkah kaki mendekat.

"Kita harus segera pergi!" Ia menarik Iris naik ke punggungnya yang berwujud serigala bersama Thomas, Litzy mengikuti dari belakang.

"Apa mereka pasukan kerajaan?"

Morgan tidak menyahut, ia melompat dengan gesit, membawa Iris dan Thomas menjauh, Iris menaburkan serbuk bunga mawar ke udara membuat bau mereka tenggelam dengan aroma mawar pekat.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C12
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous