Télécharger l’application
100% ketindihan / Chapter 4: d.mimpi atau nyata?

Chapitre 4: d.mimpi atau nyata?

Malam tak kunjung berganti pagi. Kali ini terasa begitu panjang. Seakan-akan malam memang tidak mau bergantian dengan pagi. Nina sudah sedari tadi terlelap begitu juga dengan ana hanya aku yang belum memejamkan mata. Aku sudah berkali-kali mencoba untuk tidur namun terasa begitu sulit. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk mencatat kejadian-kejadian yang terjadi hari itu. Tapi, saat aku sampai di tulisan lagu aneh yang ku dengar tiba-tiba saat sedang breafing tadi, aku mendengar seseorang mengetuk pintu kamar yang aku tempati bersama ana, nina dan dua orang lainnya.

Aku merasa tidak perlu untuk membukakan pintu itu karena aku berpikir bahwa itu hanyalah gangguan yang biasa di alami orang baru yang menempati rumah lama yang misitis seperti itu sampai pada akhirnya aku mendengar suara raka memanggilku.

Aku belum pernah mendengar sesuatu yang seperti itu, tentu saja aku tahu jika suara itu bukanlah dari raka melainkan dari mereka yang tak hidup. Aku-pun memutuskan untuk mengikuti kemauan dia yang memanggilku karena mungkin dengan begitu aku bisa mengetahui apa yang terjadi di balik ini semua.

Aku melangkah perlahan-lahan ke luar kamar. Aku tidak ingin ada yang mengetahui kepergianku karena aku tidak bisa menjamin apapun jika sampai ada yang mengikutiku.

Suara itu menghilang seketika aku membuka pintu kamar. Lalu kembali terdengar di ujung lorong kamar kami yang menuju ke sebuah ruangan. Aku tidak tahu ruangan apa yang ada di ujung lorong itu karena sebelumnya pak yoga sudah memperingatkan untuk tidak berkeliaran ke sembarang tempat. Meski ada 20 kamar namun, kami hanya memakai 17 kamar dan sisanya aku tidak tahu. Mungkin karena menyimpan barang berharga makanya tidak bisa kami gunakan atau mungkin karena alasan yang lain.

Awalnya aku ragu untuk tetap melangkah atau berhenti dan kembali ke kamarku tapi aku berpikir jika aku tidak mengikuti suara itu bagaimana aku bisa tahu siapa dia dan apa maunya. Akhirnya aku ber doa dan berharap semoga apa yang ku lakukan itu tidak akan menimbulkan masalah apapun.

Aku berjalan menuju ujung lorong menghampiri ruangan itu. Pintunya terbuat dari kayu seperti pintu yang lain. Hanya saja, pintu kamar yang satu ini terdapat ukiran wayang dan beberapa bunga yang cantik. Mungkin dulunya pemilik rumah ini adalah orang java keturunan ningrat, fikirku. Saat itulah, aku teringat yang dikatakan mbak sri, pertama kali aku bertemu dengannya, dia sempat menyebutkan sebuah nama, ndoro laras. Iya, nama yang sri sebutkan beberapa waktu lalu adalah laras. Siapa itu laras?

Tak lama kemudian, aku memberanikan diri untuk membuka pintu kamar itu. Meski tahu jika itu dilarang, namun aku tetap membukanya. Saat aku membuka pintu kamar itu terdengar suara deritan pintu.seperti suara pintu yang sudah sangat tua dan tidak pernah di buka lagi. Saat aku melangkah masuk kedalam kamar itu dan kembali menutup pintu kamar itu aku mulai bertanya tanya lagi.

"jika benar ruangan ini terlarang, harusnya terkunci. Harusnya aku gak bisa masuk ke sini... tapi kenapa justru tidak terkunci, seakan akan memang menunggu seseorang untuk membukanya"

Saat aku berada di dalam kamar itu, udaranya sangat dingin bukannya pengap. Biasanya, untuk ruangan yang tidak pernah di gunakan akan terasa pengap karena ada banyak debu dan sirkulasi udaranya tidak baik.tapi, kamar itu tidak. Seakan-akan, kamar itu sangat terjaga kebersihannya. Bahkan saat aku memegang barang demi barang unik yang terpajang di atas meja kamar yang terletak tak jauh dari pintu aku tak merasakan debu sedikitpun. Aku tidak bisa melihat dengan jelas apa saja isi dari kamar itu karena sangat gelap. Hanya cahaya bulan yang membantu penglihatanku dan sialnya aku lupa untuk membawa handphone.

Perlahan-lahan udaranya mulai berubah menjadi hangat. Sangat aneh, karena jendela kamar itu terbuka dengan sangat lebar dan angin terus menerus masuk ke dalam kamar sampai menerbangkan gorden jendela, seharusnya dalam kondisi seperti itu aku merasa kedinginan tapi justru sebaliknya aku merasa hangat dan nyaman di sana. Saat aku mendekati jendela kamar itu, aku dapat melihat dengan jelas kolam renang yang sebelumnya sudah aku lihat dari awal aku datang. Dari kamar itu aku juga bisa melihat taman dan halaman yang luas, seakan-akan dulu pemilik kamar itu memang senang mengamati keadaan rumahnya melalui jendela kamarnya. Saat aku sedang memperhatikan sekeliling halaman rumah tiba-tiba, terdengar suara pintu lemari terbuka dengan sangat perlahan-lahan namun memekakan telinga. Aku perlahan-lahan melangkah meninggalkan pemandangan dari jendela menuju arah suara itu. Aku tidak bisa melihat dimana posisi lemari itu, karena cahaya bulan tidak menyinari seluruh bagian kamar itu. Aku berjalan dengan mengandalkan pendengaranku, kamar itu sangat luas, membuatku kesulitan menemukan posisi lemari itu. Tiba-tiba saat aku sedang meraba-raba, aku merasakan sesuatu yang berbeda. Lembut,hangat dan sepertinya aku tahu apa yang tak sengaja aku pegang itu. Sebuah tangan. Namun, pertanyaannya adalah tangan siapa itu. Dengan mengumpulkan keberanian aku bertanya

"aku tidak bermaksud untuk masuk tanpa izin. Namun, ada sesuatu yang membawaku ke sini. Jadi, jika sesuatu itu adalah kamu, bisakah kamu menampakan wujudmu. Aku hanya ingin menanyakan beberapa hal padamu. Aku tidak ada niatan buruk padamu ataupun pada siapapun.jadi tolong, jika memang kamu yang membawaku kesini bisakah kamu menjelaskan kenapa? Dan apa yang sebenarnya ingin kamu sampaikan?"

Tiba-tiba, terdengar suara guntur yang sangat keras. Dan kelip demi kelip cahaya dari langit membuatku mulai takut. Tak lama kemudian hujan turun dengan derasnya.

"saya....kamu...."

Aku terkejut dengan apa yang aku dengar dari sosok yang tak terlihat itu. Apa maksud dari perkataannya yang singkat itu.

"apa kamu yang bernama laras?" tanyaku dengan mendekat perlahan-lahan.

"heh...kamu....tidak akan tahu....kecuali...." tiba-tiba dia berhenti di tengah-tengah kata-katanya.

"kecuali apa...?"tanyaku semakin penasaran.

"kecuali...kamu sadar...dan berani..." jawabnya.

Semua yang dikatakan sosok itu hanya membuatku semakin kebingungan. Bukannya mendapat jawaban, aku justru seperti sedang mengumpulkan puzle demi puzle. Tiba-tiba, ada tangan yang menepuk bahuku. Akupun langsung membalikan badanku. Namun,aku tidak bisa melihat siapapun. Lalu, lagi-lagi dari arah belakang sosok itu menepuk bahuku lagi. Akupun kembali membalikan badanku. Namun, saat itu aku hanya bisa terdiam. Aku seakan akan terhipnotis saat aku melihat ada sebuah bingkai besar dengan lukisan wanita cantik didalamnya. Benar-benar sangat cantik. Kulitnya sangat putih seperti bukan keturunan orang dalam negri apalagi orang java. Wajahnya terlihat seperti keturunan belandia. Namun rambutnya keriting dan berwarna hitam.matanya sangat indah, biru ke ungu-unguan. Dia sangat cantik. Dengan balutan gaun merah berenda putih, sosok dalam lukisan itu nampak sangat anggun, apalagi ada sebuah kalung berbentuk hati yang menghiasi lehernya. Dia benar-benar sangat cantik dan anggun.

Tiba-tiba, aku mendengar bisikan. Telingaku terasa panas, namun aku menahannya.

"cobalah untuk menerima... dan memahami....kamu...., aku.....menunggu...." hanya itu yang dikatakannya. Namun,dia tidak pergi begitu saja, tiba-tiba aku merasa kesakitan di lengan bagian kiriku. Aku merasa panas dan perih. Saat aku pegang lenganku, aku merasa ada sesuatu yang cair dan berbau seperti darah. Aku berjalan menuju jendela dan melihat apa yang membasahi tanganku. Benar, itu adalah darah. Ada sebuah gigitan di lengan kiriku. Tiba-tiba, aku melihat sesuatu yang tak seharusnya aku lihat. Dari jendela itu, aku melihat seorang laki-laki sedang menarik sebuah tali yang sangat panjang, saat aku perhatikan terus menerus, ternyata laki-laki itu tidak sedang sekedar menarik sesuatu. Dia sedang menarik seorang perempuan dengan tali di lehernya. Perempuan itu seperti sedang berusaha untuk melepaskan tali yang melekat di lehernya. Tiba-tiba matanya tertuju padaku, dari tatapannya, seakan-akan dia berkata padaku untuk menolongnya. Saat aku mau turun dan menolongnya tiba-tiba sosok mengerikan mengagetkanku sampai kakiku berjalan mundur dengan sendirinya dan ahirnya membuatku tersandung kayu jendela dan ahirnya aku kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

Aku berteriak sekeras-kerasnya, lalu...

"yu...ayu... bangun...." ana dan nina berteriak sambil menggoyang-goyangkan badanku yang ternyata terbaring di atas kasur.

"aku...kenapa? kenapa semua orang ada disini?" tanyaku kebingungan, saat melihat semua orang berada di sana.

"kamu itu gak sadar apa yang terjadi?" tanya ana dengan khawatir.

Aku hanya menggelengkan kepalaku.

"kamu itu barusan kayak orang kerasukan yu, badanmu kejang-kejang..terus matamu cuman melotot keatas... terus..."

"udah na... jangan di lanjutkan..."ucap raka menghentikan ana yang menceritakan apa yang terjadi.

Aku kebingungan dengan situasi malam itu. Sangat-sangat kebingungan. Apa benar aku hanya berada diatas ranjangku. Apa yang aku alami saat itu apa benar hanya mimpi. Namun itu semua terasa nyata.

Terima kasih buat kalian semua yang sudah membaca cerita ini. untuk membaca ceritaku yang lainnya kalian bisa menemukanku di NovelMe dengan nama pena"ainunchochopie" dengan 5 judul buku baru yang tentunya akan menemani hari kalian. Terima kasih

https://share.novelme.id/starShare.html?novelId=25060&chapterId=586410


Load failed, please RETRY

Un nouveau chapitre arrive bientôt Écrire un avis

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C4
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous