Télécharger l’application
25.45% Royal Family Series : Pengantin Sang Raja (The King's Bride) / Chapter 14: 014 : Aku Disini

Chapitre 14: 014 : Aku Disini

.

Tidak ada suara yang terdengar di dalam ruangan, seluruh lampu di Istana Arcene dinyalakan dan ada setidaknya ratusan polisi serta pasukan khusus yang berjaga di gerbang dan menyisir seluruh istana. Richard berdiri diam di ruangannya, sementara dua orang pria yang ada di depannya berdiri kaku; tegang.

"Aku tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi," bisik pria itu dingin dan marah. "Ini adalah hal paling fatal yang pernah terjadi di istana ini," Richard mendesis marah. "Seseorang dengan berani mencoba membunuh Ratuku."

Seluruh pria dalam ruangan tersentak kaget karena ucapan penuh penekanan dan teriakan Richard, tidak ada yang berani mendongak apalagi menatap Raja Chevailer itu. Demi Tuhan, jika tidak menatap saja punggung mereka sudah mendingin seperti melihat hantu. Mungkin menatap Richard akan sama menakutkannya dengan melihat malaikat maut.

Pintu ruangan yang terbuka mengalihkan atensi seluruh orang dan seorang pria yang memakai kemeja hitam melangkah masuk dengan tenang. Tanpa menujukkan rasa takut pria itu membungkuk pelan kepada Richard, sebelum melipat tangan di belakang punggung.

"Kami belum berhasil menangkapnya, dia kabur dan terjun ke sungai Alexandra's dengan meloncat dari jembatan layang. Saat ini tim tengah menyisir seluruh aliran sungai Alexandra's hingga ke muaranya di laut," dia menarik napas. "Selain itu kami juga menemukan barang bukti sebuah pisau yang dia pakai untuk melukai Yang Mulia Ratu."

Pria itu kemudian meraih sebuah plastik yang dibawa anak buahnya yang baru masuk dan menyerahkannya pada Richard. "Kami akan mengecek sidik jarinya secepatnya," ucapnya cepat saat Richard memandang satu titik dari pisau itu cukup lama.

"Tuan Collins," ucap Richard sambil mengembalikan pisau itu. "Temukan sidik jarinya, berikan besok dan kembalilah sekarang. Aku ingin bicara secara khusus denganmu nanti."

Pria berkemeja putih-Tuan Collins-mengangguk. dia kemudian melangkah mundur dan keluar dari ruangan, membuat hening menyiksa yang menggantung.

"Perdana Menteri," panggil Richard.

Salah satu pria yang berdiri di ujung membungkuk, "Ya. Yang Mulia?"

"Kembalilah, aku mau kita adakan rapat di aula istana besok pagi. Umumkan dan pastikan seluruh dewan datang, tanpa terkecuali."

Perdana Menteri mengiyakan dan berbalik keluar, sementara Richard beralih ke pria yang di tengah. "Tuan Castillo, kau adalah Kepala Penjaga. Aku minta kau memastikan semua bawahanmu bekerja keras hari ini. Suruh mereka menambah penjagaan di depan kamar Ratu dan di bawah jendela kamarnya, termasuk di pekarangan Ratu."

"Ya. Yang Mulia."

Begitu Kepala Penjaga itu keluar, Richard membiarkan dirinya jatuh merosot ke lantai, yang langsung membuat Charles yang sedari tadi ada disampingnya meraih lengannya. "Yang Mulia, anda baik-baik saja?" tanya pria itu khawatir.

Orang nomor satu di Chevailer itu menggeleng, dia menolak saat Charles membawanya ke sofa dan meraih pinggiran meja kerjanya. Berusaha untuk berdiri tegak sendirian. Richard menghela napas. "Aku akan ke kamar Redd."

"Yang Mulia,tetapi-"

"Aku tidak akan meninggalkannya."

Charles sudah hendak bicara lagi, tetapi dia bungkam saat melihat ekpresi keras dan tidak terbantah di wajah Richard. Dia kemudian mengekori Rajanya itu keluar, di lorong istana ada polisi dan penjaga yang berjajar. Di depan kamar Redd ada setidaknya sebelaѕ orang penjaga dan kesemuanya membawa pistol.

Penjaga itu membungkuk saat melihat Richard dan membukakan pintu. Saat masuk lampu kamar Redd menyala terang dan di sisi ranjang dia bisa melihat Fleur duduk sambil mengenggam tangan Redd dan menangis terisak. Ada tiga orang penjaga di dalam, dengan lirikan dia menyuruh mereka keluar dan kemudian dia melangkah menghampiri ranjang. Berdiri di sisi Fleur yang menunduk.

Wanita itu mendongak saat melihat Richard, dia menghapus air matanya dengan punggung tangan dan berdiri untuk membungkuk. "Yang Mulia."

"Duduklah lagi," Richard berucap. "Tidak apa-apa."

"Saya minta maaf," wanita itu menangis dan berlutut di kaki Richard. "Ini salah saya."

Richard berjongkok dan meraih pundak wanita itu, dia mengerutkan kening saat melihat mata biru laut Fleur sembab dan kulitnya yang sudah pucat kini tampak putih tulang dan berkilau tertimpa air mata. "Ini kesalahan saya Yang Mulia, saya tidak bisa menjaga Yang Mulia Ratu. Maafkan saya," dia menangis lagi. "Kamar saya ada di sisi Yang Mulia, harusnya saya tahu. Maafkan saya."

"Ini bukan salahmu," bisik Richard menenangkan. "Ini bukan salahmu. Kau sudah melakukan banyak hal untuk Redd."

Wanita keturunan Perancis itu terisak lagi, jadi Richard mendongak kepada Charles dan dengan isyarat dia meminta agar Charles membawa Fleur keluar. Bukannya tidak sopan, tetapi dia hanya ingin bersama dangan Redd. Ajudannya itu mengangguk mantap, dia menarik Fleur berdiri dengan lembut dan membimbingnya keluar. Menutup pintunya dan menyisakan Richard sendirian di sana.

Raja Muda itu menghela napas, dia duduk di kursi dan meraih tangan Redd. Menangkupnya saat merasakan bahwa tangan itu terasa dingin, efek obat tidur yang diberikan dokter padanya. Richard tidak tahu harus berkata apa setelah semua yang terjadi malam ini, itu baru sekitar lima belas menit setelah dia keluar dari kamar Redd, dia baru duduk di ruang kerjanya dan membuka tabletnya, saat seorang pengawal datang dengan tergopoh ke ruangannya dan mengatakan bahwa ada suara pecahan dan teriakan di dalam kamar Ratu; lebih lagi mereka tidak bisa masuk karena kamarnya dikunci. Maka dia dengan cepat bangkit dan berlari, waktu itu dia pikir Redd marah dan mencoba menghancurkan barang-barangnya. dia bersama para pegawal mendobrak pintu bersama-sama, ketakutan bahwa Redd akan bunuh diri.

Namun, apa yang dia lihat saat pintu terbuka membuat dia nyaris jatuh. Ada sosok di ranjang istrinya, dan parahnya mencekik istrinya. Richard tidak berpikir dua kali saat dia meraih pistol yang dibawa oleh penjaganya dan menembakkannya ke arah sosok itu. Sosok itu berlari panik saat Richard dan penjaga menerjang masuk. dia kemudian memecah jendela dan meloncat turun. Menyisakan kegelapan dan teriakan Richard.

Raja muda itu menghela napas kasar. Tangannya meraba perban yang membalut leher Redd, dan dia menarik tangannya cepat saat kemarahan yang tidak bisa dia tahan menghantamnya. Dia marah, lebih lagi murka. dia tidak tahu siapa orang yang sudah melakukan ini, tetapi dia bersumpah bahwa dia akan membunuh orang itu dengan tangannya sama sekali.

"Euh," Richard menoleh. Saat Redd melenguh dan bergerak gelisah dalan tidurnya.

Pria itu mengulurkan tangan, membelai rambut Redd pelan. "Stt. Tenang, aku di sini."

Kening Redd berkerut dalam, seakaan bisa mendengar kalimat Richard barusan; wanita itu mulai tenang dan tertidur lagi. Richard tersenyum tipis, dia melepas kemeja linen putih yang dipakainya dan membuangnya ke bawah ranjang. dia kemudian berbaring di sisi Redd dan Raja muda itu melingkarkan lengannya di atas kepala Redd; menarik wanita itu mendekat. Dengan lembut pria itu memeluknya dan mengecup keningnya. Tak lama, menyusul untuk terlelap dalam malam yang terasa singkat.

...


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C14
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous