Di meja makan.
Keluarga tujuh orang (Bernice masih tidur) duduk di meja panjang, dengan masing-masing dari mereka memegang sendok dan garpu.
Samael duduk di ujung meja, diikuti di sisi kanan adalah Laelia, lalu Lily dan Aura.
Sisi kiri adalah Kalika, diikuti oleh Atira dan Giselle.
Posisi ini memudahkan si kecil untuk dibantu oleh dua Ibu mereka saat makan, tapi sebenarnya mereka tidak perlu bantuan Laelia ataupun Atira hanya untuk makan.
Pasalnya, mereka sudah bisa makan sendiri dengan tangan dan sendok mereka~
Baik itu Lily, Aura, dan Giselle, meskipun mereka masih berumur tidak kurang dari satu tahun setengah, tapi mereka memang tumbuh lebih cepat dari anak-anak yang lain.
Bukan pada perkembangan tubuh, tapi pada perkembangan otak. Bisa dibilang, mereka lebih sigap, tanggap, dan lebih peka dibanding anak-anak di usia mereka yang sekarang.
"Ngomong-ngomong, tadi kalian mengambil cemilan atas saran Papa bukan? Dimana sekarang itu?"
"Giku..." x3
Gerakan ketiga gadis kecil itu menjadi kaku, dan mereka tidak berani menatap mata Atira yang mengamati mereka.
Kalika masih tertawa kecil melihat ini, "Jangan khawatir Atira, aku sudah menyimpannya. Setelah makan siang, kalian bisa makan cemilan itu, tapi jangan banyak-banyak, terutama permen, paham?"
Lily: "Horey! Mama Lika yang terbaik!"
Aura: "Um, Aura paham!"
Giselle: "Lihat Mama? Mama Kalika tidak terlalu ketat tahu?"
Jika Lily berteriak senang seperti gadis kecil seusianya, maka Aura sangat tenang dan menjawab dengan pelan, sementara Giselle malah menatap ibunya, Atira dengan pandangan tidak puas.
Atira menepuk dahinya atas kelakuan ketiga putrinya ini.
Terutama putri kandungnya sendiri. Entah kenapa dia merasa bahwa sifatnya akan sangat dingin dan ketat nanti ketika dewasa....
Bahkan dia sudah berperilaku seperti wanita dewasa di usia ini, dan dia sudah berani mendidiknya, ibunya sendiri ?!
Sepertinya dia perlu dihukum sedikit lebih keras lagi kan?
Nmmm, sebenarnya, sifat Giselle menjadi seperti ini karena ulah Lily dan Aura yang tidak terlihat seperti seorang Kakak Perempuan.
Jadi entah bagaimana, malah Giselle lah yang terlihat seperti Kakak Perempuan bagi mereka...Perannya terbalik!
Laelia hanya tersenyum, "Baiklah Atira, jangan menyalahkan mereka. Mereka masih kecil, jangan terlalu keras."
"Itu benar, manjakan saja mereka sedikit~"
"Aku tidak ingin mendengar itu darimu, Samael/Sayang/Papa." x3
Samael langsung diam. Dia bahkan mulai berpikir, apakah dia memang terlalu memanjakan ketiganya?
Paling banyak...dia hanya membeli sebuah pabrik boneka hanya untuk membuat Lily dan Aura berenang di lautan boneka pada saat ulang tahunnya.
Lalu untuk ulang tahun Giselle, dia hanya memberikannya sebuah rumah khusus berisi alat lengkap melukis dari yang model lama sampai yang terbaru, ditambah beberapa lahan kosong yang diisi lusinan dinding kosong untuk membuat area melukis yang pas untuk latihan Giselle.
Ahhh, dia juga menyewa beberapa tutor pelukis handal di setiap genre khusus melukis untuk Giselle yang harga bayaran sebulannya mencapai ratusan ribu dolar....
....Apanya yang berlebihan?
Melihat wajah kebingungan Samael, ketiga wanita disana hanya bisa menghela nafas lelah.
Orang itu masih tidak sadar bahwa apa yang dia lakukan sudah melampaui kategori berlebihan!
Pada akhirnya tidak ada yang mengungkit masalah itu lagi, dan makan siang dilanjutkan dengan sangat meriah.
Setelah makan siang, Samael dengan tiga gadis kecilnya duduk di sofa sambil menonton acara TV anak-anak.
Ding Dong!
"Akan kubuka!~"
Lily langsung meloncat pergi menuju pintu ketika mendengar suara bel pintu rumah yang berbunyi.
Ketika itu dibuka, wajah Lily yang sudah cerah menjadi lebih cerah lagi!
Puk..
Dia memeluk sosok di depannya, dan berteriak renyah: "Kakak Sha!"
Alisha yang terlihat menjadi sedikit dewasa setelah setahun time skip disana langsung berjongkok dan menggosok pipi Lily menggunakan pipinya.
"Lihat siapa keponakanku yang imut ini? Hm? Hmmm?"
"Hehehe..."
Setelah itu Lily dilepaskan, dan ketika melihat kebelakang Alisha, dia tidak melihat sosok lainnya.
Jadi dia mengangkat kepalanya untuk bertanya sambil mengangkat tangannya, "Ne Ne! Kakak Sha, dimana yang lain? Yang lain tidak datang?"
"Ahhh, mereka sedikit terlambat~ Sampai saat itu, Lily akan menjadi boneka Kakak, boleh?"
"Woooo..."
Lily dibenamkan langsung ke payudara Alisha ketika menggendongnya.
Keduanya masuk ke rumah, dan ketika sampai, Alisha melemparkan tas tangan kepada Samael disana.
Dengan dengusan kesal dia berkata, "Lihat ini, kau benar-benar santai bukan, setelah apa yang kau lakukan kemarin?"
"Ahhh, ayolah....kau masih dendam pada masalah kemarin?" Samael menguap malas saat menggaruk badannya malas.
Alisha menjadi semakin tidak puas ketika duduk di sofa lainnya, "Aku dendam kepadamu sejak lama, bukan hanya karena masalah kemarin saja!"
"Oke Oke, tapi jangan sampai kau jatuh cinta kepadaku nanti. Dan jangan sampai tiba-tiba kau menangis untuk menjadi wanitaku, kay?"
"Puih Puih! Bahkan babi lebih baik darimu!" Alisha mengatakannya dengan nada jijik.
Tapi melihat wajah malu yang kecil di sudut pipinya, Samael hanya tertawa terbahak-bahak ketika menyerahkan barang bawaan Alisha tadi ke Aura.
Aura membukanya, dan isinya adalah beberapa cemilan coklat yang langsung dia sembunyikan dengan sigap ketika melihat sekeliling dengan panik.
Giselle menjulurkan kepalanya ke sisi Aura, lalu seolah dia paham, keduanya mengangguk dan pergi ke atas menuju kamar mereka untuk menyembunyikan cemilan ini~
Melihat kelakuan mereka, bahkan Alisha tidak bisa menahan senyumannya.
"Ahhh, mereka benar-benar..."
Samael: "Yup, itulah putriku, mempesona kan? Muahahahahaha..."