"Hah?! Malaikat sialan apa yang kau bicarakan?! Apa kau mengalami halusinasi saat melihat burung dan mengira itu malaikat?!"
Sayangnya kata-kata pria gendut itu tidak dijawab oleh sang pilot dan matanya terus memancarkan sedikit rasa fanatik sekaligus ketakutan akan hal yang tidak bisa dia pahami didepannya ini....
Pada akhirnya, karena pilot ini menjadi seperti itu, pesawat kecil itu langsung menukik kebawah dengan kecepatan yang sangat cepat!
Diiiiiii....Diiiiiii....
Suara alarm terdengar dan alarm merah langsung menyelimuti seluruh ruangan pesawat itu, dan menyebabkan teriakan keras dari pria gendut itu!
"Sialan! Mati! Aku akan mati !!!! Kenapa hidupku sangat sial? Ohhhh—!!!!!!"
Boooooom!.....
Ledakan besar terjadi dan air langsung meledak ke udara sejauh lima meter dengan diameter lima belas meter!
Hasil dari ini sudah dipastikan akan menyebabkan kematian bagi orang-orang di dalam pesawat kecil itu....
Tapi setelah menunggu beberapa menit, gelembung kecil terlihat di permukaan air yang sudah tenang saat ini. Sampai akhirnya sebuah kepala muncul dari dalam laut!
"Puah! Hah Hah Hah Hah Hah....Aku, masih, Aku masih, hidup...Nnggghh...Sial! Jika aku tahu jadi seperti ini, aku akan menguruskan tubuhku !!!"
Ajaibnya, pria gendut itu selamat! Dan saat ini dia tengah mengapung di lautan biru tak berujung sembari memegang beberapa bagian dari bangkai pesawat untuk terus mengambang dan menghemat tenaga!
Tapi saat ini, pria itu menyadari keanehan!
Melihat sekeliling, dia masih melihat cahaya emas yang terlihat lembut dan saleh menyebar ke seluruh lautan!
Saat dia mengangkat kepalanya, wajahnya terlihat kaku, mata dan lubang hidungnya melebar sembari mengeluarkan nafas panas, dan tubuhnya gemetar.
Di langit, dia melihat ratusan sosok sempurna, baik itu laki-laki ataupun perempuan. Yang paling penting, dia melihat bahwa mereka semua memiliki sayap dibelakang punggung mereka dan halo emas di atas kepala mereka semua!
Satu kata melintas, Malaikat !!!
Peia itu menelan air liurnya, dan bergumam: "Tuhan...Apakah, kau mengasihaniku sebelum aku mati?"
"Ohhh, padahal aku sudah melakukan banyak hal buruk. Tuhan, kau ternyata masih baik padaku?" kata pria gendut itu dengan terharu!
"Mengasihanimu? Kau, masih layakkah dikasihani?" suara itu terdengar sedikit menakutkan di telinga pria gendut tadi!
Suara itu sangat datar dan tanpa emosi seolah suara itu tidak berbicara dengannya, melainkan suara yang menandakan sesuatu yang sangat merendahkan.
Dan disana, terlihat sosok Seraphina yang terbungkus api emas yang indah disekitarnya sedang menatap Pria gendut tadi dengan sangat merendahkan.
Tidak seperti saudarinya yang lain, Seraphina tidak keberatan mengucurkan darah jika itu demi menjalankan perintah Samael!
Jangan lupa, tidak semua malaikat memiliki dasar hati yang baik, bahkan ada beberapa malaikat yang bertugas untuk mencabut nyawa seseorang jika sudah waktunya bukan?
Dan saat ini, dia sudah bersiap untuk mengadili pria dibawah itu dengan tangannya sendiri!
Orang itu tidak lain tidak bukan adalah otak sesungguhnya dari hal pembajakan mobil Helina dan dalang pemikiran untuk menyandera Helina untuk tawar menawar dengan Samael !!!
"Apa kau, malaikat?"
"Benar."
"Apa salahku?"
"Menyentuh sesuatu yang seharusnya tidak kau sentuh, dan hal itu menyulut kemarahan keinginan Milord kami padamu."
"Milord, Milord....Siapa Milord itu! Aku hanya ingin...." Mata pria itu langsung membelak dan berkata, "Kau, tidak mungkin! Tidak mungkin! Yang kutargetkan hanyalah ibu bajingan itu yang mengambil semuanya dariku!"
"Tidak mungkin! Tidak mungkin! Tidak mungkin! Tidak mungkin! Tidak mungkin! Tidak mungkin Samael adalah Milord di dalam mulutmu !!!!"
Sayangnya Seraphina tidak peduli dengan perkataan pria itu, dan dia langsung mengulurkan tangan putihnya kesamping.
Api emas keluar dari kekosongan dan langsung membentuk sebuah pedang api besar disana yang langsung dia angkat ke atas kepalanya.
Boooom!
Letusan api emas berbentuk pedang terpancar ke atas sejauh ratusan meter dengan cepat dan terus membesar hingga menembus awan!
Menatap ke arah pria itu, Sephira berkata: "Ada kata terakhir?"
Pria itu membuka dan menutup mulutnya beberapa kali dengan pemandangan diluar akal sehatnya ini.
Sampai akhirnya dia menatap Sephira dengan keras dan berteriak, "You Fuc**ng B**h !!!!!"
Wooosh.....Byuuuuuuuuur !!!!.....
Tebasan sejauh puluhan kilometer terbentuk dan membelah lautan dengan sekali tebas dibawah teriakan nyaring pria tadi sebelum akhirnya meninggal dibawah tebasan tadi!
Tebasan tadi terus bergerak kedepan dan akhirnya jurang di lautan perlahan tapi pasti terisi kembali sedikit demi sedikit.
Melihat ini, Sephira berbalik dan berkata: "Kembalilah, perintah sudah dilaksanakan."
"Dimengerti, Sephira yang Agung!"
....
Di sisi lain, di sebuah ruangan yang didominasi oleh warna merah dan putih dengan sedikit bercak emas.
Lilin-lilin disana menerangi ruangan gelap itu, dan jelas terlihat ada berbagai pernak-pernik yang sangat dikenal semua orang.
Seperti....salib.
Di bagian depan tengah ruangan itu, terlihat pula sebuah patung yang sangat akrab bagi siapapun, dan dibawah sana, terlihat sesosok yang berlutut setengah kaki di bagian bawah patung tersebut dengan kedua tangannya tergenggam erat bersamaan didepan kepalanya yang tertunduk.
Satu detik, dua detik, tiga detik....
Akhirnya, sosok itu menyudahi hal yang dia lakukan tadi, mengambil tongkat disampingnya, dan berdiri dengan bantuan tongkat sepanjang dua meter itu.
Saat dia berbalik, dapat dilihat sosok pria tua yang keriput dengan mata keruh, tapi saat berikutnya, matanya tersinari dengan sedikit warna emas selama beberapa detik !!!
"Malaikat...."
------------
Kembali ke sisi Samael yang sudah bersama Helina selama setengah jam, akhirnya dia pergi dari Surga meninggalkan Helina disana sejenak.
Setelah keluar, ruangan kantor gang akrab memasuki pandangannya dan disana terlihat sosok Gabriel yang menunggunya disana.
"Gabriel, kenapa kau kesini?"
Gabriel tersentak karena terkejut, wajahnya memerah, dan dia menggelengkan kepalanya beberapa kali sampai akhirnya membuka mulutnya.
"Disana, disana, disana! Ugh, My Lord, kau lihat saja sendiri..."
"Hah?"
Samael mengedipkan matanya beberapa kali, dan akhirnya tidak bisa menahan diri untuk keluar dari ruangan itu menuju ruangan Mary yang tidak jauh.
Gabriel hanya bisa mengikuti dibelakang dengan langkah kecil dan kepala tertunduk yang terlihat, sedikit imut!
Sampai akhirnya, Samael membuka pintu ruangan Mary dan...
"Sialan Emma, percaya atau tidak, aku akan menganiaya susu sapimu itu !!!!"