"Madam."
Raphael langsung memberikan sambutan sopan pada Helina yang tiba-tiba masuk ke ruangan ini melalui gerbang emas khusus miliknya di Surga.
Tidak mungkin Samael tidak memberinya hak khusus ini bukan?
Tapi saat ini, Tracy merasa terkejut dengan kemunculan Helina serta penghormatan yang dilakukan oleh Raphael padanya.
"Jadi begitu, kalian menargetkanku?"
"Apa maksudmu? Maksudmu Raphael yang mengerjaimu kalau kau sudah mati? Kau masih hidup oke! Tapi tempat ini benar-benar Surga."
Tracy mengerutkan keningnya mendengar ini, lalu bertanya: "Lupakan masalah itu dulu, Helina, kenapa kau ingin membantuku?"
Helina duduk di balok itu dan berkata, "Apakah ada alasan untuk menyelamatkan seseorang? Aku bukanlah wanita berhati dingin, Vinka."
"Selain itu, aku juga seorang wanita dan masih sedikit tahu tentang kesakitan yang alami meskipun aku tidak merasakannya secara langsung."
"Jika aku mengambil kata-kata Samael, maka 'Semua Wanita memiliki rasa emosional yang sama' atau itulah yang kudengar beberapa bulan yang lalu."
Tracy terdiam sejenak sebelum akhirnya dia mengelus bagian perutnya yang tidak terlihat sedikitpun bekas jahitan dari operasi yang dilakukan oleh Raphael.
"Keluarga kalian malaikat."
"Tidak, keluarga kami hanyalah manusia biasa Vinka." Helina menggelengkan kepalanya, "Hanya putraku, bisa kau sebut sebagai inkarnasi Michael yang kau tahu."
"...."
Tracy tidak mengerti apakah dia harus menunjukkan wajah terkejut atau wajah meragukan kali ini.
Bagaimanapun sosok Raphael sendiri sudah menggoyahkan tiga pandangannya terhadap Dunia yang sangat dia kenali ini sebelumnya.
"Karena kau sudah tahu identitasku, apakah kau tidak takut? Meskipun bisa dibilang ini adalah kegagalan paling menyedihkan dalam karirku, tapi aku mendapat info besar darimu saat ini!"
"Maka beberkanlah." kata Helina dengan tenang.
"Pertama, kau tidak bisa keluar dari Dunia ini tanpa persetujuanku atau tanpa persetujuan putraku. Dengan ini saja, rahasia yang kau tahu tidak akan keluar....benar?" Helina mengangkat jari telunjuknya dan mengatakan ini.
"Kedua, bahkan jika kau bebas, kau tidak akan berani membeberkan masalah ini kepada atasanmu. Itu tidak mungkin, karena semakin besar rahasia yang manusia tahu, maka akan semakin sulit bagi mereka untuk membeberkannya."
"Selain itu, kau tidak tahu keseluruhan kekuatan dari Surga ini.... Jika kau tahu, maka semakin tidak mungkin kau membeberkan berita ini."
"Ketiga, bahkan jika kau berhasil membeberkan berita ini, apakah mereka percaya adalah satu hal....."
"Aku tahu, jangan kau lanjutkan. Intinya sudah aku ketahui." Tracy segera mengangkat tangannya dan menghentikan kata-kata Helina.
Helina tutup mulut dan tersenyum pada Tracy yang saat ini sedang mengusap pelipisnya dengan mengernyitkan dahinya.
Samael adalah inkarnasi Michael? Pemimpin Malaikat di Surga?
Dua hal ini, pastinya bukan lagi ranah manusia super!
Seperti yang dikatakan Helina, bahkan jika dia tahu berita ini, itu sama saja dengan menambah beban di hatinya.
Sebagian rahasia terkadang lebih baik dibiarkan tetap sebagai rahasia, dan tentu saja bagian ini adalah hal yang harus tetap dirahasiakan oleh Tracy!
Selain itu, apakah mungkin mereka akan membiarkannya, orang luar yang tahu rahasianya akan pergi dengan mudah?
Lupakan Helina, Samael tidak akan memilih untuk membiarkannya pergi dengan mudah!
Pada akhirnya, Tracy menghela nafas dan tersenyum pahit: "Sepertinya beban hidupku bukan hanya menghilang, namun bertambah lebih berat?"
"Ahhh~, aku lebih suka bom itu ada di tubuhku ketimbang aku mengetahui rahasia ini..."
----------
Kembali ke sisi Samael.
Melihat waktu di jam tangannya, Samael tidak menduga bahwa hari sudah memasuki waktu makan siang.
"Kalian ingin makan? Aku traktir."
Baik Mary, Agnes, ataupun Gabriel menganggukkan kepala mereka menyetujui permintaan Samael.
Setelah itu keempatnya keluar, pergi memasuki mobil masing-masing, dan segera menuju restoran yang tidak jauh dari sana.
Memasuki restoran, meja-meja di ruangan itu masih lumayan sepi, dan keempat orang itu duduk melingkar di salah satu meja disana.
Setelah memesan makanan disana, mereka menunggu sejenak sebelum akhirnya pintu terbuka dan menampakkan dua sosok disana.
Salah satunya adalah seorang pria dengan pakaian kasual, namun Samael masih tahu harga baju kasual itu mahal terutama jam tangan yang ada di tangannya.
Wajahnya bisa dibilang tampan dengan senyuman menyegarkan di wajahnya, namun anehnya garis rambutnya menunjukkan sedikit warna putih.
Mungkin faktor usia atau bisa juga karena faktor stres pekerjaan.
Di sisi lain, wanita di sisinya memakai pakaian yang lumayan trendi dan memukau, ditambah dengan rambut kecoklatannya yang di pintal membentuk kepang tunggal besar dibelakang dengan sedikit helai rambutnya ada di depan wajahnya.
Wajahnya diperjelas dengan make up sederhana dan simpel, terutama dengan kacamata kasual itu menambah sedikit kesan muda padanya.
Melihat tatapan Samael, Mary tidak bisa menahan diri untuk mencubit pinggangnya dan mendengus padanya.
Samael hanya tertawa kecil, "Apa, cemburu hanya dengan hal ini?"
"Tidak, hanya saja firasatku mengatakan bahwa wanita itu juga mengenalmu." Mary mengatakan ini dengan kerutan di alisnya.
Samael hanya bisa mengangguk mendengarnya, bahkan dia sendiri merasa mengenal wanita disamping pria tadi.
Tapi...siapa?
Saat Samael menoleh sekali lagi kepada pasangan itu yang sudah duduk, tanpa sengaja mata Samael melihat kedipan mata nakal dari wanita itu!
Ini membuatnya sedikit terkejut, sekaligus bingung.
Apakah dia benar-benar mengenalnya? Atau mungkin salah satu dari ratusan juta wanita yang memang rakus akan tubuhnya?
'May, tolong bantuannya...'
"Kakak, itu...Bagaimana mengatakannya, May juga agak kesulitan saat ini." kata May dengan senyuman pahit di wajahnya.
Melihat ini Samael sedikit terkejut, tapi yang pasti dia tahu bahwa ini kemungkinan besar adalah salah satu orang yang dia kenal!
Masalahnya, siapa?
"Kakak masih ingat wanita terakhir itu?" kata May.
Samael mengangguk, dan akhirnya tersadar!
"Tidak mungkin! Selingkuhanku? Anne Hathaway?!"