Selagi Samael memikirkan ini, dering ponsel bisa di dengar dari atas meja. Itu panggilan dari ponsel Laelia.
Laelia langsung mengambilnya, kemudian dia mengangkat alisnya: "Atira? Apakah ada masalah dengan suaminya?"
Mendengar ini, Samael langsung merasa kalau telinganya terangkat!
Suami Atira adalah pria yang dia dan Har pukuli habis-habisan waktu itu. Bahkan keduanya masih berencana untuk membongkar keburukan orang itu kepada Atira...
Jadi wajar jika Samael tertarik dengan masalah Atira sekarang.
Laelia sendiri sudah menerima panggilan itu dan menyapa, "Halo~ Apa kabar, Atira?"
"Eh? Yaa~ Tidak, tidak apa-apa, aku sedang bersantai di rumah kok~ Tidak menganggu, benar-benar tidak menganggu~"
"Ya, hmmm....begitu.... Apakah aku perlu kesana?"
"Tidak kok, tidak ada masalah. Samael kebetulan libur sekarang, jadi aku bisa kesana kapan saja~"
"Hehe, untuk apa kau minta maaf? Bukankah kita teman~ Ya, ya...Hm, aku tahu, aku tahu~ Tunggu saja aku kesana, oke?"
"....Heeee, ya, baiklah. Dimengerti~ Kalau begitu tunggu, kami akan memesan kereta agar lebih cepat."
"Sampai jumpa~"
Tut...
Laelia menutup panggilan dan kemudian kembali bermalasan ke pelukan Samael yang penasaran.
"Itu Atira...Dia berkata bahwa suaminya sudah siuman beberapa jam yang lalu."
"Benar saja, itu dia...kah." Samael tersenyum sempit dan itu sangat licik saat akhirnya dia mengatakan: "Jadi kau memutuskan untuk kesana?"
"Ya, aku juga agak merindukannya. Selain itu ada kau disini, kurasa tidak ada salahnya kesana bukan? Jika, jika kau tidak setuju, aku akan membatalkannya..."
Samael mengelus pipi halus Laelia dengan tangan kasarnya saat tersenyum lembut: "Kau sudah berjanji pada Atira, dan itu buruk jika mengingkari janji bukan?"
"Tidak masalah, aku akan menemanimu. Naik kereta kan? Aku akan mempersiapkan jemputan disana....Mungkin Har juga ada disana sekarang, mengingat banyak wanitanya ada di kota itu."
Samael mengelus dagunya dan akhirnya mengangguk, lalu menelpon Har sembari dia berkata pada Laelia:
"Kau bersiap-siap saja, lagipula wanita selalu lama saat bersiap-siap."
Laelia mencubit paha Samael tidak puas mendengar itu, lalu dia berdiri sambil mendengus saat pergi ke kemarnya untuk berganti pakaian.
Samael hanya menggelengkan kepalanya, dan kebetulan panggilan kepada Har sudah tersambung pada saat ini.
"Yo, kau dimana sekarang?"
"California, ada sedikit acara bisnis disini. Ada apa, meskipun aku sibuk, jika kau butuh bantuan, aku bisa membantumu."
Mendengar ini, Samael sedikit senang. Sepertinya Har ini masihlah seorang teman yang baik?
Tapi Har segera berkata: "Lagipula jika aku bersamamu, entah bagaimana rasanya akan selalu ada banyak wanita yang berkurumun dan aku bisa dapat imbasnya. Katakanlah, jangan sungkan! Tapi lain kali kau harus ikut aku ke pantai atau toko dansa sebagai balasannya!"
".....Bajingan, kembalikan rasa haruku memilikimu sebagai teman!" jawab Samael dengan wajah hitam.
Dia tanpa sadar melupakan bahwa dia dan Har sebenarnya satu sisi koin yang sama!
Bagaimana bisa orang seperti ini bisa menjadi sangat baik tanpa ada masalah di otaknya yang penuh akan wanita, uang, dan kuasa?
Har di sisi sana hanya tertawa, dan beberapa orang di ruangan sana hanya diam dan tidak berani bersuara.
Melihat ini, Har hanya melirik mereka lalu berpikir dalam hatinya: ""Lagipula mereka hanyalah peduli pada status dan uangku, berbeda denganmu yang bisa diajak sebagai teman bajingan biasa, Samael.""
Kemudian dia memutar kursinya, menaikkan kakinya ke atas kaki lainnya saat bertanya: "Sudahlah, katakan saja. Minggu ini adalah hari bahagiaku karena sudah terlepas dari jeratan Keluarga Lucy itu~"
"Oh? Sudah selesai? Aku tidak memperhatikan sisi sana karena aku sangat Lovey Dovey dengan istriku selama tiga hari ini."
Har mendengus jijik mendengarnya, "Lovey Dovey menjijikkan, tapi lupakan saja. Intinya, Keluarga Lucy benar-benar dirombak habis-habisan pada saat itu. Lucy memenjarakan semua kerabatnya yang merugikannya tanpa ampun, dan hanya Ayahnya yang dia ampuni."
"Tapi siapa sangka orang bodoh ini malah membuat masalah dengan Paman Lucy, dan keduanya berakhir dengan saling bunuh."
"Oy oy oy, ini drama sinetron mana? Apakah ada yang meninggal?" Samael terlihat "terkejut" mendengar kejadian ini.
Har hanya mengangkat bahunya malas dan menjawab dengan polos, "Ohhh, begitulah mereka. Adapun siapa yang meninggal, kurasa ada seseorang yang perlu meminta pertanggung jawaban mengenai masalah pengeboman vila di jalan 54 titik C, dekat perumahan Paman Lucy."
"Ohhhh, bahkan ada ledakan? Memang benar, seni selalu diiringi ledakan bukan?"
Samael juga menjawab dengan polos, "Tapi apa hubungan ini denganku? Intinya aku hanya membantu Lucy, dan sekarang, semua kekuasaan keluarga ada di tangan Lucy bukan? Bukankah ini hal yang bagus?"
"Ya Ya, kau benar. Kau "hanya" membantu Lucy. Kerja bagus~ Beri kau tepuk tangan sekarang."
Keduanya berbicara dengan "sangat, sangat polos" seolah jika ada seseorang yang bertanya, keduanya hanya akan memiringkan kepalanya bingung dan berkata "Itu bukan salahku." atau "Tanganku sangat bersih."
Akhirnya Har memutar kembali kursinya dan berhenti tepat dimana lusinan orang memandangnya dengan sedikit ketakutan.
Mereka tidak tahu apa yang dilakukan Har pada saat ini, tapi mendengar pembicaraannya dengan seseorang di ponsel itu....
Mereka hanya bisa tutup telinga dan tersenyum professional!
Har mengangguk melihat ini, lalu bertanya pada Samael: "Jadi ada apa kau memanggilku? Ingin mengajakku ke toko bugil?"
"Pikiranmu terlalu jauh bangsat...." Samael mengelus pelipisnya, "Kau ingat pria yang kita pukuli dan dibuang ke tempat sampah?"
"Hm?....Ahhh, aku ingat, pria itu....Ada apa? Mungkinkah....Dia, sadar?"
Sebuah senyuman busuk merayap di wajah tampan Har, dan Samael yang menggoyang-goyangkan kakinya di atas kaki lainnya disana juga menyembunyikan senyuman hitam di sudut mulutnya.
Dia bahkan berkata, "Ya, dia sadar. Jadi, rencana kita sudah bisa dimulai....tahu?"
"Hmhmhmhm...."
Har menahan tawanya saat satu tangannya menutupi wajahnya, seluruh tubuhnya bergetar, tapi kedua matanya bergetar yang terlihat sangat bersemangat!
Dia menundukkan kepalanya dan berkata dengan dingin, "Jangan khawatir, aku juga terlanjur terlibat karenamu. Akan kubantu kau sampai saat kedua tangan ini benar-benar bersih...."
"Nah, itulah yang ingin kudengar. Akan kututup panggilannya kalau begitu."
"Naahh, tunggu sebentar bajingan."
"Ada apa, bajingan?"
Har berkata dengan cepat, "Tidak, aku hanya ingin mengatakan "Hati-hati dengan wanita di rumah sakit itu, kebanyakan dari mereka adalah wanitaku".... Apakah kau paham?"
Tut....
Samael merasa pelipisnya berdenyut-denyut tak ada hentinya saat berbisik: "Hantu kau pikir aku akan bermain dengan mainan bekasmu?"
"Aku benar-benar pria yang bersih, bukan begitu, pemirsa?"