Mo Jintian menggelengkan kepalanya. "Tidak, dia tiba-tiba muncul," jawab Mo Jintina. Su Xiqin mengerutkan kening sambil menatap putra kecilnya yang lanjut berkata, "Setelah Mama sembuh, Mama harus berterima kasih pada Paman."
Su Xiqin saat itu merasa khawatir dan berkata, "Mo Jintian, jangan beritahu siapapun tentang hal ini. Mengerti?"
Mo Jintian mengangguk, entah ia mengerti atau tidak. Ia tampak berpikir sejenak, lalu berkata, "Mama, sebenarnya aku yang mengotori sepatu Paman waktu itu karena aku tidak hati-hati. Paman tidak menyuruhku untuk ganti rugi. Menurutku, Paman adalah orang yang baik. Bahkan, saat Paman bertemu denganku di rumah sakit, Paman langsung menelepon dokter untuk menangani luka Mama. Jadi, aku memutuskan untuk berteman dengan Paman. Mama tidak keberatan, kan?"
Su Xiqin langsung memegang dahinya dan tiba-tiba tampak seperti memikirkan sesuatu. Lalu, ia segera bertanya pada Mo Jintian, "Jintian, apakah ada orang lain yang melihatnya ketika dia datang?"
"Nenek melihatnya. Nenek bertanya, Siapa dia? Lalu, aku menjawab, Paman itu adalah temanku. Ada apa, Mama?"
Su Xiqin menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Tidak apa-apa."
Mo Jintian mengangguk setelah mendengar perkataan ibunya. Ia ingin bertemu dengan Bai Yanshen dan berkata bahwa ia ingin berteman dengannya. Tapi, saat ia bertemu dengannya, ia lupa untuk menanyakan kontaknya karena terlalu panik memikirkan keadaan ibunya. Ia juga lupa untuk berterima kasih kepada Bai Yanshen. Bagaimana ini? batin Mo Jintian. Mo Jintian memikirkan cara untuk menghubungi Bai Yanshen. Ia duduk sendirian dan berpikir keras.
———
Di sisi lain, Su Xiqin mengambil ponselnya dan menelepon Shao Zhengyang, "Pengacara Shao, saya tidak bisa menemui Anda sore ini. Mari kita atur waktu lagi untuk bertemu," kata Su Xiqin setelah telepon sudah terhubung.
"Nona Su, Anda pulihkan dulu saja kesehatan Anda. Tuan Bai baru saja menelepon saya dan memberitahu saya untuk menunggu Anda hingga Anda punya waktu luang," kata Shao Zhengyang dengan sopan.
Setelah selesai mendengarkan penjelasan Shao Zhengyang, Su Xiqin tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkan Bai Yanshen. Sebelumnya, Bai Yanshen hampir mencium Su Xiqin karena masalah kontrak itu. Saat di mobil, pria itu juga mau menciumnya lagi. Lalu, sekarang ia menyuruh Dokter Xing Chensheng. Apa sebenarnya maksudnya? batin Su Xiqin.
Su Xiqin berpikir, Apakah Bai Yanshen waktu itu mendengar apa yang dikatakan Mo Xigu saat kecelakaan sehingga membuatnya berpikir bahwa aku adalah wanita sembarangan? Dan, apa mungkin juga ini metode yang dia gunakan untuk meyakinkanku? Tidak, tidak mungkin. Bai Yanshen sudah tahu bahwa aku adalah wanita yang sudah menikah dan punya anak. Atau. jangan-jangan dia menggali tentang informasi diriku dari pihak Zhuo Sheng? Lagi pula, tidak banyak perusahaan yang menggunakan cara seperti ini, kan? Mungkin saja dia menggunakan cara seperti ini untuk mencapai tujuannya.
Su Xiqin terus-menerus berpikir macam-macam. Bagaimanapun, Su Xiqin tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan jika ia ingin meninggalkan Perusahaan Mo sekalipun. Ia sudah menandatangani kontrak dengan Perusahaan Mo selama sepuluh tahun. Kecuali Perusahaan Mo sendiri yang membatalkan kontrak kerja tersebut, Su Xiqin tidak punya pilihan lain dan tidak bisa ganti pekerjaan.
———
Akhirnya, Su Xiqin dirawat di rumah sakit selama satu malam. Malam harinya, Mo Jinghan dan Fu Minghe datang ke rumah sakit untuk mengunjunginya dan saat itu Mo Jintian sudah pulang dengan Tang Xixi terlebih dahulu. Anak laki-laki kecil itu mengatakan bahwa ia akan kembali dan menemani Su Xiqin saat malam nanti.
Su Xiqin segera duduk ketika melihat dua orang yang tiba. Mo Jinghan dan Fu Minghe berjalan masuk.
"Su Xiqin, berbaringlah..." kata Mo Jinghan cepat-cepat. Tetapi, Su Xiqin masih setengah berbaring. Mo Jinghan pun kembali berkata dengan perasaan bersalah, "Xiqin, Ayah minta maaf. Ayah tidak tahu jika aku akan membuatmu seperti ini."
"Ayah, insiden ini di luar dugaan. Saya juga sudah tidak apa-apa. Sebenarnya, saya sudah boleh pulang sore tadi. Tapi, pihak rumah sakit menyuruh saya untuk menjalani perawatan selama satu malam. Jadi, hari ini saya tinggal di rumah sakit dulu."
"Tentu saja kamu harus dirawat dulu. Lebih baik kamu tinggal di sini selama beberapa hari dulu."
"Saya tidak terbiasa tinggal di sini. Lagi pula, tidak baik untuk Mo Jintian jika setiap hari harus berada di rumah sakit."
Ketika Mo Jinghan teringat cucunya, ia tidak bisa mengatakan apa-apa. Namun, tiba-tiba ia teringat sesuatu dan bertanya lagi, "Apakah Mo Xigu datang?"
Su Xiqin tidak bisa menjawab ketika ditanya dengan pertanyaan seperti itu karena ia belum melihat Mo Xigu sejak ia bangun. Lagi pula, jika nanti Mo Jinghan dan Mo Xigu saling bertemu, ini hanya akan membuat suasana sedikit tidak nyaman. Sementara itu, Mo Jinghan melihat ekspresi Su Xiqin dan menyimpulkan bahwa Mo Xigu sama sekali tidak menjaga Su Xiqin di rumah sakit.
———
Sebenarnya, Mo Xigu tertegun sesaat saat bertemu dengan Su Xixue di depan rumah sakit. Lima tahun lalu, ia menghilang tanpa jejak. Sekarang, ia muncul lagi.
"Kakak Ipar..." sapa Su Xixue dengan suara lembut.
Mo Xigu memandang Su Xixue dengan riasannya yang cantik. Ia masih begitu cantik, bahkan lebih cantik daripada saat masih muda. Ia terlihat begitu awet muda. Hal ini tidak Mo Xigu temukan pada Su Xiqin karena Su Xiqin tidak memiliki hal-hal seperti ini, kecuali rasa ketidakpedulian. Tidak bisa dipungkiri bahwa Su Xixue tampak seperti masih memiliki darah yang begitu segar hingga membuat Mo Xigu terpaku sesaat.
Su Xixue melangkah maju ke depan sambil tersenyum dan berkata, "Kakak Ipar, aku tidak menyangka bahwa aku bisa bertemu denganmu di sini."
Mo Xigu mengerutkan keningnya saat melihat Su Xixue melangkah maju, lalu ia melangkah melewati wanita itu. Namun, Su Xixue berusaha menghentikannya. "Kakak Ipar... Kakak Ipar… Apakah Kakak Ipar marah padaku?" tanya Su Xixue dengan lembut.
Mo Xigu menatap wanita di depannya dengan tatapan dingin, "Ke mana saja kamu beberapa tahun terakhir?" kata Mo Xigu dengan dingin, seperti sedang menahan sesuatu di dalam hatinya.
"Kakak Ipar..." gumam Su Xixue dengan sedih sambil menundukkan kepalanya.
"Jawab aku! Ke mana saja kamu dalam beberapa tahun terakhir ini? Mengapa kamu tiba-tiba menghilang tanpa jejak?"
"Aku sedang berada di Amerika selama beberapa tahun terakhir. Kenapa aku tidak mengatakan apa-apa ketika aku pergi? Karena aku malu menghadapi kakakku."
"Kalau kamu malu, kenapa waktu itu kamu naik ke tempat tidurku??" tanya Mo Xigu yang masih berusaha meredam amarahnya.
Setelah Mo Xigu mengatakan kata-kata itu, ia menyeret Su Xixue berjalan maju dan Su Xixue mengikutinya. Su Xixue mengikuti Mo Xigu ke mobil, lalu duduk di kursi samping kemudi sambil menatap Mo Xigu. "Kakak Ipar, aku sangat mencintaimu di dalam hatiku. Tapi, ada kakakku dan kamu menyukainya, lalu menikahinya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa."
Mo Xigu tidak menatap ke arah Su Xixue. Ia tetap memandang lurus ke depan, menunjukkan ekspresi ironi, dan tidak juga menyalakan mobilnya.
"Kakak Ipar, di hatimu selalu ada Kakak. Malam itu, hatiku begitu sakit dan aku ingin mengungkapkan perasaanku. Siapa yang menyangka akan terjadi masalah pada malam itu? Setelah kejadian itu, Ibu menegurku. Aku tidak tahu harus berbuat apa dan terlalu malu untuk kembali. Jadi, aku pergi."
Tiba-tiba, Su Xixue menundukkan kepalanya. Mo Xigu meliriknya dan ekspresinya perlahan-lahan berubah menjadi dingin. "Jika memang itu masalahnya, kenapa kamu masih mau muncul di hadapanku?"
"Kakak Ipar, aku benar-benar sangat merindukanmu. Aku tidak tahu harus bagaimana sehingga aku akhirnya kembali. Kakak Ipar, apakah kamu masih mau memaafkanku?" tanya Su Xixue.