Setelah kepergian Ayu, Rashid sendiri di ruang tv. Lalu ia memanggil pengawalnya
"Mat, kemari!" panggilnya.
Mat yang mendengar namanya dipanggil keras, segera berdiri dari duduknya dan menghampiri tuannya "Ada apa pangeran?" tanya Mat.
"Fahd kemana?" tanya Rashid
"Pergi ke luar. Apa perlu hamba meneleponnya dan menyuruh cepat pulang?" Tanya Mat.
"Tidak usah. Kalau dia kembali, segera menemuiku" perintahnya. Lalu Rashid berdiri dan berjalan menuju ruang makan.
"Aku mau makan, ada menu apa?" tanya Rashid ke Toshio dan Ahmad yang berada di ruang makan.
Toshio membuka tutup saji sehingga terlihat menu hidangan yang tersedia di meja makan.
"Di panci ada soto, tinggal dihangatkan. Atau tuan Rashid ingin menu yang lain?" Tanya Ahmad.
"Ini juga sudah cukup. Aku lebih suka makan masakan khas tiap daerah yang dikunjungi. Tolong hangatkan sotonya" perintahnya.
Suasana malam ini seharusnya sama seperti kemarin dan hari - hari sebelumnya, tapi hari ini entah kenapa terasa berbeda, ada sesuatu yang kurang. Makanpun terasa kurang nikmat, apakah ada bahan masakan yang kurang komplit? Entahlah, ia tak mengerti bahan masakan di sini. Mungkin aku kangen masakan negeri sendiri, besok makan di restoran Timur Tengah saja karena koki lokal di villa ini tak mungkin mengerti cara masak dan bumbu masakan makanan Timur Tengah.
- * * * -
'tok tok tok' pintu kamar tidur diketuk dari luar.
"Masuk" seru Rashid dari dalam kamar tidurnya, lalu pintu terbuka.
"Apa kau memanggilku?" Tanya Fahd sambil bersandar di depan pintu kamar. Gaya dan bicaranya santai karena hanya mereka berdua di kamar itu.
"Masuklah dan tutup pintunya" jawab Rashid yang sedang tidur - tiduran santai di sofa panjang sedang menonton berita malam.
Setelah Fahd duduk di sofa di dekatnya.
Tanpa mengalihkan arah matanya dari layar tv, Rashid bicara
"Dari mana saja kau? Setelah transaksi tak kelihatan lagi" Tanya Rashid dengan raut wajah yang seram.
"Wow wow wow ada apa ini? Ko raut wajahmu mendung begitu bagaikan akan terjadi hujan badai saja" komentar Fahd sambil bercanda.
"Tidak ada apa - apa" jawab Rashid singkat.
"Tak percaya. Kalau tidak ada apa - apa, kenapa memanggilku?" tanya balik Fahd.
"Kau belum menjawab pertanyaanku" ucap Rashid yang arah mata dan tubuhnya mulai menghadap ke arah Fahd.
"Oke, tadi aku keluar untuk menghisap Shisha. Kau tahulah aku akan resah kalau lama - lama tidak menghisapnya" kata Fahd.
"Dasar kecanduan shishanya belum hilang juga. Kasihan anakmu kelak yang akan cepat kehilangan sosok ayahnya" komentar Rashid yang memprediksi waktu yang akan datang.
"Aku belum punya pasangan, bagaimana mungkin bisa punya anak. Lagipula usiaku masih muda tau, tak mungkin mati muda" balas komentar Fahd.
"Kau tahu, berdasarkan artikel kedokteran yang pernah dibaca, bahwa Shisha lebih berbahaya daripada sebatang rokok. Asap shisha mengandung arsenik dan nikel yang lebih tinggi, kandungan tar 36 kali lebih tinggi, dan karbon monoksida 15 kali lebih tinggi daripada rokok. Biasanya waktu untuk menghisap Shisha sampai habis itu lebih lama daripada menghisap sebatang rokok. Bahkan ilmuwan membandingkan kalau sejam menghisap shisha sama dengan menghisap 40 hingga 400 batang rokok biasa. Akibatnya selain merusak paru - parumu, beragam jenis kanker akan timbul, penyakit jantung, dan penyakit berbahaya lainnya. Bahkan selang dan tabung shisha mungkin tak bersih karena dihisap banyak orang" ucap Rashid yang menerangkan bahaya shisha bagaikan guru BK yang menasehati murid yang nakal.
"Tapi alatnya punyaku sendiri, kalau bepergian jauh selalu dibawa kemana - mana ko. Tadi aku beli isinya saja di kafe. Beruntung di sini ada yang jual" potong Fahd yang membela diri.
"Walaupun begitu, kandungannya itu yang berbahaya" balas Rashid yang memperingatinya.
"Sejak kedatangan kita ke sini, baru kali ini aku menginginkan menghisap shisha. Di villa ini pun aku tak menghisapnyakan" kata Fahd.
"Terserah kau sajalah, kalau tak ada orang, kau pandai bersilat lidah" komentar Rashid dengan raut wajah cemberut.
"Kau kan sahabatku jadi aku bebas mau berkata apa saja donk" kata Fahd disertai dengan cengirannya.
"Tapi kalau di istana kau diam saja bagaikan patung" komentar Rashid yang membayangkan temannya ini jd penurut di sana.
"Tentu saja, mana mungkin aku akan membantah, aku kan masih sayang nyawaku. Apalagi ayahmu sangat menakutkan" komentar Fahd yang menampilkan raut wajah ngeri membayangkan sosok ayah Rashid bagaikan algojo yang menyeramkan.
"Heh tau sikon juga kau rupanya. Aku juga menasehatimu karena aku sebagai sahabatmu, makanya aku peduli akan kesehatanmu. Tapi itu terserah kamu saja, itu kehidupanmu dan nyawamu sendiri" komentar akhir Rashid yang tak mau berdebat lagi.
"Maaf ya dan terima kasih sudah peduli padaku, dan hanya kaulah bagaikan saudaraku satu - satunya. Demi kau dan diriku sendiri, maka akan kuganti shisha dengan rokok atau cerutu" kata Fahd yang mengalah.
"Itu sama saja mengandung tembakau, nikotin, tar dan sebagainya tau" kata Rashid mengingatkannya lagi.
"Aku tak bisa berhenti begitu saja. Sekarang saja sudah jarang menghisap shisha, jadi bolehlah beralih dulu ke yang lain, baru akhirnya berhenti total merokoknya" tawar Fahd akhirnya.
"Ya baguslah kalau begitu" kata Rashid.
"Hei pertanyaanku tadi gak dijawab, ada apa memanggilku. Kalau tak ada apa - apa, aku balik ke kamar dulu, sudah malam nih mau tidur" komentarnya yang menunjukan jam 9 malam.
"Baru jam 9 malam, di Qatar sekarang jam 5" komentar Rashid.
"Hei itu waktu sana, kita kan sudah disini beberapa hari jadi badan sudah menyesuaikan waktu sini. Lagipula sejak penutupan diplomat, kita belum pulang ke Qatar, bepergian terus ke negara tetangga" komentar Fahd.
"Ya kau benar. Kau dipanggil kemari untuk menyelidiki identitas Ayu karena katanya dia diculik. Jadi tolong selidiki ya! Mulai dia dari kecil hingga dewasa bahkan orang tuanya dan saudaranyapun diselidiki" Perintahnya.
"Itu saja? Kalau itu sih Mat sudah terlebih dahulu menyuruh tim mata - mata kita untuk menyelidikinya. Jadi kita tunggu saja hasilnya dalam beberapa hari ke depan" Jawab Fahd sambil menguap lebar.
"Baguslah, semakin cepat penyelidikannya semakin baik, aku ingin hasilnya secepatnya. Ya sudah kau cepat tidur sana! Kelihatan lelah sekali. Berapa lama tadi kau menghisap shishanya?" Tanya Rashid sambil lalu.
"Gak lama ko, cuma 2 jam saja. Hehehe..Selamat tidur" jawab Fahd yang nyengir segera pergi keluar kamar, takut diceramahi lagi oleh temannya yang cerewet ini.
Rashid hanya geleng - geleng kepala mendengar jawaban sahabatnya itu.
- * * * -
Di dalam kamar Ayu, ternyata di kamarnya hanya dia seorang, karena sudah diperiksa kamarnya secara keseluruhan, mulai dari lemari baju hingga kamar mandi. Di dalam kamarnya tak ada barang - barang pria.
Malah lemari baju ada beberapa koleksi baju baru, beserta pakaian dalamnya. Bahkan sepatu pun ukurannya sama dengan model yang menyesuaikan dengan baju - bajunya. Tapi anehnya ukurannya semua sesuai dengan tubuhnya bagaikan miliknya yang sudah berada disitu sejak lama. Bagaimana mereka bisa mengukurnya? Sedangkan tempo waktu hasil pengumuman wawancara itu ke villa ini cepat, hanya sejam.
Selain itu, terdapat juga beberapa tas dan perhiasan berbagai model dan bahannya. Entah berapa nilainya kalau dijual. Apakah boleh ia bawa kabur perhiasan itu sebagai modal sewaktu melarikan diri nanti? Ia kan tak punya uang sepersenpun, gara - gara peraturan si bos gendut itu yang melarang tahanannya membawa uang ketika melayani para pelanggannya.
Tak apa - apalah dibawa juga buat ongkos ke Jakarta ke rumah mister Josef atau ke rumah teman - temannya. Tapi kira - kira nilai perhiasannya yang murah - murah saja. Daripada kabur jalan kaki gara - gara tak punya uang sepersenpun, kan lucu. Diambil sedikitpun pasti pria itu tak akan sadar telah kehilangan sesuatu.
Tapi mencuri itu kan tindakan tak terpuji, bagaimana nanti aku mempertanggung jawabkannya ke akhirat kelak? Ayah dan Ibu juga pasti sedih di sana karena anaknya menjadi pencuri.
Bisakah aku meminta uang kepada pria itu? Tapi pasti dia bertanya untuk apa uangnya? Hm.. aku harus cari akal nih, gumamnya dalam hati.
Hmm.. kamar inipun bisa dikunci dari dalam, jadi pria itu tak bisa masuk sembarangan ke kamarnya. Syukurlah mereka tak sekamar, entah apa yang akan ia lakukan untuk menghindar dari perbuatan mesum itu walaupun pria yang menjadi suaminya ini sangat keren dan tampan.
Hanya saja sayangnya dia sudah menyinggungku, dan menganggap rendah dirinya. Itu membuatnya sangat marah.
Kalau saja ia tak diculik, mungkin situasinya akan berbeda. Mungkin pria itu tak akan menganggapku wanita murahan, renung Ayu dengan sedih.
Tapi kenapa juga ia peduli dengan pendapatnya? Ah sudahlah lupakan saja! Sebaiknya sekarang tidur biar ada tenaga dan pikiran biar bisa fokus buat besok mencari cara biar bisa kabur.
Sesuai request semuanya yg ingin 2 ch sehari & besok saya libur dl, jd hari ini terbit 2 ch ya.
Happy weekend :)