Ketika Ayu terbangun dari mimpinya yang indah, sesaat ia bingung dengan keadaan sekitarnya yang terasa asing baginya. Lalu setelah tersadar sepenuhnya, barulah teringat akan kejadian semalam, ia makan malam di luar bersama Rashid dan ingatannya hanya ingat sampai perjalanan pulang saja.
Pasti ia tertidur di dalam mobil sewaktu mereka masih dalam perjalanan pulang. Lalu siapa yang membawanya sampai ke kamar? Pasti ia berat sekali karena berat badannya 55 kg dan akan sulit digendong karena tubuhnya termasuk tinggi 171 cm jika dibandingkan dengan wanita lokal.
Dengan perasaan malu, ia menutup matanya dengan kedua tangannya. Lalu ia melihat bahwa ia memakai pakaian daster berlengan pendek. Kagetlah ia dan buru - buru dibukanya selimut tebal yang sebelumnya menutupi tubuhnya karena udara malam dan subuh hari di Puncak itu dingin walaupun ruangannya tak berAC.
Ternyata benar, pakaian gaunnya semalam sudah digantikan dengan daster. Bagaimana mungkin bisa begitu saja berganti? Siapa yang menggantikannya? Mungkinkah Rashid pelakunya?
Maka ia melirik dengan seksama seluruh ruangan dan tempat tidur di sebelahnya karena kasurnya tipe king bed sehingga memuat 2 orang. Untunglah disebelahnya rapih dan tak ada jejak orang lain yang tidur sehingga tak mungkin Rashid tidur disampingnya.
Ketika ia selesai shalat Subuh tapi malas keluar kamar, ia rebahan saja di kasur. Sejam kemudian pintu diketuk dari luar.
'tok tok tok' seseorang mengetuk pintu kamarnya.
"Tunggu!" jawab Ayu.
Ia berdiri dan memakai jaket tipis dan hijab bergo nya lalu membukakan pintu kamar.
"Selamat pagi nyonya Ayu, sarapan sudah siap. Apakah mau sarapan di dalam kamar atau sarapan bersama?" tanya bi Romlah.
"Pagi juga. Maaf Ayu gak bantu - bantu bi Romlah dan bi Tuti" jawab Ayu dengan malu.
"Tidak apa - apa nyonya, ini sudah menjadi tugas kami" jawab bi Romlah
"Kalau begitu, tunggu 15 menit ya! Mau mandi dulu. Tapi jangan ditunggu! Tolong sampaikan kalau yang lain sarapan duluan saja, kelamaan lagi kalau ditunggu" jawab Ayu.
"Baik nyonya Ayu" jawab bi Romlah.
15 menit kemudian Ayu baru ke ruang makan, ia mengenakan baju muslimah yang sebatas lutut dan sesetel dengan celananya dengan model sederhana berwarna hijau muda yang enak dipakai sehari - hari.
Ternyata Rashid masih menunggunya datang. Ada sesuatu yang berbeda dengan penampilan Rashid, kini ia memakai baju kaos berwarna putih dengan motif di bagian dada berlengan pendek dan celana training hitam panjang sehingga terlihat lebih fresh, padahal biasanya memakai baju koko yang celananya sesetel dengan bajunya.
"Pagi.." sapa Rashid.
Dengan enggan Ayu menjawab "Pagi juga" jawab Ayu.
Ayu yang sebelumnya sengaja keluar kamar agak siangan supaya tak bertemu Rashid, malah orangnya menunggunya di meja makan sehingga mau tak mau Ayu duduk dan sarapan bareng dengannya.
Sarapan mereka kali ini dengan nasi uduk beserta gorengannya. Ketika Ayu mengambil sambal kacang, Rashid komentar "Pagi - pagi sebaiknya jangan makan sambal, kasihan perutnya!"
"Tapi ini sambal cabenya sedikit kok. Lagipula gorengan lebih enak dengan sambal kacang ini" komentar Ayu dengan nada sewot.
Dalam hati Ayu berkomentar 'Perut ya perutku, kalaupun sakit perut juga resikoku. Untuk apa dia sok peduli'
Ayu mengambil duluan nasi uduk yang disediakan di dalam termos nasi sehingga nasinya tetap hangat. Lalu dengan enggan demi tata kesopanan, Ayu menyiduk nasi di piring lain buat Rashid yang telah menunggunya sarapan.
Lalu Ayu ambil gorengan bakwan dan dicelupkannya ke dalam sambal kacang lalu dilahapnya gorengan itu beserta nasi uduknya.
Melihat Ayu yang makan dengan lahapnya, Rashid menirunya dengan mencelupkan gorengan tempenya ke sambal kacang lalu dimakannya. Ternyata benar kata Ayu, sambalnya tidak pedas, malah terasa lebih enak terasa di lidahnya.
Setelah mereka berdua makan, Ayu mengambil piring dan gelas mereka berdua untuk dicucinya di westafel cucian piring di dapur. Rashid hanya diam tanpa berkomentar karena takut salah bicara lagi. Hanya ditatapnya Ayu dari arah belakang yang pura - pura ambil buah apel di kulkas yang sama - sama berada di dapur.
Sebelum Ayu selesai mencuci piring, Rashid berkata "Ayo kita olahraga! Biar badan sehat. Sayang dilewatkan dengan udara pegunungan yang bersih dan sinar matahari pagi yang bagus untuk kesehatan" ajak Radhid.
"Tapi aku tak punya baju olahraga, kaospun tak ada. Masa pakai baju ini?" jawab Ayu yang memperlihatkan baju muslimnya.
"Bajunya masih nyaman kan untuk bergerak bebas? Lagipula kamu memakai celana panjang jadi bebas untuk sepeda dan joging" komentar Rashid.
"Nyaman sih tapi rasanya aneh saja memakai baju ini" protes Ayu
"Oke nanti siang kita belanja, nanti borong semua baju olahraganya dan semua kebutuhanmu yang kurang. Maaf koleksi bajumu yang sekarang masih sedikit, waktunya sedikit untuk belanja memenuhi lemari pakaianmu" jawab Rashid.
"Oh iya sampai lupa, siapa yang belanja keperluanku? Padahal kan waktu aku kesini, tak membawa apa - apa. Hanya baju yang melekat dibadan saja yang dibawa" tanya Ayu.
"Fahd yang mengaturnya, menyewa pemilik butik sekitar sini untuk mengirim keperluan dasarmu. Dia tak terpikirkan untuk membawakan baju olahraga ataupun kaus buatmu, pasti tak nyaman ya harus memakai baju muslim terus?" Tanya Rashid.
"Bukannya tak nyaman, udara Puncak yang tak panas jadi nyaman - nyaman saja. Tapi kalau di Jakarta mungkin ia kali ya panas karena bahan ini kadang tak menyerap keringat atau menyerap keringatpun tapi nanti terlihat mencetak dan menerawang ke badan, tergantung bahan bajunya" komentar Ayu
"Jadi sekarang mau ikut gak? Kalau kita berdebat terus nanti kesiangan nanti lebih panas lagi. Sekarang mataharinya mumpung masih bagus nih" Ajak Rashid.
"Oh iya lupa, sepatu olahraganya pinjam punya Toshio saja, dia yang ukurannya paling kecil, mungkin muat untukmu" kata Rashid lagi yang baru mengingat mengenai sepatunya yang nyaman untuk olahraga.
Maka Toshio membawakan sepatunya yang ukuran 40, sedangkan Ayu ukurannya 39 sehingga muat tak terlalu kebesaran.
"Tapi.." protes Ayu.
"Tak ada tapi - tapian, ayo kita bersepeda, selanjutnya terserah" ajak Rashid yang mendorong pundak Ayu dari belakang supaya jalan maju ke pintu teras yang sudah tersedia 4 sepeda.
"Pilih sepeda mana yang mau dinaiki. Eh bisa naik sepeda kan?" Tanya Rashid yang baru kepikiran itu.
"Tentu saja bisa" jawab Ayu dengan sewot seakan dianggap remeh oleh Rashid.
"Baguslah kalau begitu. Jadi mau sepeda yang mana? Atau mau kugendong saja naik sepedanya? Biar nyonya besar tak cape keluar keringat" Goda Rashid yang mengedipkan sebelah matanya.
"Ish siapa juga yang mau digendong sama kamu. Ya sudah aku pilih yang ini saja" dipilihnya salah satu sepeda yang sebenarnya semuanya ukuran sama dengan model dan warna yang sama.
- * * * -
Tujuan bersepeda mereka ke Kebun Raya Cibodas yang letaknya dekat dengan villa mereka yang bertempat di dalam kompleks Hutan Gunung Gede Pangrango yang berhawa sejuk khas pegunungan dengan pemandangan menyegarkan mata dengan memamerkan beragam jenis tumbuh - tumbuhan.
Mereka berempat yang terdiri dari Rashid, Ayu, Fahd dan Mat bersepeda tiba di Kebun Raya Cibodas tepat jam 8 pagi. Walaupun kawasannya baru di buka, tapi pengunjung sudah banyak mengantri di gerbang yang kebanyakan sengaja untuk berolahraga di kawasan ini yang berupa kebun botani dengan luas 80 hektar.
Kawasan Kebun Raya Cibodas terbagi - bagi menjadi daerah rumah kaca berupa tanaman kaktus dan anggrek, dan tanaman langka. Selain itu ada daerah air terjun cibodas, kebun sakura, air mancur, danau, taman lumut dan paku serta area hutan buatan.
Mereka mengelilingi kawasannya dengan bersepeda hampir seluruhnya, diselingi dengan joging di kebun sakura yang mirip banget seperti di Jepang pada saat musim semi, sedangkan di kebun ini sakura dapat mekar 2x dalam setahun antara bulan Januari - Februari dan Juli - Agustus. Mereka kebetulan datang di saat awal bulan Juli sehingga mereka dapat menikmati bunga sakura yang sedang mekar dengan indahnya.
Akhirnya mereka beristirahat duduk bersantai di atas batu dipinggir sungai dengan jarak 100 meter dekat dengan air terjun Cibodas. Kaki Ayu dan Rashid dicelupkan ke dalam air sungai, merasakan segarnya air sungai yang mengalir sambil menikmati pemandangan alam yang indah.
Dengan suasana alam yang indah membuat Ayu rileks sehingga tak ada ketegangan diantara mereka berdua.
Rashid yang melihat adanya kesempatan itu dimanfaatkannya untuk mengobrol yang ringan "Ahh.. Udara di sini sungguh segar dan mataharinya sungguh terasa enak"
"Kau benar" jawab Ayu
"Tak seperti di negeriku yang panas dan gersang. Tapi jika dibandingkan dengan negara tetangga, kami beruntung punya laut, setidaknya bisa melihat air jenih walaupun airnya tak dapat langsung diminum" kata Rashid yang menerangkan mengenai negrinya tanpa ditanya sehingga memancing Ayu yang membuatnya penasaran.
"Aku hanya tahu negara Timur Tengah itu hanya Arab. Maaf aku lemah dalam ilmu geografi" komentar Ayu.
"Tak apa. Yah memang Saudi Arabia yang terkenal jika dibandingkan dengan Negara Timur Tengah lainnya" jawab Rashid.
"Baiklah akan kuterangkan dengan singkat mengenai kawasan Timur Tengah. Dengarkan baik - baik" perintah Rashid ke Ayu yang berlagak seperti guru yang mengajarkan ke muridnya.
"Baik pak guru" ledek Ayu yang geli melihat tingkah Rashid yang sebelah tangan berkaca pinggang dan sebelah tangannya lagi menunjuk ke arah Ayu dengan muka serius.
Bonus chapter..
Tapi cuma 1 aja ya karena reviewnya dikit jd hasil rata2 ratingnya blm kelihatan.
Kalau muncul ratingnya, maka akan terbit 2 atau 3 chapter di hari itu, tapi itu bagi yg blm kasih review aja ya!
Makasih juga buat semua pembaca setia yg sdh memberikan vote dan komennya :)